"Pergi kamu. Saya juga tidak ingin menemui kamu," sergah Pak Angga.
Hanggono meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya. "Jangan kencang-kencang. Tidaka ada yang tahu kalau saya ada disini."
Pak Angga memelankan sedikit suaranya. "Apa lagi yang kamu inginkan?"
"Banyak yang saya inginkan. Tapi, melihat keadaan kamu, sepertinya saya tidak akan bisa mendapatkan apa yang saya mau," jawab Hanggono. Ia kemudian menatap tajam ke arah Pak Angga. "Gara-gara kamu tidak mau menyerahkan dokumen itu, saya harus bekerja ekstra untuk mendapatkannya."
Pak Angga mendengus sembari tertawa pelan. "Sepertinya kehancuran kamu akan datang sebentar lagi. Setidaknya saya tidak hancur seorang diri."
Hanggono tertawa mendengarkan ucapan Pak Angga. "Lihat siapa yang bicara. Kamu lupa, saya bisa melakukan apapun untuk mencapai tujuan saya."
"Tidak dengan tujuan kamu kali ini."
Hanggono menaikkan satu alisnya. "Memangnya kamu pikir, saya takut untuk menghabisi Kakak kesayangan kamu itu."