"Kenapa jadi kau yang menceramahiku?" Arthur mengadahkan kepala sambil memejamkan mata berusaha sabar. Luar biasa sekali menjadi suami Earl Camilia.
"Apakah kau ingin memakai sepatuku?" Arthur dengan pengertiannya dan kesabaran yang sudah di atas rata-rata. Berharap istrinya sedikit berbelas kasih padanya.
"Cih!"
Earl tidak mengindahkan tawaran suaminya. Entah kenapa juga ia mudah sekali marah sekarang. Rasanya setiap emosi bisa langsung terpancing keluar begitu saja, padahal ini kesalahannya sendiri kenapa sampai lupa membawa sepatu kets.
Ia mengelap keringat di dahinya dan sedikit berkacak pinggang. Sebuket bunga mawar yang ada di pelukannya memang ringan. Tapi karena setiap langkah ia terus mengomel membuat tubuhnya terasa cepat sekali lelah.
"Aku gendong saja. Sedikit lagi kita sampai."