"Uuh Kotarou, a-aku malu nih. Rasanya aku sama sekali nggak pantas berada di tempat yang penuh dengan selebriti begini," Kata Natsumi yang saat ini sedang berdansa dengan Kotarou.
"Kenapa kau harus merasa malu Natsumi-Nee?" Kata Kotarou yang di luar dugaan berdansa dengan sangat baik. "Kau terlihat lebih cantik dari biasanya, dengan pakaian yang indah yang kau kenakan, serta make up yang kau gunakan di wajahmu. Percaya dirilah sedikit Natsumi-Nee, jangan merasa rendah diri begitu."
Pujian dari Kotarou membuat Natsumi merasa malu, sampai-sampai wajah Natsumi menjadi amat merah.
"Natsumi-Nee kenapa wajahmu memerah begitu?" Tanya Kotarou yang tidak bisa mengerti alasan kenapa wajah Natsumi memerah. "Apa kau sedang sakit?"
"A-aku tidak apa-apa Kotarou-kun, aku baik-baik saja dan tidak kenapa-napa," Jawab Natsumi yang masih merasa malu dan juga gugup. "Ngo-ngomong-ngomong Kotarou-kun, siapa yang mengajarimu untuk berdansa? Sa-sampai-sampai kau bisa mengimbangi dansaku begini."
"Chizu-Nee, melatihku berdansa setiap sabtu malam tepat setelah Natsumi-Nee tertidur," Kata Kotarou sambil menghela nafas. "Chizu-Nee bilang aku adalah adik angkat darinya yang merupakan penerus dari Naba corporation, makanya aku harus mengerti soal etika, kesopanan, sosialisasi, ekonomi, bisnis, cara makan yang benar, penggunaan bahasa yang baik, dan juga cara berdansa. Aku nggak terlalu mengerti kenapa aku harus tahu soal semua itu. Tapi yang jelas, kalau aku tidak mempelajarinya maka aku akan dimarahi oleh Chizu-Nee. Dan dimarahi oleh Chizu-Nee yang lebih menakutkan dari monster apapun di dunia ini adalah sesuatu yang tidak kuinginkan sama sekali. Ditambah lagi hampir tidak mungkin bagiku untuk melukai seorang gadis apalagi gadis seperti Chizu-Nee yang selalu baik kepadaku."
"Yah, aku sangat mengerti dengan perasaan takut yang kau rasakan kepada Chizu-Nee," Kata Natsumi dengan keringat dingin yang mengalir di wajahnya. "Karena Chizu-Nee adalah seseorang yang sangat menakutkan dan tidak bisa kita lawan. Di dunia ini yang mungkin bisa menaklukan Chizu-Nee hanyalah Shirou-kun yang entah kenapa sama sekali tidak terpengaruh oleh aura menakutkannya Chizu-Nee."
"Ah, Shirou-Nii-san bilang ia tidak takut kepada Chizu-Nee, karena Rin-Nee-san jauh lebih seram dan menakutkan daripada Chizu-Nee. Makanya aura seramnya Chizu-Nee tidak akan memiliki pengaruh apapun kepada Shirou-Nii-san," Kata Kotarou. "Dan dalam hal itu, aku setuju dengannya. Karena kalau dibuat marah Rin-Nee-san ribuan kali lebih seram dari Chizu-Nee."
"Rin-san yang terlihat elegan dan cantik yang dijuluki sebagai idola sekolah karena kecantikannya yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun yang ada di sekolahku adalah seseorang yang menakutkan?" Kata Natsumi yang terkejut mendengar perkataannya Kotarou. "Aku merasa agak sulit untuk mempercayainya tapi karena aku tahu kalau Kotarou-kun tidak akan pernah berbohong kepadaku."
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
"Semua pemeran sudah datang ke atas panggung yang telah kusiapkan," Kata Kurt yang melihat ke arah ruang dansa. "Dan sebentar lagi drama seru yang telah kuatur akan dimulai. Dan di saat itu pula aku bisa menyingkirkan semua pengganggu yang menghalangiku untuk mendapatkan apa yang sudah menjadi hakku. Sebagai penguasa sah dari seluruh Mundus Magicus dan juga dunia lama ahahahahaha!"
***
"Hooi Gu Fei," Kata Shirou sambil berjalan ke arah Gu Fei. "Apa kau sudah siap untuk berpactio denganku?"
"Pa-Pactio aru?" Kata Gu Fei yang langsung memerah wajahnya tepat ketika ia mendengar ucapan Shirou yang mengajak dirinya untuk berpactio. "Ke-kenapa aku harus berpactio denganmu sekarang Shirou-kun?"
"Itu karena Gu Fei-san selalu menghindar atau menolak setiap kali aku mengajakmu untuk berpactio," Kata Shirou yang kali ini berniat untuk tidak membiarkan Gu Fei kabur. "Sebentar lagi pertarungan terakhir akan dimulai Gu Fei-san, dan kau membutuhkan semua bantuan yang kau bisa agar kau bisa bertambah kuat. Dan melakukan pactio adalah salah satu hal yang bisa kau lakukan agar bisa menjadi kuat."
