"Apa kau sudah gila Yue!" Teriak Emily. "Griphon Dragon adalah monster level C! Sedangkan level kekuatan kita semua ialah Level D! Bagaimana caranya kita bisa mengalahkan monster itu!"
"Ojou-Sama benar! Aku saja yang paling kuat diantara kita semua paling bagus hanya bisa menahannya sebentar."
Untuk kali ini Beatrix merasa sangat setuju dengan ucapan dari majikannya yang sering kali berkata ngawur dan sembarangan. Karena Griphon Dragon adalah jenis monster yang cukup kuat.
"Karena meskipun levelnya rendah, Griphon Dragon termasuk monster yang sulit untuk ditaklukan karena memiliki darah naga."
"Mereka berdua benar Yue, untuk saat ini akan lebih bagi kita semua untuk lari dari sini!" Teriak Collete.
"Kita lari pun akan percuma," Kata Yue yang saat ini sedang mengakses net sihir menggunakan artifak miliknya untuk mencari info mengenai Naga. "Karena Griphon Dragon pada musim seperti ini sangatlah brutal, jadi kabur menggunakan sapu terbang sekalipun akan percuma. Satu-satunya cara agar kita tidak terbunuh hanyalah dengan melawannya. Karena itu aku membutuhkan bantuan dari kalian berempat untuk mengalahkannya."
"Kalaupun kita berempat berusaha mengalahkannya apa kau punya cara untuk melawannya tanpa membuat kita berempat terbunuh?" Tanya Emily.
"Aku punya cara untuk mengalahkannya," Jawab Yue yang memperkuat dinding sihir miliknya dengan menarik energi sihir lebih banyak lagi dari kartu Pactio miliknya. "Makanya aku membutuhkan bantuan dari kalian bertiga, karena hanya dengan bantuan dari kalian aku baru bisa menjalankan rencanaku."
"Apapun rencanamu itu Yue! Sebaiknya kau lakukan secepatnya, karena dinding sihirmu itu sudah mulai retak lagi!" Teriak Collete yang terlihat sangat panik. "Kalau tidak kita semua bakalan mati!"
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Yue tahu, kalau dinding sihirnya akan hancur sesaat lagi. Makanya Yue langsung memberikan perintah kepada Collete dan Beatrix agar ia bisa menjalankan rencananya.
"Collete, Beatrix tolong alihkan perhatian dari Griphon Dragon itu," Kata Yue. "Memang agak bahaya, tapi kumohon percayalah kepadaku!"
"Uuukh oke," Kata Collete sambil menelan ludahnya.
"Tidak masalah," Kata Beatrix.
Begitu dinding sihir Yue hancur. Beatrix dan Collete langsung mengarahkan perhatian Griphon Dragon itu kepada mereka berdua, yang membuat Collete dan Beatrix harus terbang menggunakan sapu mereka dengan kecepatan tinggi.
"Gyaaa! Kenapa juga aku menyetujui ide gilamu Yue!" Teriak Collete yang panik karena ia dikejar oleh Griphon Dragon.
"Jangan berisik, tetap lakukan tugasmu, pancing Griphon Dragon ke arah tebing itu sambil memutar arah," Kata Yue sambil menunjuk ke arah tebing besar yang menonjol di tengah hutan monster sihir. "Pancing dia dengan menggunakan sihir yang mencolok. Dan jangan memaksakan diri."
Dengan terpaksa Collete dan Beatrix melaksanakan apa yang Yue perintahkan. Agae Yue punya waktu untuk menjalankan bagian kedua dari rencananya.
"Ketua kelas ayo kita pergi duluan ke tebing itu," Kata Yue yang sekali lagi sudah terbang di atas sapunya.
"Tu-tunggu dulu Yue!" Kata Emily. "Apa tidak masalah membiarkan mereka berdua menjadi umpan seperti itu?"
"Satu-satunya serangan spesial yang dimiliki oleh Griphon Dragon adalah kamaitachi dan dengan terbang di dalam hutan monster pohon-pohon yang ada akan menjadi pelindung yang bagus untuk mereka berdua dari kamaitachi," Kata Yue. "Mereka berdua pasti bisa bertahan, dan saat ini yang menjadi masalah adalah tabir angin yang selalu melindungi tubuh dari Griphon Dragon secara otomatis."
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
"Dinding sihir berelemen angin yang akan melindungi serangan yang berada di bawah level C secara otomatis, pantas saja serangan kita tidak dapat melukainya," Kata Emily sambil menggigit jarinya. "Dan pantas saja kau membutuhkan bantuan dariku."
"Yah, karena aku tahu kau punya sihir Level C yang bisa kau gunakan untuk melukai monster itu," Kata Yue. "Yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dikeluarkan."
"Yue, kau itu sebenarnya siapa, sih?" Tanya Emily.
"Terus terang saja Ketua kelas, aku juga nggak tahu," Jawab Yue. "Itu semua karena aku kehilangan ingatanku."
"Kehilangan ingatanmu? Yang benar saja!? Kalau kau kehilangan ingatan bagaimana caranya kau bisa menggunakan artefak itu?" Tanya Emily sambil menunjuk ke arah Orbis Sensualisum Pictus yang saat ini melayang di hadapan Yue.
