Pukul 11:30 siang barulah, Akashi hakase selesai menasihati putrinya Yuna.
Yuna merasa seperti rohnya akan keluar dari dalam mulutnya setelah dinasihati oleh ayahnya lebih dari sejam. Akashi hakase benar-benar habis-habisan dan tidak main-main ketika ia menasihati Yuna.
"Jadi apa kau sudah mengerti Yuna," Kata Akashi hakase. "Semua hal yang tadi kunasihatkan kepadamu!?"
"I-Iya," Kata Yuna. "Jadi ayah, kumohon jangan menasihatiku lagi. Kuping dan kepalaku sudah panas dan aku merasa kalau rohku keluar dari dalam mulutku."
Akashi hakase akhirnya menyadari kalau ia sudah terlalu berlebihan menasihati anak perempuannya, ia bahkan bisa melihat kalau kepala Yuna mengeluarkan asap dari kepalanya.
"Ya, yah baiklah aku sudah selesai menasihatimu," Kata Akashi hakase. "Aku sekarang mau ke kamar mandi untuk cuci muka sekaligus mencukur jenggotku, Yuna sebaiknya kau membereskan piring bekas sarapan, tidak enak rasanya melihat piring kotor dibiarkan begitu saja."
Akashi hakase lalu berjalan ke kamar mandi, meninggalkan Yuna yang sedang merapikan piring di ruang makan sendirian.
Ketika Akashi berjalan masuk ke dalam kamar mandi, ada sebuah foto yang terjatuh dari kantung celananya dan secara kebetulan Yuna yang hendak mencuci piring melihat foto itu terjatuh dari kantung celana ayahnya. Yuna yang merasa penasaran dengan foto apa yang disimpan oleh ayahnya memasukkan piring yang hendak ia cuci di mesin pencuci piring, lalu ia mengambil foto yang terjatuh itu.
Yuna melihat seorang wanita berambut pirang, dengan sebuah nomor telepon yang tertera di foto itu.
Ia tidak merasa terlalu terkejut, ketika melihat ayahnya menyimpan foto gadis berambut pirang. Karena sebelumnya ia menemukan majalah porno yang isinya foto-foto gadis berambut pirang.
"Ah, apa-apaan ini," Kata Yuna sambil menghela nafasnya. "Lagi-lagi foto wanita berambut pirang! Ayah suka amat sih dengan wanita berambut pirang, apa dia punya fetish terhadap.."
Yuna menghentikan ucapannya ketika ia menyadari adanya nomor telepon di foto itu.
'Eh, nomor telepon?'
"Yuna, bagaimana menurutmu soal Negi?" Ketika Yuna sedang sibuk memikirkan soal nomor telepon yang ada di foto, ayahnya bertanya kepada Yuna soal Negi. "Apakah dia mengerjakan tugasnya sebagai seorang guru dengan baik?"
"Eh, Negi-Sensei?" Kata Yuna yang merasa terkejut ketika ayahnya menanyakan sesuatu kepadanya dari kamar mandi. "Negi-Sensei mengerjakan tugasnya sebagai seorang guru dengan sangat baik, nilai bahasa Inggrisku meningkat pesat karena cara Negi-Sensei sangat mudah dimengerti."
'Apa ayah hendak menjalin hubungan dengan gadis berambut pirang yang ada di foto ini?'
"Hoo syukurlah kalau begitu," Kata Akashi hakase.
'Rrrrrrrrrrrr'
Suara dari handphone milik berbunyi dan ketika Yuna melihat nomor dari orang yang menghubungi ayahnya. Ia terkejut karena nomor telepon dari orang yang menghubungi ayahnya sama dengan nomor telepon yang ia lihat di foto yang saat ini ia pegang.
"Ah, ada yang menghubungiku," Kata Akashi hakase yang keluar dari kamar mandi ketika ia masih mencukur jenggotnya. "Yuna kemarikan handphoneku."
"Iya," Kata Yuna sambil memberikan handpone yang tadi berada di atas meja kepada ayahnya.
"Hello this is Akashi."
'Nomor yang tadi kulihat di handphone ayah sama dengan nomor yang ada di foto ini,' Kata Yuna. 'Apalagi ayah menjawab panggilan telepon itu dengan bahasa Inggris, jangan bilang kalau yang saat ini sedang menelepon ayah adalah gadis pirang yang ada di foto ini!'
