Rania memandangi Bara yang masih terbaring di kamar rawatnya. Semuanya terjadi dalam sekejap mata dan kini sudah tiga hari berlalu namun Bara masih belum membuka matanya.
Dokter mengatakan Bara sudah dalam keadaan stabil meskipun ia sempat mengalami pendarahan ketika menjalani operasi untuk mengangkat peluru yang bersarang di dada sebelah kirinya.
Beruntung peluru itu meleset dan tidak mengenai organ vitalnya.
"Kenapa kamu harus mengalami hal seperti ini lagi?" gumam Rania. Melihat Bara yang terbaring membuat dadanya terasa sesak. Rasa sesak itu semakin menjadi ketika ia membayangkan apa yang akan terjadi ketika Bara sadar dan mengetahui bahwa Maya telah dikebumikan.
Air mata kembali menggenang di pelupuk mata Rania. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat bagaimana Bara bersimpuh di sebelah tempat tidur Maya sambil terisak dan memohon agar Maya kembali padanya.