Kimmy berinisiatif untuk mengunjungi Bara di apartemennya. Semenjak kepulangan mereka dari Bali, Bara tidak banyak berbicara padanya atau sekedar mengirim pesan. Sebelum tiba di apartemen Bara, Kimmy mampir di sebuah restoran pizza dan memesan beberapa varian rasa untuk dibawa ke apartemen Bara.
"Pas nih buat malam mingguan," pikir Kimmy.
Setelah mengambil pesanan pizza miliknya yang sudah siap, Kimmy segera berangkat menuju apartemen Bara. Begitu tiba di apartemen Bara, Kimmy menekan tombol bel beberapa kali namun tidak ada jawaban. Kimmy akhirnya memutuskan untuk masuk sendiri ke dalam apartemen Bara.
"Bar, Bara!" Kimmy memanggil-manggil Bara begitu masuk ke dalam apartemennya. Namun tidak ada jawaban. Tidak ada siapa pun di dalamnya.
"Apa dia pergi?" Batin Kimmy.
Kimmy kemudian mencoba menghubungi nomor ponsel Bara. Tidak ada jawaban. Kimmy mencoba beberapa kali untuk mengubungi Bara, namun hasilnya sama. Bara sama sekali tidak menjawab telponnya. Kimmy akhirnya memutuskan untuk menghubungi Damar.
"Mas, lu bisa tahu posisi Bara di mana, kan?" Tanya Kimmy begitu Damar menjawab teleponnya.
Kimmy menunggu beberapa saat untuk mengetahui jawaban Damar.
"DI APARTEMEN?" Kimmy terperanjat mendengar jawaban dari Damar yang mengatakan Bara ada di apartemennya.
"Gue lagi di apartemennya, tapi ngga ada siapa-siapa, gue telpon juga ngga ada jawaban," ujar Kimmy sedikit panik.
"Lu kesini sendiri deh kalau ngga percaya."
Dengan kesal Kimmy mematikan telponnya. Kimmy kemudian mencari Bara ke kamarnya. Kamar Bara tampak rapi. Kimmy mencari ke setiap ruangan yang ada di dalam apartemen Bara, namun Bara juga tidak ada disana. Kimmy berjalan mondar-mandir di dalam apartemen Bara sambil mencari nomor kontak Supir Pribadi Bara di ponselnya. Ketika menemukanya, Kimmy segera menghubunginya.
Kimmy semakin terkejut ketika Supir Pribadi Bara mengatakan terakhir kali dia bertemu Bara setelah mengantarnya sepulang kerja hari jumat kemarin. Bara juga memintanya untuk tidak perlu datang pada akhir pekan ini.
"Ini orang kemana sih?" Kimmy semakin panik.
Tidak berapa lama, Damar datang menyusul ke apartemen Bara. Damar menunjukkan posisi Bara yang berada di dalam apartemennya.
"Coba lu telpon lagi nomornya, jangan-jangan hp-nya ada di sekitar sini," Damar meminta Kimmy untuk kembali menelpon nomor ponsel Bara.
Kimmy kembali menghubungi nomor ponsel Bara. Sementara Damar, ia memperhatikan kamar Bara dengan seksama untuk mencari keberadaan ponsel Bara. Dugaan Damar ternyata benar, ia menemukan ponsel Bara di dalam laci meja nakas yang ada di sebelah tempat tidur Bara.
"Ini, handphonenya di tinggal di laci," seru Damar sambil menunjukkan ponsel Bara pada Kimmy.
"Terus dia kemana ini, kata Supirnya dia terakhir ketemu jumat kemarin."
"Lu lihat mobilnya ngga diparkiran?" Tanya Damar.
"Tadi pas lewat parkiran gue lihat mobilnya ada, kok."
"Mungkin dia pakai mobil yang lain?"
Kimmy mengangkat bahunya. Dia tidak mengetahui apakah Bara menggunakan mobil lain selain yang biasa dia gunakan sehari-hari.
"Coba telpon supirnya lagi." Damar meminta Kimmy untuk kembali menghubungi Supir Pribadi Bara.
Kimmy kembali menghubungi Supir Pribadi Bara.
