Chereads / The God of Drakness / Chapter 2 - bab 1

Chapter 2 - bab 1

Sinar mentari memasuki celah dedaunan yang rimbun. Mencoba membangunkan seorang gadis yang masih tertidur dalam lembabnya tanah.

Kicauan yang merdu membuat gadis tersebut terusik. Mata yang terpejam kini terbuka, menampilkan bola mata hazel indahnya.

Terkejut mata itu membulat. Melihat keadaan yang asing untuknya. Terbangun tergesa-gesa. Nafasnya terengah seakan kembali tercekik.

"kau sudah sadar ternyata?"

'seseorang'pikir gadis tersebut. Segera gadis itu membalikkan tubuhnya. Terlihat seorang lelaki tinggi tampan dengan kulit putih berototnya.

"siapa kau?" tanya gadis tersebut.

"tidak perlu kau tahu siapa aku" Lelaki tersebut berjalan mendekati gadis itu dengan wajah yang was-was. Ketakutan mulai mendatanginya. Hingga ia tepat berdiri di hadapan gadis tersebut.

"cukup panggil aku, Dean"lanjut lelaki tersebut.

Lelaki itu memberikan setumpuk kain kering yang sangat cocok untuk digunakan gadis tersebut.

"aku pergi" Dean lalu berlalu meninggalkan gadis yang kini diam terpaku. Hingga suara nan merdu kembali terdengar oleh lelaki tersebut.

"Tunggu ... !!"cegah gadis itu.

Lelaki itu berhenti tanpa membalikkan tubuhnya. Ia seakan tahu bahwa gadis tersebut akan mengatakan sesuatu kepadanya.

"bisakah.. kau.. menemaniku?" cicit gadis tersebut.

"baiklah. Aku akan membawamu ke salah satu desa. Mungkin kau akan bertemu keluargamu" ucap Dean dengan tidak membalikkan tubuhnya.

"aku rasa tidak. Aku bukan dari sini. Ma..maksudku bukan dari dunia ini"

"ya aku tahu. Aku yang menyelamatkanmu" ucap Dean.

Gadis tersebut terkejut hingga pupil matanya yang indah melebar. "su..sungguh? La..lalu bagaimana aku bisa sampai disini?" tanya gadis tersebut.

"aku tidak tahu. Lebih baik kau ganti dengan baju yang aku berikan. Setidaknya jika ada orang lain melihat, tidak memandangmu aneh"

"kenapa?" tanya gadis tersebut

"ganti bajumu!" tegas Dean

Dengan segera gadis tersebut mengganti pakaiannya di belakang batu yang cukup besar. Tak perlu waktu lama, gadis tersebut telah berganti dengan gaun sederhana yang Dean beli di salah satu pedagang yang melintas.

"bagus. Kita pergi dari sini" ucap Dean.

"memang ada ap-"

"tidak perlu banyak tanya" tegas Dean.

Mereka segera berjalan menyusuri setapak demi setapak tanah yang kering. Perjalan yang cukup panjang, membuat telapak kaki putih mulus itu memerah.

Apakah perjalanan ini masih panjang, pikir gadis tersebut. Berjalan perlahan akan membuat kakinya semakin sakit dan terus mengeluh kesakitan.

Hingga pada akhirnya gadis tersebut mengerang kesakitan untuk sekian kalinya.

"aaauww" cicit gadis tersebut.

Dean mendengar suara ringisan kecil yang keluar dari gadis yang bersama dengannya.

Segera ia membalik tubuhnya dan menghadap gadis tersebut. "merepotkan" guman Dean.

Ia menggendong gadis tersebut tanpa adanya ijin dari sang pemilik tubuh.

"hei.. lepaskan akuu..." ronta gadis tersebut

"lebih baik kau diam" Suara tegas nan berat keluar dari mulut Dean. Seakan siapa saja yang mendengarnya akan tertunduk takut. Termasuk gadis yang kini dalam gendongannya. Menyembunyikan wajah manisnya di dada bidang Dean.

Mereka melakukan perjalanan cukup lama. Gadis tersebut seakan merasa bersalah, membuat seorang lelaki yang kini membantunya.

"kita sampai" Tatapan kagum terlihat dari bola mata hazel milik gadis tersebut. Berbinar sangat indah. Itulah yang dipikirkan Dean sekarang.

Mereka sudah sampai di perbatasan desa. Cukup berjalan kurang lebih 300 langkah, mereka sudah sampai.

.

.

"baiklah. Kita berpisah di sini. Aku ada pekerjaan lain" ucap Dean seraya menurunkan gadis tersebut dari gendongannya.

Gadis tersebut menatap sekelilingnya. Banyak warga desa yang berjalan ke sana kemari. Menatap mereka satu persatu, seakan ia mencari seseorang yang ia kenal. Namun ternyata nihil.

" a.. Dean.. a..aku... sepertinya aku tidak kenal siapapun disini" ucap gadis tersebut.

Dean hanya menghela nafas kasar. Lalu menggendong gadis tersebut kembali.

Membawanya berjalan di tengah kerumunan. Kemudian, berlalu begitu saja hingga tiba di salah satu rumah yang tidak terlalu banyak warga yang melintas.

Dean menurunkan gadis tersebut. tepat di tempat rumah seseorang tersebut. Mengetuk beberapa kali hingga terdengar suara dari pemilik rumah.

Terlihat seorang wanita tua dengan seorang bocah laki-laki yang berada di belakang wanita tersebut.

"ah.. Lo..maksudku nak Dean. Tumben sekali mampir kemari?" tanya wanita tersebut dengan ramah.

"aku tak sengaja bertemu gadis ini di hutan kegelapan dekat dengan danau. Aku rasa ia perlu tumpangan untuk tinggal beberapa hari sebelum ia kembali ke rumahnya" ucap Dean.

Wanita tersebut menatap gadis yang berada di sebelah Dean. Ia tersenyum lembut kepada gadis tersebut.

"tidak apa. Kalau boleh, siapa namamu nona?" tanya wanita tersebut.

"Michelle Raize. Cukup panggil saja Ize saja nyonya" ucap Ize.

"jangan panggil aku nyonya. Panggil bibi saja. Aku Eleora Asa. Kau bisa memanggilku bibi As" ucap bibi As.

Ize mengangguk tersenyum. Lengkung senyumannya yang menawan membuat siapapun akan terpana, termasuk lelaki yang masih bersamanya.

Dean tak sengaja melihat senyuman tersebut membuat gejolak aneh pada tubuhnya. Namun ia selalu menyembunyikan.

"baiklah, aku harus pergi. Ada urusan penting. Sampai jumpa" Dean membalik badannya dan meninggalkan mereka. Belum 10 langkah ia meninggalkan tempat, Ize memanggilnya.

" Dean..?" ucap Ize.

Dean membalikkan tubuhnya. Menatap Ize yang kini menatapnya sendu. Seakan dirinya tega meninggalkan Ize. Sungguh entah kenapa hatinya tak kuasa menahan untuk menghampirinya. Namun dirinya seakan belum yakin.

"terimakasih sudah menyelamatkanku dan membantuku. Datanglah kemari. Aku akan menunggumu" ucapan lirih nan lembut keluar dari mulut Ize.

Dean yang mendengarnya seraya melambaikan tangannya. "ya. Aku akan kembali".

Entah apa yang kini merasuki Dean. Mulutnya bergerak sendiri tanpa komando otaknya. Seakan hatinya mulai menguasainya.

Terlihat Ize membalas lambaian tangan Dean. Seakan mereka mengucapkan kata perpisahan dalam diam.