"Kacau. Semuanya kacau," rutuk Hanggono.
Semakin hari, ia semakin merasa geram karena apa yang sudah dibangunnya selama ini, seakan mulai runtuh satu per satu.
Belum selesai persoalannya tentang perusahaan cangkang miliknya dan milik Pak Angga yang kini berkas-berkasnya entah ada dimana, ia mendapatkan kabar bahwa saat ini Pak Angga diam-diam dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa oleh Pak Haryo.
Ia lantas membentak anak buahnya yang tempo hari ia perintahkan untuk mengambil berkas-berkas tentang perusahaannya yang ada pada Pak Angga. "Kamu belum berhasil menemukan berkas-berkas itu?"
"Belum, Pak. Saya sudah geledah rumah dan kantornya. Tapi, berkas itu sudah tidak ada disana."
Hanggono berdecak kesal. "Harusnya saya tidak mengandalkan kamu." Ia kemudian menatap tajam pada pria yang berdiri di hadapannya. "Bos kamu masih belum bisa dihubungi?"
Pria itu menggeleng. "Belum, Pak. Saya sudah mencarinya di rumah atau di tempat yang biasa dia datangi, tapi dia juga ngga ada, Pak."
