Michele mengangguk dan segera pergi menuju club malam di distrik B.
Ia telah janji pada Aland di Crown Club malam ini. Michele hanya tidak percaya saja bahwa bekas pacarnya semasa SMA itu kini seorang tenaga parmasi di pangkalan militer. Tentu saja semua terjadi begitu saja. Aland telah mendengar berita kebodohannya karena mencari gara-gara dengan Earl hanya karena rasa penasarannya dengan sosok Arthur yang hingga sekarang wajahnya masih merajai trending topik di jagat retas.
Siapa yang sangka bahwa Aland dengan yang dulu ia campakkan semasa SMA kini menjadi kekasihnya kembali. Cinta lama itu tumbuh ketika Aland yang sekarang sangat menarik di matanya. Michele hanya wanita biasa yang mampu tergoda oleh segala rayu lelaki termasuk Aland yang sampai sekarang masih memujanya karena Michele ada cinta pertamanya. Aland terlalu naif.
Michele pun memanfaatkan Aland demi kepentingannya sendiri. Ia terus mengeluhkan segala isi hatinya pada Earl yang membuatnya menderita dan dipermalukan seperti ini. Dan tentunya sangat mudah bagi Aland untuk terpengaruh oleh perkataan Michele, tidak butuh waktu lama ketika Aland begitu membenci Earl juga karena perkataan Michele. Sungguh lelaki yang dibutakan cinta.
Dan ketika Michele sampai di club. Dengan sensual ia melekat pada Aland seperti sepasang kekasih pada umumnya. Mereka terus berdansa dengan hebat di atas lantai dansa dan memesan minuman hingga setengah mabuk. Namun, ketika Michele merasakan sesuatu yang aneh dari tubuhnya, ia menatap Aland begitu memuja. Tubuhnya terbakar gairah hingga sengaja ia mendudukkan diri di pangkuan Aland. Menggesekkan bokongnya di atas paha itu dengan sensual. Yang tentu saja dengan mudah ditangkap oleh Aland.
"Kau tidak akan bisa lepas dariku jika kau terus melanjutkan menggesekkan bokongmu. Adik kecilku sangat perkasa dan akan membuatmu menyesal nantinya," jelas Aland memperingati.
"Adik kecil? Apakah sesuatu yang keras ini?" Aland pun dengan segera menyambar bibir Michele.
"Saatnya membayar, Michele," Aland pun membawa Michele ke Experience hotel dengan geliatan menggoda pada tubuh Aland. Sungguh ia terbakar gairah. Aland tersenyum puas.
-Experience hotel-
Earl duduk dengan dan menunggu dengan sabar di dalam mobilnya. Ia telah mengabari dokter Fei untuk kemari. Rencana Earl sudah sangat matang saat ini. Terlebih ketika ia melihat mobil yang dikenal Earl memasuki area parkir dan keluarlah dua manusia yang nampak saling mencumbu sembari menunggu pintu lift terbuka.
Cukup bagi Earl untuk tertawa lucu saat melihat mereka. Seperti percumbuan antara binatang ketika melihat dengan jelas tangan pria itu meraba masuk ke bawah rok gaun pendek wanita itu. Michele dan Aland seperti akan melakukan sexs saat itu juga karena agresifnya Michele menggoda Aland.
"Well, aku rasa ingin muntah sekarang," gumam Earl menggelengkan kepalanya. Pemandangan yang dilihatnya ini tentu saja membuatnya jijik. Bukan hal yang layak untuk dilihat, hanya akan merusak mata.
Setelah mereka yang hilang dari pandangan, ia dapat melihat mobil dokter Fei memasuki area parkir dan langsung mendapat instruksi dari Earl untuk menunggu sebentar di mobil. Beserta beberapa mata-mata spesialis Presiden, Earl pun bekerjasama pada mereka setelah mendapat persetujuan dari Presiden tentunya untuk menangkap pelaku yang membuatnya gagal menangkap Arthur kemarin.
Mereka terdiri dari dua orang dengan tampilan seperti eksekutif muda, sangat mudah bagi mereka untuk bermain akting dengan Earl di dalam lobby hotel. Mereka duduk dengan santai dan mengobrol sembari menunggu reservasi kamar hotel selesai.