"Maaf, ya, Yuna, hari ini ayah ada urusan," Kata Akashi hakase yang baru saja selesai menerima panggilan telepon. "Mungkin pulangnya agak malam, apa boleh makan malamnya disisakan?"
Ucapan ayahnya membuat Yuna yakin kalau kecurigaannya benar, ia merasa kalau ayahnya akan menemui gadis pirang yang ada di foto untuk berkencan atau semacamnya. Dan Yuna benar-benar tidak suka kalau ayahnya didekati oleh wanita lain selain ibunya.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Tak berapa lama kemudian, di tempat yang tidak jauh dari tempat ayahnya Yuna sedang menunggu di depan sebuah kafe.
Yuna beserta dengan ketiga teman baiknya sedang menguntit ayahnya secara diam-diam.
"Eeeeh! Ayahmu sedang dekat dengan seorang wanita?" Kata Akira, Ako dan Makie.
"Lho, bukankah itu adalah hal yang baik," Kata Akira.
"Iya, ayahmu sudah tidak punya istri bukan?" Kata Ako.
"Bukankah lebih baik untuk membiarkan ayahmu untuk move on dan mencari pasangan baru?" Kata Makie.
"Nggak boleh! Pokoknya nggak boleh!" Kata Yuna. "Ayahku hanya milik ibuku! Tidak boleh ada wanita lain yang mendekati ayahku!"
"Kamu kejam juga, ya, Yuna," Kata Akira. "Masa kamu nggak mengizinkan ayahmu untuk berpacaran lagi, sampai-sampai sekarang kau membuntuti ayahmu dan mengajak kami bertiga lagi."
"Sst, diam sebentar Akira!" Kata Yuna. "Gadis pirang itu sudah datang!"
Di depan Akashi hakase yang sedang meminum kopi yang tadi ia pesan, muncul seorang wanita yang berwajah sama dengan yang ada di foto hanya saja baju yang ia pakai berbeda. Di foto ia memakai business suit berwarna hitam, sedangkan sekarang ia memakai business suit berwarna coklat muda.
"Kyaaa beneran datang!" Kata Ako.
"Orang yang sangat cantik," Kata Makie.
"Uggh! Dasar wanita rubah!" Kata Yuna yang wajahnya terlihat amat kesal.
"Wanita rubah?" Kata Makie. "Ucapanmu kasar sekali Yuna."
"Nggak masalah, kan? Kalau memang ayahmu akhirnya mendapatkan wanita secantik itu, dukung sajalah," Kata Akira.
"Benar, benar, dia wanita yang cantik dan ayahmu lelaki yang lumayan tampan, kupikir mendapatkan pasangan baru adalah hal yang bagus untuknya," Kata Ako.
"Eh, ta, ta, ta, tapi," Kata Yuna sambil menangis. "Rasanya menyebalkan sekali! Si pirang itu tiba-tiba muncul dan mengambil ayah!"
"Kecintaan Yuna kepada ayahnya membingungkan, ya," Kata Ako. "Ngomong diambil segala."
"Iya, sudah level yang membahayakan, tuh," Kata Makie.
"Aku serius, tahu!" Kata Yuna. "Tanpa aku, ayah itu orang yang benar-benar payah."
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
"Akashi hakase? Kelihatannya ada yang sedang mengawasi anda secara diam-diam," Kata Donnet Mc Guinness wanita yang tadi menelepon ayahnya Yuna.
"Ah, itu putriku dan teman-temannya," Kata Akashi hakase. "Walaupun aku nggak tahu kenapa dia melakukan itu."
"Ah, jadi Yuna putrimu yang saat ini mengawasi kita," Kata Donnet. "Kalau begitu tidak ada masalah, karena kalau dia tidak menguasai sihir dia hanya akan mendengar pembicaraan yang kita lakukan sebagai pembicaraan konyol dan tidak penting."
"Yah, aku tidak memberitahunya soal sihir," Kata Akashi hakase. "Karena aku merasa kalau akan lebih baik bagi Yuna untuk hidup sebagai orang biasa."
"Apakah kau masih merasa trauma dengan kematian istrimu," Kata Donnet. "Makanya kau tidak ingin Yuna mempelajari sihir?"
"Sigh, begitulah aku kuatir kalau Yuna mempelajari sihir, dia akan mengalami hal yang sama dengan ibunya," Kata Akashi hakase. "Makanya aku tidak mengajarinya sihir."
