Dua minggu berlalu dan akhirnya besok senin Bara akan mengikuti ujian masuk MG Group seperti yang dikatakan oleh Pak Haryo. Seluruh bahan pembelajaran yang diberikan Kimmy sudah berhasil dia pelajari dalam waktu yang cukup singkat. Di sela-sela itu Bara juga mempelajari temuan Raya terhadap data keuangan milik MG Group.
"Gimana persiapan kamu untuk besok?" Tanya Pak Haryo pada saat mereka berdua sedang menyantap makan malam.
"Sejauh ini bagus," jawab Bara singkat.
"Baguslah kalau begitu," ujar Pak Haryo.
Kemudian tercipta sebuah keheningan panjang di antara Pak Haryo dan Bara. Hanya terdengar suara denting sendok yang beradu dengan piring porselin. Keheningan seperti ini sering terjadi setelah kejadian dua minggu yang lalu. Jika tidak ada orang lain di antara Pak Haryo dan Bara, keduanya hanya berbicara seadanya. Keheningan ini semakin membuat Bara jengah. Bara segera menandaskan makanannya dan dengan hati-hati berusaha membaca suasana hati Pak Haryo. Bara menatap Pak Haryo yang masih menikmati makanannya. Pikirannya membayangkan kemarahan Pak Haryo setelah peristiwa yang terjadi di Lembang. Membayangkan kemarahan Pak Haryo saja sudah membuat nyali Bara untuk kembali memulai percakapan menjadi ciut.
"Ada yang mau kamu bicarakan?" Tanya Pak Haryo tiba-tiba. Pak Haryo bahkan tidak menatap Bara ketika bertanya padanya.
Bara yang terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba dari Pak Haryo hanya bisa tergagap dan kembali mengumpulkan keberaniannya.
"Eh, anu." Bara menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya." Pak Haryo tetap fokus pada santapannya.
"Saya minta maaf Eyang." Akhirnya apa yang ingin disampaikan Bara berhasil keluar dari mulutnya.
Pak Haryo seketika menghentikan makannya dan menoleh ke arah Bara. Melihat reaksi Pak Haryo, Bara segera melanjutkan apa yang ingin dikatakannya.
"Saya minta maaf atas kejadian tempo hari, saya bertindak tanpa berpikir panjang--" Bara menghentikan ucapannya dan menunggu reaksi dari Pak Haryo.
"Ada lagi yang mau kamu sampaikan?" Tanya Pak Haryo tenang.
"Saya juga minta maaf sudah melawan Eyang, pikiran saya saat itu sedang kalut karena kematian Pak Ardan dan ucapan Eyang soal Pak Ardan membuat saya melampiaskan kemarahan saya sama Eyang. Seharusnya saya marah pada diri saya sendiri bukan sama Eyang." Bara menyelesaikan kata-katanya.
Pak Haryo menatap Bara sambil mendekap kedua tangan di depan dadanya. Pak Haryo kemudian meletakkan kedua tangannya di atas meja makan dan mulai berbicara pada Bara.
"Saya juga minta maaf atas kata-kata saya tentang Ardan. Saya mengakui kata-kata saya waktu itu sudah keterlaluan, bagaimana pun juga dia sudah berbuat baik dengan kembali menyelamatkan kamu."
Bara menghela napas lega setelah mendengar pernyataan Pak Haryo. Pak Haryo tersenyum pada Bara dan kembali menikmati makan malamnya. Bara mengambil segelas air putih dan meminumnya.
"Oh ya, kata orang rumah kemarin ada perempuan kesini. Pacar kamu?" Pak Haryo kembali bertanya secara tiba-tiba.
Bara yang sedang minum seketika menyemburkan minumannya begitu mendengar pertanyaan Pak Haryo. Bara terbatuk-batuk sementara Pak Haryo terkekeh melihat reaksi Bara.
"Kapan mau kamu kenalkan dia ke saya?" Pak Haryo kembali menggoda Bara.
Melihat Bara yang semakin salah tingkah, Pak Haryo kembali melancarkan gurauan untuk menggoda Bara.
"Tenang saja, saya ngga bakal larang-larang kamu buat bawa perempuan ke sini. Toh, kamu sudah dewasa. Atau kamu sudah berencana mau memberikan cicit untuk saya?"
Bara semakin terbatuk-batuk mendengar kata cicit yang keluar dari mulut Pak Haryo. Sementara itu Pak Haryo terlihat sangat menikmati mengggoda Bara.
"Angkat tangan kamu yang tinggi." Pak Haryo meminta Bara untuk mengangkat kedua tangannya.
Bara refleks mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi setelah mendengar perkataan Pak Haryo.
Perlahan-lahan Bara mulai berhenti terbatuk. Bara berdeham untuk memastikan dirinya sudah tidak lagi terbatuk. Bara kemudian kembali menurunkan tangannya.