Kakinya ia langkahkan menuju meja reservasi dengan santai. Tersenyum ramah pada resepsionis yang tentunya Earl mendapatkan pelayanan yang memuaskan dari hotel bintang lima ini.
"Ini kartu kamar anda, nomor 653. Untuk pelayan kamar lainnya silahkan hubungi kami. Kami siap melayani anda, nona Earl," kata resepsionis begitu ramah. Earl tersenyum dan mengangguk kemudian pergi setelah mengucapkan terima kasih.
Earl mendudukkan diri kursi lobby dekat dengan meja resepsionis. Tangannya sibuk mengetik sesuatu di atas laptop hitam milik Arthur. Earl tentu punya banyak kuasa memakai barang-barang pribadi Arthur. Sekalipun Earl menghancurkan laptop itu pun Arthur tidak akan marah sekalipun banyak dokumen rahasia yang tidak bisa Earl buka. Arthur sialan. Batin Earl bersungut-sungut.
"Segera pesankan kamar. Aku ingin makan dulu sebelum Direktur Choi kemari,"
"Baik, Presdir,"
Earl memakai kacamatanya, rambut coklat bergelombangnya ia biarkan terurai dan pandangan terarah ke laptopnya. Sedangkan perhatian sesungguhnya ada pada seorang yang Earl kenali memasuki restaurant hotel dan seorang wanita yang terlihat memesan kamar untuk pria itu.
"Siapkan satu Suite Room dan pelayanan kamar untuk dua cangkir kopi dan cemilan langsung disiapkan di kamar. Tolong secepatnya, Presdirku tidak butuh waktu lama untuk makan malam di restaurant kalian," kata sekretaris itu tidak sabaran.
Terlihat dari raut wajahnya yang tertekan dan kelelahan. Ia bahkan tidak berdiri dengan sempurna di meja resepsionis, melainkan dengan menumpukan beban tubuhnya pada sebelah kaki saja. Earl disisi lain menunggu wanita itu dengan sabar saat ini. Sudah lama sekali ia tidak berakting. Terakhir kali ia berakting tentu saja dengan mendiang Mike di distrik K saat itu. Mungkin Earl sedikit kaku, tapi setidaknya Earl lebih terlihat natural dengan kondisinya saat ini. Tidak perlu banyak riasan.
"Baik. Akan saya cek terlebih dahulu untuk Suite Room yang kosong,"
Setelah menunggu beberapa menit, sekretaris itu akhirnya mendapatkan Key Card kamar untuk Presdirnya. Ia kemudian melangkahkan kakinya dengan segera menuju restaurant hotel di lantai dua. Tidak merasakan apapun ketika Earl berjalan mengikutinya menuju lift. Dan ketika masuk ke dalam lift, dengan sengaja Earl menabrakan diri ke sekretaris itu hingga rasanya Earl akan tertawa mengenaskan karena akting menabrakkan diri seperti akting gadis yang telah sering dianiaya. Earl disana dengan akting yang sempurna langsung menjatuhkan kantung plastik yang sudah ia siapkan untuk properti pendukungnya.
"Aduh!"
"Ah! Maafkan aku. Aku tidak melihatmu masuk,"
"Ah. Tidak apa-apa. Aku juga sedang linglung tadi,"
Sekretaris itu menatap seorang wanita memakai jaket hitan terjatuh dengan posisi terduduk di dalam lantai lift. Botol dan bungkus obat berserakan di dalam lift karena tabrakan yang lumayan kuat. Hanya tuhan yang tahu, betapa cepatnya tangan Earl menukar keycard milik sekretaris itu dengan keycard lain tanpa diketahui saat barang-barang mereka bertebaran di lantai. Sungguh, Earl sudah sangat profesional untuk hal permainan tangan. Mungkin di generasi berikutnya Earl akan memilih menjadi pesulap handal.
"Apa kau tidak apa-apa? Apa kau sedang sakit?" tanya sekretaris itu ketika melihat belanjaan Earl. Earl tentu dengan wajah lemasnya mengangguk kecil sembari memunguti obatnya di lantai. Menahan rasa gelinya karena berkali-kali menghina aktingnya sendiri.
"Aku hanya alergi musiman. Tidak terlalu parah,"
.
.
.
To be continued