"A-aku bukannya tidak mau melakukan pactio denganmu Shirou-kun," Kata Gu Fei yang terlihat gugup karena Shirou memojokkan dirinya ke tembok. "Pactio memang sesuatu yang kuperlukan agar aku bisa memiliki artefak seperti teman-teman yang lain. Tapi se-sebelum melakukan pactio aku harus menyiapkan hatiku terlebih dulu, ka-karena berciuman bukanlah sesuatu yang bisa kulakukan begitu saja. Sebab di keluargaku ada aturan kalau aku tidak boleh memberikan bibirku kepada seseorang yang lebih lemah dariku! Ma-makanya kalau kau mau menciumku. Kau harus bisa mengalahkanku terlebih dahulu dalam adu panco aru!"
"Keluargamu memiliki aturan yang sangat aneh Gu Fei," Kata Rin yang berdiri tepat di belakang Shirou. "Apakah itu benar-benar aturan yang ada di keluargamu, atau itu hanyalah aturan yang kau buat-buat?"
Ucapan Rin membuat Gu Fei menelan ludahnya, karena adu panco hanyalah alasan yang ia buat agar ia tidak berciuman dengan Shirou. Ia bukannya tidak mau berciuman dengan Shirou, ia sangat ingin berciuman dengan pria yang ia sukai itu. Hanya saja ia merasa terlalu malu melakukan ciuman dengan Shirou, sehingga ia selalu menolak ajakan Shirou berpactio. Ditambah lagi ia merasa takut kalau dirinya akan terkena serangan jantung di saat ia berciuman dengan Shirou, akibat rasa gugup dan tegang yang berlebihan.
"Ah, Rin soal aturan itu, Gu Fei tidak berbohong, lho," Kata Shirou yang mengingat perkataan ayahnya Gu Fei ketika ia dulu belajar kungfu di kampung halamannya Gu Fei. "Ketika aku berkelana ke kampung halamannya Gu Fei di China untuk berlatih kungfu ayahnya Gu Fei juga mengatakan hal yang sama, kalau suatu saat aku ingin melamar Gu Fei."
"Oh begitu, toh," Kata Rin sambil menghela nafasnya. 'Kalau ayahnya Gu Fei sudah mengatakan hal semacam itu kepadamu. Berarti ia memang ingin agar kau bisa menikah dengan Gu Fei Shirou itu berarti hubunganmu dengan Gu Fei sudah direstui!"
Gu Fei tidak tahu kalau ayahnya pernah mengatakan hal yang sama kepada Shirou. Dan ia dibuat shock karena hal itu.
Dan karena ucapan Rin Gu Fei akhirnya bisa paham kenapa ayahnya mengirimnya untuk bersekolah di Mahora. Itu semua agar Gu Fei bisa berada lebih dekat dengan Shirou. Ayahnya selalu bilang kalau Gu Fei memiliki seorang tunangan di Jepang, tapi setiap kali Gu Fei menanyakan siapa identitas dari tunangannya itu.
Ayahnya selalu menjawab kalau ia harus mencari tahu sendiri, dan setiap kali kali ia bertanya kenapa ia harus bertunangan dengan seseorang yang tidak ia kenal. Ayahnya hanya memberikan alasan kalau ia memiliki hutang terhadap pria yang akan menjadi tunangannya itu.
Gu Fei tidak tahu apa hutang yang dimiliki oleh ayahnya, tapi akhirnya Gu Fei paham kalau hutang ayahnya adalah sebuah hutang nyawa. Yaitu nyawanya sendiri, sebab ia pernah di selamatkan oleh Shirou di masa lalu.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Flashback beberapa tahun sebelumnya ketika Shirou baru berusia sepuluh tahun. Waktu itu keluarga Emiya sedang tinggal di China karena pekerjaan yang Kiritsugu lakukan mengharuskan dirinya untuk berada di China selama dua tahun. Oleh karena itu Shirou memutuskan untuk berkelana seorang diri sekalipun Irisviel dan Kiritsugu tidak setuju dengan keputusannya itu.
Dan di bulan ketiga pengelanaanya, Shirou mendapatkan informasi kalau ada sebuah desa tertutup di China yang memiliki tehnik bela diri langka dan setiap penduduk di desa itu ahli kungfu yang kuat. Shirou yang saat itu sedang mencari pengalaman baru untuk menambah kekuatan dan tehnik yang ia gunakan memutuskan untuk pergi ke desa itu. Agar ia bisa berlatih kungfu.
Setelah berjalan selama seminggu akhirnya Shirou tiba di dekat pintu masuk ke desa itu. Dan di saat yang sama pulalah ia bertemu dengan Gu Fei yang saat itu sedang diserang oleh beruang yang sangat besar.
Shirou yang melihat kalau Gu Fei sedang ada dalam bahaya dengan secara reflek langsung menggunakan Kanshou dan Bakuya. Lalu ia menebas beruang itu sampai tewas. Shirou lalu mendekati Gu Fei sambil mengulurkan tangan kananya dan berkata;
"Apa kau tidak apa-apa?"
Gu Fei yang di saat itu sedang ketakutan, menjadi lebih tenang ketika Shirou muncul dan menebas beruang yang hendak menyantapnya. Ia memegang tangan Shirou, yang diulurkan kepada dirinya. Di saat itu rambutnya yang dikepang dua berantakan, wajahnya kotor dengan tanah dan air mata mengalir di pipinya. Tapi entah kenapa ia tidak merasa takut dengan Shirou yang merupakan seseorang yang tidak dikenal untuknya.
Dan Gu Fei pun menjawab:
"I-Iya aku tidak apa-apa."