"Aku juga nggak tahu, karena aku menggunakan artefak milikku secara insting," Jawab Yue. "Dan daripada membicarakan soal artefak milikku dan ingatanku, akan lebih baik kalau kita membicarakan strategi untuk mengalahkan Griphon Dragon."
***
"Kyaaa dia sudah semakin dekat!" Kata Collete yang sudah capek karena ia mengendarai sapu terbangnya dengan kecepatan tinggi, sehingga energi sihir yang ia miliki sudah hampir habis.
"Kita berdua akan mati, kalau Ojou-Sama dan Yue-san tidak segera menolong kita berdua!" Kata Beatrix yang saat ini terlihat cukup takut.
[Persiapanku sudah selesai Collete] Kata Yue melalui telepati. [Teruslah lurus ke arah cahaya yang kau lihat di depanmu! Begitu kau melihatku yang berdiri di atas pohon, segeralah menghindar dan berlindung]
Tanpa membalas ucapan Yue, Collete dengan cepat melakukan apa yang diperintahkan oleh Yue kepada dirinya. Karena ia tidak mau mati muda.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
"Kemari kau dasar kadal berbulu!" Teriak Yue yang memegang pisau ritual di tangan kanannya. "Lawan aku!"
Griphon Dragon langsung menyerang Yue menggunakan kamaitachi. Tapi Yue menggunakan dinding sihir terkuat yang bisa ia buat saat ini untuk menahan kamaitachi itu. Dan usaha Yue seratus persen terbayar, karena kamaitachi tidak dapat menembus dinding sihir miliknya.
"Ketua kelas sekarang lepaskan seranganmu ke monster itu!" Kata Yue.
"Tsssk harus disuruh-suruh oleh amatiran," Kata Emily sambil mengeluh. "Hei Griphon Dragon terimalah ini! Jaculatio Grandinis!"
Puluhan tombak es meluncur ke arah Griphon Dragon, menyebabkan dinding sihir angin yang melindungi Griphon Dragon itu musnah. Dan Yue dengan cepat memanfaatkan momen tersebut.
Ia menghindari hujan tombak Es yang menghujani tubuh Griphon Dragon agar ia bisa mendekati Griphon Dragon itu agar dirinya bisa melakukan serangan pamungkas.
Dan setelah ia berhasil berada tepat di depan Griphon Dragon, menusuk Griphon Dragon itu dengan pisau ritual. Dan menggunakan Fulguratio Albicans untuk menghabisi Griphon Dragon itu.
***
Reli berakhir dengan kekalahan dari Emily, Beatrix, Yue dan Collete. Karena mereka berempat finish di peringkat terakhir, menyebabkan mereka semua sama sekali tidak terpilih untuk pergi ke Ostia. Tapi karena mereka berempat berhasil mengalahkan Griphon Dragon, mereka disambut dengan meriah oleh para murid dari sekolah mereka.
Dan kabar baik muncul ketika kepala sekolah Seras muncul dan memberitahukan sebuah kabar baik kepada Yue, Collete, Emily dan Beatrix.
"Dengan mengalahkan Griphon Dragon kalian berempat sudah membuktikan kalau kalian adalah kadet elit," Kata Seras. "Jadi kalian berempat kuberikan izin khusus untuk pergi ke Ostia."
Sukacita tergambar di wajah keempat gadis itu, karena akhirnya mereka bisa mendapatkan hal yang mereka inginkan.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Empat puluh kilometer di sebelah Barat Ostia, bersama dengan quartet Asuna, Setsuna, Kaede, dan Konoka.
"Maafkan aku Konoka-Ojou-Sama," Kata Setsuna sambil menundukkan kepalanya. "Karena kita kekurangan biaya, kita harus berjalan kaki ke Ostia."
"Nggak masalah, kok Setsu-chan ♥," Kata Konoka sambil tersenyum. "Aku sudah biasa berjalan jauh semenjak berpetualang bersama dengan Kaede. Lagipula kau juga yang saat ini membawakan tasku, jadi bebanku sekarang lebih ringan."
"Ngomong-ngomong Setsuna-san, Ostia itu tempat yang seperti apa?" Tanya Asuna.
"Kalau tidak salah seperti pulau yang melayang di langit," Jawab Setsuna. "Yang secara hukum adalah tanah pribadi milik Negi-Sensei karena dia adalah anak dari ratu terakhir Ostia."
"Negi-kun sudah benar-benar seperti pangeran berkuda putih yang ada di dongeng dengan level tertinggi, dengan semua latar belakang yang ia miliki," Kata Konoka. "Dan pulau melayang itu hanya menambah nilai plus dari latar belakang yang ia miliki."
"Tapi pulau-pulau itu saat ini sudah hancur," Kata Setsuna.
"Sisa-sisa pulau itu itu bisa dilihat dari ini, lho de gozaru," Kata Kaede sambil melihat ke arah pecahan dari pulau melayang yang bisa terlihat si kejauhan.
Konoka merasa sangat bergairah ketika ia melihat sisa-sisa pulau itu, begitu juga Kaede dan Setsuna. Sedangkan Asuna bereaksi lain, karena entah kenapa ia merasakan sesuatu yang menyakitkan ketika melihat ke arah reruntuhan itu...
End of Volume 23 Manga.