"Kata supirnya beberapa hari yang lalu Pak Agus nganter mobil baru," ujar Kimmy ketika memutuskan sambungan telpon dengan Supir Pribadi Bara.
"Mungkin dia ke rumah Eyang Haryo?" tanya Damar.
"Ngga mungkin, Eyang Haryo lagi di luar negeri. Dia baru pulang lusa nanti."
"Lu ngga mau coba hubungin Eyang Haryo?"
"Jangan dulu deh, kita tunggu aja dulu di sini."
"Ini pizza boleh gue makan ngga?"
"Makan aja, gue udah ngga mood."
Damar kemudian memakan pizza yang dibawa Kimmy. Sementara Kimmy sibuk dengan pikirannya sendiri dengan menduga-duga kemana Bara pergi.
"Jangan dimakan semua," ujar Kimmy ketus.
"Hmmm," sahut Damar sambil terus memakan pizza yang dibawa Kimmy.
Malam itu akhirnya Kimmy dan Damar bermalam di apartemen Bara karena Kimmy ingin menunggu Bara pulang.
***
Malam hari, Bara dan Pak Ardan tiba di sebuah gudang tua yang berada jauh dari desa yang mereka datangi. Dengan tangan terikat, keduanya dibawa masuk ke dalam gudang tersebut. Bang Ojal memperhatikan keadaan sekitar.
"Sepertinya mereka sudah di sini," batin Bang Ojal.
"Terus mereka mau diapain, bang?" Tanya salah satu anak buah Pak Angga pada Bang Ojal.
"Lepasin Bapak, dia ngga ada sangkut pautnya sama ini semua, tujuan kalian cuma gue, kan." Bara berteriak pada komplotan yang membawanya.
Bang Ojal melirik pada Bara yang berteriak padanya. Ia kemudian membungkukkan badannya dan menatap Bara lekat-lekat. "Justru gue ada disini buat menghabisi kalian berdua," ucap Bang Ojal dingin.
Bara balas menatap Bang Ojal dengan tatapan penuh kemarahan.
"Kayanya dia harus dikasih pelajaran dulu, bawa dia." Bang Ojal memerintahkan orang-orangnya untuk memasukkan Bara ke dalam ruang kosong yang ada di gudang tersebut.
Dengan sigap mereka membawa Bara ke sebuah ruang kosong yang ada di dalam gudang tersebut. Mereka mendorong tubuh Bara hingga tersuruk di lantai dan kemudian menutup pintu ruangan tersebut. Bara bangkit berdiri dan berusaha mendobrak pintu menggunakan bahunya.
"Lepasin Bapak!" Teriak Bara sambil terus berusaha mendobrak pintu.
Menyadari usahanya sia-sia untuk mendobrak pintu tersebut, Bara kemudian mengalihkan perhatiannya pada ruangan tempatnya berada saat ini. Bara berusaha mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk membebaskan ikatannya.
Sementara Bara terjebak di dalam ruang kosong, Pak Ardan saat ini justru sedang berbicara empat mata dengan Bang Ojal. Bang Ojal memerintahkan anak buah Pak Angga yang lain untuk berjaga di luar, sehingga dia bisa bertatap muka dengan Pak Ardan.
"Sebenarnya apa yang Abang rencanakan?" Tanya Pak Ardan pada Bang Ojal. Ia bingung dengan sikap Bang Ojal.
Tempo hari Bang Ojal sudah membantunya melarikan diri dari sekapan Pak Angga. Namun kali ini, dirinya kembali bertemu dengan Bang Ojal di situasi yang hampir serupa.
"Seharusnya lu tahu gue ada dipihak siapa setelah gue bantuin lu tempo hari," sahut Bang Ojal.
"Anggap aja gue agen ganda." Bang Ojal melanjutkan ucapannya.
"Apa rencana Abang?"
"Gue perlu orang buat ngalihin perhatian anak buahnya si Angga."
"Jadi maksud abang, gue harus mengalihkan perhatian mereka?"
Bang Ojal mengiyakan ucapan Pak Ardan.
Bang Ojal kemudian berjalan ke belakang Pak ardan dan memberikan sebuah pisau lipat ke tangannya.
