"Aku sedang tidak ingin beramah tamah dengan orang lain,"ucap Earl dengan nada sombongnya yang di atas rata-rata. Siapa yang mengajarinya seperti itu. Earl menelan ludahnya. Tidak ingin arwah kedua orang tuanya bangkit dan menceramahi sikap kurang ajarnya saat ini.
Beberapa urat di dahi pria itu terlihat. Memancing emosi adalah bakat terpendam Earl. Ketika pria itu berdiri, Earl sudah dengan siap siaga akan melawan, Arthur menarik kursi Earl dan mendekat padanya. Sedikit kuat hingga pergelangan kaki Earl terjepit di antara kursinya dengan kursi Arthur. Earl ingin menjerit tetapi ia tahan. Entah bagaimana kondisi kakinya.
"Shh!"desis Earl. Arthur masih memasang benteng aura terkuatnya. Pria itu mendengus dan kembali duduk pada kursinya tetapi masih melirik Earl begitu kesal.