Setelah perjalanan darat yang panjang, menjelang siang, Rania tiba di pulau Dewata, Bali. Rania segera pergi ke rumah guru lukisnya yang berada di kawasan Ubud. Sang guru begitu terkejut ketika melihat Rania muncul di depan rumahnya. Pak Ketut tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dan terpaku di serambi rumahnya, sementara Rania langsung berlari memeluk Pak Ketut. Tangisnya kembali pecah.
"Ada apa ini? Kok kamu ada di sini? Bukannya kamu--" tanya Pak Ketut kebingungan.
"Mahesa, Bara," ujar Rania sambil menangis tersedu-sedu.
Seorang asisten Pak Ketut keluar membawa baki berisi teh hangat dan terdiam membeku di bibir pintu begitu melihat Pak Ketut sedang dipeluk oleh Rania. Baki yang dibawanya tanpa sengaja terjatuh. "Rania?" ujarnya tidak percaya.
Rania melepaskan pelukannya dari Pak Ketut dan menghapus air matanya.
"Iya, saya harusnya mati dalam kecelakaan itu," ujar Rania lirih.