Napas Pak Haryo naik turun tidak karuan melihat apa yang terjadi di depan matanya. Pemandangan horor yang sama dengan yang pernah dilihatnya puluhan tahun lalu kembali hadir di depan matanya.
"Angga," bisik Pak Haryo. Matanya membelalak terkejut.
Tas berisi papan catur dan makanan yang ia bawa untuk dinikmati berdua bersama Pak Angga terjatuh di lantai.
Suasana sekitar tiba-tiba terasa hening. Tidak ada suara apapun yang terdengar di telinga Pak Haryo. Hanya desing memekakkan telinga yang tersisa.
Sementara itu, orang-orang yang berlarian di sekitarnya seolah bergerak dalam gerakan lambat di matanya. Waktu terasa membeku bagi Pak Haryo. Ia bertanya di dalam hati. Mengapa sekarang.
Kaki Pak Haryo melunglai dan ia pun jatuh berlutut di lantai dengan mata yang tidak lepas memandangi Pak Angga yang kini memejamkan matanya dengan leher berbalut kain selimut.