"Tapi kali ini gue ngga bisa menjamin keselamatan lu," Ujar Bang Ojal pelan.
Pak Ardan terdiam mendengar perkataan Bang Ojal.
"Pastikan saja Bara keluar dari sini dengan selamat," bisik Pak Ardan.
Bang Ojal meninggalkan Pak Ardan seorang diri di tengah gudang. Pak Ardan segera membuka pisau lipat pemberian Bang Ojal dan mulai berusaha memotong tali yang mengikat tangannya.
------
Pak Ardan berhasil melepaskan tali pengikat pada tangannya dan kemudian kabur melalui bagian samping gudang. Pak Ardan melihat Bang Ojal yang sedang mengobrol dengan anak buah Pak Angga yang lain dan kemudian memberi tanda pada Bang Ojal dengan sengaja menendang tumpukan seng yang ada di dekatnya. Bang ojal menoleh ke arah samping dan melihat Pak Ardan yang sedang bersembunyi. Bang Ojal mengangguk pada Pak Ardan. Setelah itu Pak Ardan pergi meninggalkan gudang tersebut untuk bersembunyi.
"Suara apaan tuh barusan?" seru salah seorang anak buah Pak Angga.
"Coba cek ke dalam." Bang Ojal memerintahkan salah satu anak buah Pak Angga untuk mengecek ke dalam gudang.
Orang tersebut menuruti perintah yang diberikan Bang Ojal dan segera masuk kedalam gudang.
Tidak berapa lama, orang itu keluar sambil berlari.
"Gawat, Bang!" pekik anak buah Pak Angga panik.
"Gawat kenapa?"
"Bapaknya kabur, Bang."
"Cepat kejar!" Seru Bang Ojal sambil berteriak.
Anak buah Pak Angga nampak gugup melihat Bang Ojal yang marah dan malah berdiri mematung di hadapan Bang Ojal.
"Cepetan goblok!"
"Iya, Bang."
Mereka pun segera pergi berpencar mencari Pak Ardan yang berhasil melarikan diri. Ketika orang-orang suruhan Pak Angga sudah berpencar untuk mencari Pak Ardan, Bang Ojal segera menghubungi penyidik yang bekerjasama dengannya.
"Cepat kalian kesini," perintah Bang Ojal pada penyidik tersebut.
------
Bara menemukan sebuah pecahan kaca dan berusaha memotong tali yang mengikat tangannya menggunakan pecahan kaca tersebut. Sedikit lagi tali pengikat tersebut lepas, Bara kemudian dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam.
Bara refleks mundur ketika orang tersebut berjalan ke arahnya sambil tetap berusaha memotong tali yang mengikat tangannya dengan pecahan kaca yang ada di tangannya. Bara berhasil melepaskan ikatannya dan segera mengacungkan pecahan kaca tersebut pada orang yang mendekatinya.
"Tenang Mas Bara, saya di sini untuk menolong mas bara," ucap orang tersebut sambil mengangkat kedua tangannya.
"Woi cepetan, yang lain keburu datang." Bang Ojal berteriak dan menghampiri penyidik yang sedang bersama Bara.
"Lu takut muka lu lecet gara-gara gituan?" sindir Bang Ojal pada penyidik sewaan Pak Haryo.
Dengan tenang Bang Ojal berjalan menghampiri Bara. Bara segera beralih mengacungkan pecahan kaca yang dipegangnya pada Bang Ojal. Dengan sigap Bang Ojal memegang pergelangan tangan Bara dengan kuat hingga Bara melepaskan pecahan kaca ditangannya. Setelah pecahan kaca yang dipegang Bara jatuh, Bang Ojal segera melepaskan genggamannya.
"Ngga usah coba-coba ngelawan, mending lu cepet ikut dia." Bang Ojal mencoba memperingatkan Bara.
"Pak Agus mau bicara." Penyidik tersebut kemudian menyerahkan ponselnya pada Bara. Bara ragu-ragu menerima ponsel tersebut, namun ia akhirnya menerima ponsel milik penyidik tersebut.