"Dia cuma teman," ujar Bara.
"Yakin cuma teman?" Pak haryo kembali menggoda Bara.
"Iya."
"Kapan-kapan kamu ajak dia ke sini buat makan malam. Sekalian kamu kenalin ke saya."
"Nanti saya coba ajak dia."
"Saya penasaran sama perempuan yang bikin cucu saya jadi salting begini," gurau pak haryo sambil terkekeh.
Bara tidak menyadari wajahnya yang merah padam akibat ucapan Pak Haryo. Malam itu hubungan keduanya sudah kembali membaik. Bara dan Pak Haryo menghabiskan waktu setelah makan dengan mengobrol santai di ruang keluarga. Pak Haryo menunjukkan beberapa album foto yang berisi kenangan keluarga mereka ketika Bara masih kecil. Meskipun Bara masih samar-samar dalam mengingat kenangan masa kecilnya, namun dirinya merasa beruntung karena seluruh peristiwa masa kecilnya terdokumentasi dengan baik. Bara juga merasa bersyukur masih memiliki Pak Haryo sebagai keluarga terdekatnya.
****
Suasana senin pagi di kantor pusat MG Group terlihat lebih sibuk dari biasanya. Khususnya bagian departemen HRD. Karena jumlah peserta yang cukup banyak, beberapa Staff HRD tampak sibuk mempersiapkan lembaran-lembaran soal ujian yang akan digunakan untuk test hari ini. Sementara bagian HRD sibuk melakukan persiapan untuk ujian peserta magang hari ini, karyawan bagian lain lebih penasaran dengan cucu Pak Haryo yang digosipkan akan mengikuti ujian masuk. Mereka penasaran akan sosok salah satu calon penerus MG Group tersebut, terlebih lagi para karyawan wanita, mereka semakin penasaran ketika mengetahui cucu Pak Haryo adalah seorang pria.
Bara menggosok-gosok telinganya yang terus menerus berdengung.
"Ada apa mas?" Tanya Supir pribadinya yang melihat Bara sibuk menggosok-gosok telinganya dari kaca spion.
"Kuping saya berdengung terus."
"Oalaah, ya wajar itu Mas. Pasti sekarang lagi banyak yang ngomongin Mas Bara," ujar Supir pribadinya sambil terkekeh.
"Bisa aja nih Bapak." Bara menimpali sambil terus menggosok telinganya.
"Sebentar lagi kita sampai Mas. Nanti mau turun di lobi atau seperti biasa aja Mas?"
"Seperti biasa aja, Pak."
"Baik, Mas."
Bara memandangi gedung MG Group yang semakin mendekat. Mobil yang ditumpanginya perlahan memasuki pelataran MG Group dan segera menuju tempat parkir yang terdapat di basement gedung tersebut. Bara segera merapikan pakaiannya ketika mobil yang ditumpanginya sudah berhenti. Bara memastikan sekali lagi barang bawaannya di dalam tas ransel yang dibawanya.
"Semoga berhasil, Mas."
"Iya, makasih Pak."
Bara bergegas keluar dari mobilnya dan berjalan menuju lift. Ketika sedang menunggu lift yang turun, Bara mendengar seseorang memanggil namanya. Bara menoleh dan melihat Damar setengah berlari kearahnya.
"Hai Bar, gimana? Udah siap buat testnya?" Sapa Damar yang sudah berdiri di sampingnya.
"Ya siap ngga siap. Lu tumben udah di kantor jam segini?" Bara balik bertanya pada Damar. Tidak biasanya Damar datang pagi-pagi ke kantor.
"Iya dong, sepupu gue mau test. Gue harus mantau, lah." Damar mencoba meledek Bara.
"Sial," gerutu Bara sambil tersenyum kecil.
Bara dan Damar kemudian menoleh bersamaan dan tertawa bersama. Pintu lift di hadapan mereka terbuka dan mereka berdua melangkah masuk kedalam lift.
"Ngomong-ngomong, gue minta maaf waktu itu ngusir lu sama Kimmy dari apartemen gue," ujar Bara ketika mereka berdua sudah didalam lift.
"Santai aja kali. Kalau gue atau Kimmy ada di posisi lu mungkin sikap kita juga bakal sama, it's okay." Damar menepuk bahu Bara pelan.
"Ini ngga apa-apa kalau kita berdua keluar dari lift bareng-bareng?" Tanya Bara.
"Loh emang ada masalah kalau kita satu lift?"
"Ya ngga, gue takut ada omongan yang ngga-ngga aja soal gue ikut test hari ini."
"Lu ikut test atau ngga, tetap bakal jadi bahan omongan kalau lu bergabung di perusahaan. Untungnya gue sama Kimmy udah ngelewatin fase itu, lu cuma perlu pura-pura ngga dengar sama gosip-gosip yang beredar."
