Cerita pertama:
SMP Mahora kelas 3-a, bersama dengan murid bernomor absen 1, Sayo Aisaka.
Sayo Aisaka yang sedang tidak bersama dengan Kasumi. Duduk di kursinya yang berada di kelas 3-a sambil memutar-mutar pensil miliknya.
"Haaah libur musim panas ini benar-benar senggang," Kata Sayo. "Nggak ada murid yang datang ke sekolah benar-benar membosankan."
Sayo saat ini benar-benar sedang merasa bosan, sebagai hantu yang terikat di SMP Mahora area yang bisa ia kunjungi sangatlah terbatas. Makanya ia memilih berdiam diri di kelas 3-a yang merupakan teritori tempat ia terikat.
"Kasumi juga sedang mengumpulkan data di luar Mahora," Kata Sayo. "Kalau nggak ada Kasumi aku nggak akan bisa masuk ke Istana Lebenschilt, aku berharap setidaknya ada hal menarik yang terjadi."
Banyak orang yang bilang kalau bicara tidak boleh sembarangan, dan hal yang terjadi selanjutnya pada Sayo akan membuatnya sangat menyesal berbicara sembarangan.
"Graak, Graak, Graak!"
Suara kursi dan meja yang tiba-tiba saja berbunyi dengan sendirinya membuat Sayo terkejut sampai-sampai pensil yang ia putar-putar di tangannya terjatuh ke lantai.
"Si-siang-siang begini kok ada fenomena poltergeist," Kata Sayo yang langsung gemetar ketakutan karena poltergeist yang tiba-tiba muncul. "Hiii, Me-menakutkan juga, apa poltergeist itu muncul karena aku tadi mengucapkan ingin terjadi hal yang menarik!? A-apa sebaiknya aku pergi ke mini market saja, ya? Ya-yah sebaiknya begitu, se-sekalian aku melihat-lihat apa yang saja yang dilakukan oleh teman-teman sekelasku selama liburan musim panas."
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Cerita kedua: Sniper yang hemat, nomor absen 18, Tatsumiya Mana.
Lokasi: Bioskop Mahora.
Mana yang baru saja pulang dari menyelesaikan misinya di luar Mahora memutuskan untuk menonton film di bioskop untuk refreshing setelah menjalankan misi yang cukup berbahaya.
"Sepertinya film yang ditayangkan cukup bagus," Kata Mana setelah melihat ke arah papan reklame yang berada di luar bioskop. "Sesekali boleh juga menonton film untuk melepas stress boleh juga."
Tapi masalah muncul ketika Mana ingin membeli tiket.
"Satu tiket untuk anak SMP," Kata Mana.
"Jangan bicara hal bodoh begitu," Kata penjual tiket yang berpura-pura bodoh ketika melihat Mana walaupun ia tahu kalau Mana adalah anak SMP demi mendapatkan untung lebih dari tiket yang ia jual. "Kau itu orang dewasa jangan berpura-pura jadi anak SMP, itu tidak baik! Kau harus membayar tiket dewasa dengan harga 1800 Yen!"
"Aku bukan orang dewasa! Coba lihat kartu pelajarku ini!" Kata Mana. "Aku ini masih SMP umurku saja baru 14 tahun!"
"Kartu pelajar bisa dipalsukan nona," Kata penjual tiket. "Jangan coba menipuku!"
"Ahahahaha, punya wajah tua menyusahkan juga, ya Mana!" Kata Kaede yang kebetulan lewat.
"Wah, kebetulan, ya, Kaede," Kata Mana yang menodongkan pistolnya ke perut Kaede. "Wajahku kenapa katamu?"
"Ahahahaha, cuma lebih 800 yen, bukan? Tidak perlu sepelit itu," Kata Kaede yang berkeringat dingin karena Mana menodongnya dengan pistol. "Dan tolong jangan menodongkan pistol itu padaku, walaupun isinya peluru karet. Akan sangat sangat menyakitkan kalau peluru itu mengenai tubuhku!"
"Bodoh! Mahasiswa dan SMA itu 1500 Yen dan SMP itu 1000 Yen! Sementara aku disuruh membayar tiket dewasa yang harganya 1800 Yen! 800 Yen itu perbedaan yang besar tahu!" Kata Mana.
"Sigh kau benar-benar pelit, Mana!" Kata Kaede. "Coba lihat caraku melakukannya!"
Dengan menggunakan tehnik ninja miliknya Kaede mengganti baju casual yang sebelumnya ia pakai menjadi seragam sekolahnya.
"A-apa! Kau mengganti pakaianmu dengan seragam sekolah!" Kata Mana.
"Yup, dengan begini aku akan terlihat seperti anak SMP biasa!" Kata Kaede.