Bara terkejut ketika mendengar suara Pak Agus yang berbicara di ponsel orang tersebut. Bara menatap dua orang di hadapannya bergantian. Setelah selesai berbicara dengan Pak Agus, Bara kembali menyerahkan ponsel milik penyidik sewaan Pak Haryo.
"Mari, waktu kita sedikit," seru penyidik tersebut.
"Gimana sama Bapak?" Tanya Bara.
"Bapak lu lagi ngalihin perhatian yang lain," terang Bang Ojal.
Bara terdiam di tempatnya ketika mendengar perkataan Bang Ojal.
"Semakin cepat kita keluar dari sini, semakin cepat juga kita bisa menolong Pak Ardan," sergah penyidik sewaan Pak Haryo.
Bara kemudian menuruti ucapan penyidik sewaan Pak Haryo untuk segera pergi dari gudang tersebut. Dengan dikawal oleh dua orang Pengawal, Bara pergi meninggalkan gudang tersebut.
Meskipun menuruti perintah penyidik sewaan Pak Haryo untuk segera meninggalkan gudang tua tersebut, akan tetapi pikiran Bara terus memikirkan keselamatan Pak Ardan. Bara merasa tidak benar jika dirinya pergi meninggalkan Pak Ardan yang sudah membantunya. Pada saat tiba di depan mobil yang akan membawanya kembali ke Jakarta, dari kejauhan Bara melihat siluet Pak Ardan yang dibawa kembali ke dalam gudang.
"Mari Mas Bara," ucap salah seorang Pengawal yang mengawal Bara sambil membukakan pintu mobil untuknya.
Bara terdiam sambil memegangi pintu mobil dan melihat ke arah gudang tempatnya tadi ditahan. Bara kembali menutup pintu mobil yang sudah dibukakan oleh Pengawalnya.
"Maaf, Pak. Saya ngga bisa pergi seperti ini." Bara berbalik arah, kali ini tekadnya adalah untuk menyelamatkan Pak Ardan.
Pengawal yang mendampingi Bara dengan sigap berusaha mencegah Bara untuk kembali ke gudang tersebut.
"Tolong, Pak. Jangan halangi saya untuk menyelamatkan Bapak saya," pinta Bara.
"Tapi tugas kami di sini adalah untuk membawa Mas Bara kembali ke jakarta dengan selamat."
"Saya masih punya kesempatan untuk menyelamatkan Bapak, saya ngga bisa tenang kalau saya ngga bisa menyelamatkan Bapak."
"Kalau Mas Bara memaksa, kami juga tidak punya pilihan selain membawa paksa Mas Bara."
Salah seorang pengawal segera memegangi Bara dari belakang. Seorang lagi mendekati bara sambil membawa sebuah pulpen injeksi ditangannya. Bara sadar jika pengawal itu berhasil menyuntikkan pulpen injeksi itu padanya, kemungkinan Bara tidak akan sadarkan diri dan dirinya tidak akan punya kesempatan untuk menyelamatkan Pak Ardan.
Pengawal tersebut semakin mendekat, ketika akan menyuntik Bara dengan menggunakan pulpen injeksi yang dibawanya, dengan cepat Bara menendang pada bagian kemaluan pengawal tersebut. Sontak pengawal tersebut kesakitan dan mundur sambil menahan sakit. Setelah itu bara membenturkan hidung pengawal yang memeganginya dengan menggunakan bagian belakang kepalanya. Refleks pengawal tersebut melepaskan Bara dan memegangi hidungnya yang kesakitan. Kesempatan itu Bara gunakan untuk segera lari dari para Pengawalnya dan kembali ke gudang tua tersebut untuk menyelamatkan pak ardan.
-----
Dengan napas yang terengah, Bara mengendap-endap mengawasi gudang tersebut dan mencari sosok Pak Ardan. Ketika sedang mengendap-endap, Bara bertemu kembali dengan penyidik sewaan Pak Haryo yang juga sedang bersembunyi.
"Kenapa kamu masih ada disini? Harusnya kamu sudah di jalan menuju Jakarta," ujar penyidik tersebut sambil berbisik.
"Saya ngga bisa pergi, saya harus menyelamatkan Bapak," ucap Bara.
