Makan malam bersama dengan Pak Hanggono dan para koleganya ternyata berlangsung lebih lama daripada yang Damar bayangkan. Pak Hanggono membawa Damar untuk berbincang dengan para koleganya. Sementara Pak Angga dan Pak Bima hanya memperhatikannya dari kejauhan.
"Sepertinya Hanggono menyukai Damar," ujar Pak Angga.
Pak Bima yang sedari tadi memperhatikan juga memiliki pemikiran yang sama. "Sepertinya begitu."
"Baguslah kalau Hanggono bisa cepat menyukai Damar. Itu artinya, kita sudah mendidik Damar dengan benar."
Pak Bima terus memperhatikan Damar yang terlihat menikmati setiap perbincangan dengan kolega yang dikenalkan Pak Hanggono kepadanya. Tetapi, dari sorot matanya, ia mengetahui kalau Damar sebenarnya sudah lelah untuk berpura-pura menikmati obrolan mereka. Wajahnya memang terus menyunggingkan senyum, tetapi sorot matanya, jelas-jelas menunjukkan Damar ingin segera lari dari panggung pertunjukannya sendiri.