"Aku sudah reservasi sebelumnya," Earl tidak lagi terkejut dengan Arthur yang telah memesan reservasi.
"Atas nama?"
"Earl," Earl melirik Arthur kejam. Sial! Dia menjual namanya. Dasar tidak mau rugi.
"Baik, mari saya antar,"
Arthur nampak biasa ketika melihat interior restaurant. Sangat khas Nepal, hanya Earl yang mengamati sisi ruangan dengan baik. Matanya diberkati pengelihatan yang tajam, hingga ia bahkan menemukan titik bekas saus pada kain salah satu pelayannya. Earl sangat teliti.
Pelayan membawa mereka berdua menuju ruang lantai tiga. Lantai paling atas, yang tidak ada satupun orang disana. Earl mengerutkan alisnya kembali. Di lantai bawah nampak begitu ramai dan lantai dua terlihat terisi sebagian pada meja-mejanya. Tidak perlu berpikir panjang, tentu tuan uang memesan lantai 3 khusus agar mereka tidak terganggu. Oh introvert parah.