"Situasi di sini berbahaya, saya ngga mau ambil resiko."
"Saya yang akan menghadapi mereka, Bapak cukup lindungi saya," ujar Bara penuh keyakinan.
Bara kemudian berjalan sambil mengendap-endap ke dalam gudang. Dari tempatnya bersembunyi, Bara bisa melihat Pak Ardan yang sedang terikat di kursi yang ada di tengah gudang. Wajah Pak Ardan sudah babak belur dan Pak Ardan nampak terkulai di kursinya.
Bara mengawasi sekitarnya, begitu memastikan tidak ada yang sedang berjaga di dekat Pak Ardan, Bara perlahan berjalan mendekati Pak Ardan.
"Pak, Bapak," Bisik Bara memanggil Pak Ardan yang sedang terkulai.
Pak Ardan terbangun dan menghela napasnya ketika melihat Bara yang sudah berada di sebelahnya dan sedang berusaha melepaskan ikatan pada tubuh Pak Ardan.
"Kenapa kamu kembali?" tanya Pak Ardan lirih.
"Kita harus keluar dari sini sama-sama." Bara akhirnya berhasil melepaskan ikatan Pak Ardan dan membantunya untuk berdiri.
"Ayo, Pak." Bara memapah Pak Ardan untuk berjalan keluar.
"Woi mau kemana lu?" Salah seorang anak buah Pak Angga memergoki Bara dan Pak Ardan yang hendak keluar dari dalam gudang.
Bara menoleh dan segera meminta Pak Ardan untuk bersembunyi di belakangnya.
Mendengar suara rekannya yang berteriak, membuat anak buah Pak Angga yang lain ikut masuk kedalam gudang termasuk Bang Ojal. Bang Ojal memalingkan wajahnya begitu melihat Bara dan Pak Ardan di tengah gudang tersebut.
"Tangkap dua-duanya, cepat!" Teriak bang Ojal.
Anak buah Pak Angga segera mengepung Bara dan hendak menangkapnya. Bara melakukan perlawanan ketika mereka akhirnya menyerang Bara. Penyidik yang mengawasi Bara akhirnya keluar dari persembunyiannya ketika melihat Bara sudah diserang oleh anak buah Pak Angga.
Ketika Penyidik itu sedang menghadapi anak buah Pak Angga, Bara segera menyingkir dan membawa Pak Ardan menjauh dari perkelahian tersebut.
"Ayo, Pak." Bara kembali memapah Pak Ardan menuju pintu keluar gudang tersebut.
Salah seorang anak buah Pak Angga yang melihat Bara dan Pak Ardan menuju pintu keluar, segera berlari menuju arah mereka sambil membawa sebilah kayu.
"Bara, awas!" Penyidik yang sedang menghadapi anak buah Pak Angga berteriak untuk memperingati Bara.
Bara menoleh dan sebilah kayu melayang tepat di depan wajah Bara. Namun sebelum kayu tersebut mengenai Bara, Pak Ardan bergerak ke depan Bara. Pada akhirnya kayu tersebut mengenai bagian belakang kepala Pak Ardan. Bara segera menangkap tubuh Pak Ardan yang terkulai dihadapannya. Kengerian nampak di wajah Bara begitu melihat tangannya yang menopang kepala Pak Ardan dipenuhi darah segar yang merembes keluar dari kepala Pak Ardan.
Tidak puas karena pukulannya meleset, orang tersebut kembali berusaha menganyunkan kayu di tangannya untuk memukul Bara. Namun usahanya kali ini juga gagal karena Bang Ojal lebih dulu memukulnya dari belakang. Bang Ojal menatap Bara yang sedang memangku tubuh Pak Ardan. Penyidik sewaan Pak Haryo akhirnya berhasil melumpuhkan anak buah Pak Angga yang lain dan segera menghampiri Bara.
Pak Ardan menatap Bara yang memangku tubuhnya. Tangannya membelai wajah Bara yang terlihat ketakutan. Pak Ardan tersenyum simpul, sedetik kemudian tangan Pak Ardan terkulai di tanah.
"Pak. Bangun, Pak." Bara mencoba untuk membangunkan Pak Ardan.