"Tapi cepat atau lambat kau harus memberitahukan soal sihir kepada Yuna, suka atau tidak," Kata Donnet. "Karena Yuna memiliki bakat sihir yang sama dengan almarhum ibunya."
"Aku tahu Donnet," Kata Akashi hakase. "Tapi tidak sekarang, aku berencana memberitahukan soal sihir kepada Yuna setelah ia masuk SMA."
"Fuh....yah, bolehlah, sekarang bicara soal pekerjaan," Kata Donnet. "Chao Ling Shen sama sekali nggak punya hubungan dengan Fate Averruncus, hal itu sudah dipastikan."
"Ternyata Chao Ling Shen benar-benar bergerak sendiri, dia tidak punya bantuan dari manapun," Kata Akashi hakase. "Berarti dia memang benar-benar dari masa depan."
"Kemungkinan besar memang begitu, mengingat dia menggunakan teknologi yang jauh melampaui apa yang bisa dicapai bahkan dengan teknologi yang ada di Mundus Magicus," Kata Donnet.
"Kepala sekolah juga sengaja tidak melaporkan kasus ini ke Mundus Magicus," Kata Akashi hakase. "Entah apa alasannya."
"Apapun alasannya kurasa hal yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah tindakan yang bijak," Kata Donnet. "Karena kita tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh pihak Mundus Magicus jika mereka tahu mengenai Chao Ling Shen."
"Selanjutnya yang menjadi pertanyaan utama," Kata Akashi hakase. "Kasus demon kelas bangsawan Wilhelm Joseph Von Herrman, Shirou-kun berkata padaku kalau dia adalah anak buahnya Fate Averruncus."
"Sepertinya memang begitu sesuai dengan kesaksian dari Inugami Kotaro," Kata Donnet. "Ngomong-ngomong kenapa Emiya Shirou belum tiba juga, semestinya dia sudah ada bersama dengan kita dari beberapa menit yang lalu."
"Shirou-kun tadi sudah mengirimkan e-mail padaku," Kata Akashi hakase. "Dia akan terlambat datang kesini karena harus membantu Kiritsugu mengurus pembukuan."
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
"Tuh, kan Yuna ayahmu terlihat senang," Kata Ako.
"Perkembangan hubungan mereka berdua juga kelihatan cukup bagus," Kata Makie.
"Uugh mata tajamnya mencurigakan," Kata Yuna yang terlihat begitu marah. "Pasti ayah telah ditipunya!"
"Hei, hei, Yuna," Kata Akira. "Tidak baik, lho berpikiran buruk begitu."
"Ta-tapi aku kan cuma ingin....,"
"Lho, Yuna-san, Akira-san, Makie-san, Ako-san, apa yang sedang kalian berempat lakukan disini?"
Sebelum Yuna sempat menyelesaikan ucapannya Shirou tiba-tiba saja muncul di belakang Yuna dan yang lain membuat mereka berempat merasa terkejut.
"Shi-Shirou-kun!" Kata Yuna yang terkejut dengan kemunculan Shirou. "Ke-kenapa kau ada disini?"
"Aku mau menemui Akashi hakase ayahmu yang sedang menunggu di depan sana karena ada yang mau kubicarakan dengannya," Kata Shirou. "Kalian sendiri sedang apa disini?"
"Yuna menyangka kalau ayahnya sedang berkencan dengan wanita berambut pirang," Kata Makie. "Makanya dia mengajak kami bertiga untuk membantunya menguntit ayahnya secara diam-diam."
"Makie! Apa yang kau katakan pada Shirou-kun!" Kata Yuna dengan wajah yang memerah.
"Ahahahahaha, Yuna-san rupanya kau terlalu menyayangi ayahmu," Kata Shirou yang tertawa setelah mendengar kenapa ia mengawasi dan menguntit ayahnya diam-diam. "Sampai-sampai kau salah paham terhadap ayahmu sendiri."
"A-apa maksudmu Shirou-kun?" Tanya Yuna.
"Iya kami semua bingung dengan maksud dari ucapanmu," Kata Akira.
"Wanita berambut pirang yang saat ini sedang mengobrol dengan ayahmu namanya Donnet McGuinness, rekan kerja ayahmu yang berasal dari Wales, yang ditugaskan sebagai pengawas sekaligus wali dari Negi di Jepang," Jawab Shirou. "Lagipula mungkin ayahmu berkencan dengannya, karena Donnet-san sudah memiliki suami."
