Bibir Earl tertekuk masam dan matanya berkaca-kaca emosi.
"Percuma kau mahal! Bahan bakar saja kau tidak bisa irit!" Tunjuk Earl pada Maybach. Tidak ada rasa bersalah, ia menendang bannya dan kembali bersandar pada mobilnya.
Ia mengeluarkan ponsel. Dilihat dari map, pom bensin masih sekitar lima kilometer dari lokasinya. Hanya saja, mendorong mobil sialan itu sejauh lima kilometer, Earl akan berakhir di rumah sakit tentunya.
Earl terhenti sejenak. Jelas sekali ia bisa meminta bantuan Arthur saat ini. Tapi pasti pria superholic itu akan meminta imbalan yang aneh-aneh padanya. Earl menggigit bibirnya bimbang. Ia langsung teringat adegan dirinya mengecup Arthur. Wajahnya yang putih porselen itu memerah dengan jelas. Alis panjangnya yang rapi mengerut hingga terlihat seperti satu garis di dahinya.
"Apa yang kau lakukan Earl. Sadarlah!"
Plak plak plak
"Sadarlah! Sadarlah,"Earl berkali-kali menampar pipinya dan berjongkok di samping mobilnya. Menatap jalan, pikirannya melayang.