Bara terus berupaya membangunkan Pak Ardan sambil memanggil namanya. Namun tubuh Pak Ardan sama sekali tidak bergerak. Bang Ojal memaksa Bara untuk menjauh dari tubuh Pak Ardan yang sudah tidak berdaya. Dengan susah payah akhirnya Bang Ojal berhasil menjauhkan Bara dari tubuh Pak Ardan.
Penyidik sewaan Pak Haryo segera memeriksa tanda vital Pak Ardan. Penyidik tersebut menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Pak Ardan sudah tidak bisa diselamatkan. Bara mendorong tubuh Bang Ojal yang menahannya dan menghambur memeluk tubuh Pak Ardan sambil terisak. Bang Ojal dan penyidik sewaan Pak Haryo hanya bisa menjauh dan membiarkan Bara memeluk tubuh Pak Ardan sambil terus memanggil namanya.
***
Minggu pagi, Kimmy terkejut melihat Pak Agus yang muncul di apartemen Bara. Bara kemudian muncul dari balik punggung Pak Agus dengan penampilan yang sangat berantakan. Bara melangkah masuk ke dalam apartemennya tanpa mempedulikan Kimmy yang berdiri di depannya.
Bara menyadari ekspresi wajah Kimmy yang terkejut melihat penampilannya saat ini. Wajahnya lebam, pakaian yang dikenakannya juga rusak di beberapa bagian bahkan ada noda darah di lengan bajunya.
"Semuanya keluar," seru Bara pelan.
"Lu kenapa, Bar?" Kimmy berusaha untuk menyentuh wajah Bara, namun Bara segera menepis tangan Kimmy yang hendak menyentuhnya.
"Gue bilang, keluar!" Bara mulai meninggikan nada bicaranya.
"Lu istirahat dulu aja, kalau butuh apa-apa kita ada disini," ujar Kimmy tenang.
"KELUAR!" Bara berteriak dan menyuruh semua orang yang ada di dalam apartemennya untuk segera keluar.
Damar yang menyadari situasi Bara yang sedang tidak baik, segera menyeret Kimmy untuk keluar dari dalam apartemen Bara. Pak agus segera mengikuti Damar dan Kimmy untuk keluar dari dalam apartemen Bara.
"Dia kenapa, Pak? Kok Pak Agus bisa ada di sini, bukannya Bapak lagi nemenin Eyang?" Tanya Kimmy pada Pak Agus begitu mereka ada di luar apartemen Bara.
"Pertanyaan mana dulu yang mau saya jawab?" sahut Pak Agus.
"Terserah Bapak," timpal Kimmy cepat.
"Saya disuruh Bapak pulang duluan buat jemput Mas Bara."
"Jemput Bara? Emangnya dia habis darimana?"
"Mas Bara pergi ke Lembang."
"Ngapain Bara ke sana?"
"Sepertinya dia sedang berusaha mengingat kejadian itu."
"Dia sendirian kesana?"
"Dia berangkat ditemani sama Bapak angkat yang menemukannya dulu, karena kecelakaan itu ternyata tidak jauh dari desa tempat Mas Bara dulu ditemukan."
"Terus kenapa dia jadi begitu?"
Pak Agus menghela napas sejenak. Bagaimana dia bisa menceritakan cerita lengkapnya tanpa menyebut keterlibatan Pak Angga pada percobaan pembunuhan Bara kali ini.
Sementara itu, Bara duduk bersandar di pintu kamarnya. Bara merasa seluruh energinya habis setelah apa yang baru saja dialaminya. Dengan sisa-sisa kekuatannya Bara mencoba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Bara melepas semua pakaiannya dan merendam tubuhnya di air hangat.
Setelah selesai membersihkan dirinya dan berganti pakaian, Bara masuk ke dalam selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya. Saat ini dia tidak ingin ada orang yang mengganggunya. Bara mencoba menenangkan pikirannya dan memejamkan matanya. Ingatannya tentang peristiwa sepuluh tahun lalu ternyata harus dibayar dengan pengorbanan Pak Ardan.
***
Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis Bara.
Karya asli hanya tersedia di Platform Webnovel.