"Baik, Pak Damar." Bara menggoda Damar.
Damar melirik Bara yang sedang menggodanya.
"Ngga elu, ngga Kimmy, sama aja dua-duanya," ujar Damar sambil melirik kesal.
"Sama-sama apa?"
"Sama-sama kurang ajar."
Mereka berdua kembali tertawa bersamaan. Tanpa terasa lift sudah berhenti di lantai yang mereka tuju. Bara dan Damar keluar bersamaan dari dalam lift. Beberapa karyawan yang kebetulan sedang melintas langsung mengalihkan pandangannya pada mereka berdua. Terlebih mereka keluar dari dalam lift sambil tertawa-tawa. Damar menemani Bara menuju meja resepsionis untuk mengkonfirmasi kedatangannya.
"Good luck, Bro. Gue masuk dulu," seru Damar ketika Bara sedang mencari namanya pada lembar kehadiran peserta test hari ini.
"Yo." Bara menjawab singkat tanpa mengalihkan pandangannya pada lembar kehadiran dihadapannya.
Damar menepuk bahu Bara pelan sebelum melangkah menuju ruangannya.
Bara segera membubuhkan tanda tangannya pada lembar kehadiran ketika berhasil menemukan namanya dan memberikannya kembali pada Resepsionis.
"Silahkan ditunggu dulu, Mas. Nanti kalau testnya mau mulai dipanggil lagi," terang Resepsionis yang menerima lembar kehadiran sambil tersenyum kikuk.
Bara balas tersenyum dan berjalan menuju kursi-kursi kosong yang disediakan untuk para peserta test.
Begitu Bara sudah menjauh dari meja Resepsionis, Resepsionis tersebut segera memastikan nama peserta yang baru saja menandatangai lembar kehadiran. Dugaan Resepsionis tersebut tepat, pria muda yang baru saja menandatangai lembar kehadiran adalah cucu Pak Haryo yang digosipkan akan mengikuti test hari ini. Dia segera mengetikkan sesuatu pada aplikasi obrolan di komputernya.
"Cucunya Pak Haryo beneran dateng. Barusan bareng sama Pak Damar, gantengnya ngga kaleng-kaleng, namanya Bara." Tulis Resepsionis tersebut pada grup obrolan miliknya dan segera menekan tombol enter. Pesan yang dikirimkan olehnya langsung mendapat tanggapan dari para anggota di grup obrolan tersebut.
****
Jam menunjukkan pukul sembilan, salah seorang Staff HRD datang menghampiri para peserta test dan meminta pada peserta untuk mengikutinya. Seluruh peserta segera bangkit dari kursinya dan mengikuti Staff tersebut, tidak terkecuali dengan Bara.
Mereka dibawa menuju ruang rapat yang sudah diubah seperti ruang kelas dengan meja kursi yang saling berjauhan. Para peserta dibebaskan untuk memilih kursinya sendiri. Setelah para peserta sudah duduk di kursinya masing-masing, beberapa Staff masuk sambil membawa lembaran-lembaran soal ujian.
Salah seorang staff tersebut menjelaskan tahapan-tahapan yang akan mereka lewati. Para peserta akan melewati empat tahap pengujian dan setiap tahap akan menggunakan sistem gugur. Tahap pertama adalah test pengetahuan umum dan psikotes. Tahap ke-dua peserta akan kembali menghadapi test pengetahuan umum dan psikotes lanjutan.
Untuk tahap pertama dan ke-dua akan berlangsung pada hari yang sama, namun untuk test ke-tiga peserta akan diberi jeda waktu dua hari karena peserta akan diberikan sebuah study kasus dan akan diminta untuk menyelesaikannya dan mempresentasikannya pada penguji.
Selanjutnya untuk tahap ke-empat, peserta akan diberitahu paling lambat tujuh hari setelah test ke-tiga dilaksanakan. Dan tahap ke-empat adalah wawancara dengan beberapa kepala departemen MG Group.
Bara mendengarkan dengan seksama penjelasan Staff tersebut. Namun beberapa kali Bara menangkap para Staff HRD melirik ke arahnya. Sepertinya mereka sudah mengetahui siapa cucu Pak Haryo yang mengikuti test hari ini.
Para Staff mulai membagikan soal yang harus dikerjakan para peserta ujian. Bara membuka lembaran soal yang diterimanya.
"damn." Batin bara ketika membuka lembaran soal miliknya.
Bara sedikit meragukan dirinya ketika mulai membaca soal-soal tersebut. Namun Bara kembali mengingatkan dirinya bahwa nama baik Pak Haryo dan dirinya sangat dipertaruhkan pada test hari ini.
****