Kaede lalu mencoba untuk membeli tiket, berharap dia akan diperlakukan berbeda. Tapi karena Kaede tidak tahu kalau penjual tiket itu adalah seorang penipu yang sudah mendapatkan banyak keuntungan dengan cara menjual tiket ke setiap pengunjung bioskop dengan harga yang jauh lebih mahal. Penjual tiket itu tidak mempedulikan Kaede dan tetap menjual tiket pada Kaede dengan harga dewasa.
"Satu lembar tiket untuk anak SMP," Kata Kaede sambil memperlihatkan kartu pelajar miliknya.
"1800 Yen," Kata penjual tiket. "Jangan coba menipuku dengan cosplay murahan yang kau pakai itu! Kau itu sudah tante-tante tapi tidak merasa malu memakai seragam anak SMP!"
"Apaaa!" Kata Kaede yang merasa shock karena ia dipanggil tante-tante.
"Dua lembar tiket untuk anak TK!" Kata si kembar Narutaki.
"Baik 250 yen!" Kata penjual tiket yang tertipu dengan penampilan si kembar Narutaki yang seperti anak TK.
Mulut Kaede dan Mana ternganga ketika melihat si kembar Narutaki bisa membohongi penjual tiket bioskop yang tadi memeras mereka berdua untuk membeli tiket dewasa.
"Nagase-san, Tatsumiya-san apa yang kalian berdua lakukan disini?" Tanya Shirou yang sedang memakai wujud Archer, untuk menghindari fan girl yang terus mengikutinya ketika ia tadi mau membeli bahan makanan ditemani oleh Rin.
"Sepertinya mereka berdua mau menonton film, Archer," Kata Rin yang membawa kantung kertas berisi sayuran. "Tapi entah kenapa mereka malah diam saja di depan bioskop."
"Sesuai dengan ucapan Rin-dono kami berdua mau menonton bioskop Archer-dono," Jawab Kaede yang sudah mengetahui sebelumnya kalau Archer adalah Shirou. "Tapi tidak jadi karena harga tiket yang dikenakan pada kami adalah harga tiket orang dewasa karena tampang kami yang jauh lebih tua dari umur kami!"
"I-Iya a-apa yang di-dikatakan oleh Ka-Kaede me-memang ben-benar," Kata Mana yang tidak berani memandang ke arah Shirou dan berbicara dengan gugup. Mana tidak menyangka kalau lelaki yang selama ini ia cari ternyata tinggal di Mahora, ditambah saat ini ada di hadapannya. Semenjak Mana melihat Archer bertarung di Kyoto, Mana Tatsumiya langsung jatuh cinta padanya dan akibatnya selalu memikirkan Archer setiap saat. Bahkan di beberapa kesempatan, ia hampir gagal mengerjakan pekerjaannya karena ia memikirkan Archer.
"Begitukah?" Kata Shirou. "Kenapa kalian tidak memperlihatkan kartu pelajar kalian, bukankah itu adalah bukti kalau kalian berdua masih SMP."
"Kami sudah melakukannya," Kata Kaede. "Tapi penjual tiket itu bilang kalau kartu pelajar kami palsu dan kami mencoba menipunya de gozaru."
"Hmm kemungkinan besar penjual tiket itu tahu kalau kalian berdua adalah anak SMP," Kata Rin. "Tapi dia berpura-pura bodoh, dan dengan sengaja menipu kalian berdua supaya mendapatkan untung lebih. Kartu pelajar yang dimiliki oleh setiap pelajar di Mahora dibuat menggunakan tehnik khusus jadi hampir tidak mungkin untuk di palsukan, tampaknya penjual tiket itu benar-benar seorang penipu."
"Apaaa!" Teriak Kaede dan Mana.
Mereka berdua yang benar-benar merasa kesal karena sudah ditipu oleh si penjual tiket bermaksud melabrak penjual tiket itu dan membawanya ke kantor polisi. Tapi begitu keduanya melihat ke arah loket, loket itu sudah ditutup dan si penjual tiket sudah tidak ada. Si penjual tiket yang mendengar semua ucapan Rin langsung kabur karena tahu kalau ia akan dipenjara kalau tidak segera pergi.
"Cih! Cepat sekali dia kabur!" Kata Mana.
"Dia pasti belum jauh! Ayo kita kejar de gozaru!" Kata Kaede.
Kaede dan Mana meninggalkan bioskop dan berlari mencari si penjual tiket.
Rin dan Shirou yang melihat keduanya mencari si penjual tiket yang kabur hanya diam dan tidak membantu. Karena keduanya tahu seberapa hebat kemampuan dari Kaede dan Mana, jadi tidak perlu membantu mereka berdua untuk mengejar seorang penipu yang melarikan diri.
"Yup, mereka berdua sudah pergi, kuharap penipu itu bisa ditangkap," Kata Rin.
"Aku cuma bisa berdoa semoga penipu itu tidak diapa-apakan oleh Kaede-san dan Mana-san," Kata Shirou. "Karena aku tahu betapa kuatnya mereka berdua."
Author Note: Short story ini akan terbagi jadi tiga bagian.