"Apaaaaa!" Teriak Yuna. "Ja-jadi wanita bernama Donnet itu bukan pacarnya ayahku!?"
"Tentu saja bukan Yuna-san," Kata Shirou. "Kalau ayahmu mengencani Donnet-san, itu sama saja dengan mencari masalah."
"Fyuuh syukurlah," Kata Yuna yang wajahnya sekarang terlihat lebih tenang. "Rasa kuatirku benar-benar tidak berguna!"
"Kecintaanmu terhadap ayahmu sudah membutakan akal sehatmu, Yuna," Kata Akira. "Sampai ke level obsesi."
"Menyayangi seseorang memang baik, Yuna-san," Kata Shirou. "Tapi kalau rasa cinta dan sayang sudah berubah menjadi obsesi maka segala sesuatu akan berubah menjadi negatif, kalaupun ayahmu mendapatkan pasangan baru, itu adalah hak dari ayahmu sebagai seorang pria dewasa. Kau harus belajar untuk merelakan, karena kalau tidak kau tidak akan pernah mengerti apa itu cinta sejati."
Nasihat dari Shirou membuat Yuna menangis, ia akhirnya sadar kalau rasa cintanya kepada ayahnya bukanlah rasa cinta yang sehat. Terobsesi dengan ayahnya sendiri bukanlah hal yang baik.
"Terima kasih Shirou-kun," Kata Yuna. "Berkatmu aku jadi mengerti apa kesalahanku."
"Baguslah kalau begitu," Kata Shirou. "Aku senang bisa membantumu Yuna-san, sekarang aku harus permisi dulu. Karena ada hal penting yang akan kubicarakan dengan ayahmu."
"Tunggu dulu, Shirou-kun," Kata Yuna. "Aku belum memberimu hadiah karena sudah membuatku sadar atas kesalahanku."
"Eh, hadiah apa maksudmu?" Tanya Shirou yang agak bingung dengan ucapan Yuna.
"Hadiah ini!" Jawab Yuna sambil menarik tubuh Shirou dan mencium bibirnya.
"Mmmmm!" Shirou merasa terkejut! Ia tidak menyangka kalau Yuna akan mencium bibirnya.
"Eeeeeeeh!" Teriak Akira sambil menangis. "Yuna apa yang lakukan!"
"Ara Yuna berani sekali!" Kata Makie dengan wajah memerah.
Sementara Ako merasa bingung kenapa ia merasa sangat kesal ketika Yuna mencium bibir Shirou.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
"Wah, putrimu Yuna benar-benar mirip dengan ibunya," Kata Donnet yang melihat Shirou dicium oleh Yuna. "Dia benar-benar gadis yang pemberani, mencium Shirou-san di tempat umum begini."
"Yah, aku tahu kalau dia menyukai Shirou-kun," Kata Akashi hakase yang hanya bisa menghela nafas melihat perbuatan putrinya . "Tapi aku tak menyangka kalau dia seberani itu."
"Kalau ayah normal yang amat sayang dengan putrinya pasti dia akan marah-marah," Kata Donnet. "Tapi kok reaksimu biasa saja, sih."
"Kalau lelaki lain yang dia cium tentu aku akan bereaksi begitu," Kata Akashi hakase. "Tapi yang dia cium adalah Shirou-kun, jadi aku tidak akan protes atau marah-marah karena aku tahu kalau Shirou-kun adalah lelaki baik yang pantas menjadi pasangan untuk putriku."
"Ucapanmu seolah kau ingin Shirou-san menjadi menantumu," Kata Donnet.
"Tentu saja," Kata Akashi hakase. "Karena bagiku Shirou-kun adalah pasangan tetbaik untuk putriku."
Setelahnya butuh waktu lebih dari 1 menit untuk Yuna melepaskan ciumannya. Yuna berlari dengan wajah memerah, setelah ia melepaskan ciumannya. Karena ia merasa malu dengan tindakan nekat yang ia lakukan. Diikuti oleh ketiga teman dekatnya yang ingin bertanya kepada Yuna kenapa ia mencium Shirou.
Sedangkan Shirou masih terdiam karena bingung dengan apa yang baru saja terjadi padanya.
Author Note: Maaf terlambat upload