Dinding kemaluannya berdenyut-denyut saat Arthur merasakan bendanya juga berdenyut semakin keras dan membesar. Earl masih terengah-engah meraup udara sekuat yang ia bisa. Dadanya naik turun dan tubuhnya penuh dengan rambut coklat yang menempel pada tubuhnya.
"Hah hah kau melupakanku Earl?" Tanya Arthur dan tentu saja Earl langsung membuka matanya.
Bruggh
"Kau-Ahh! Brengsek! Arthur… Hmmn!"
"Aku belum keluar sayang,"
Arthur langsung mendorong tubuh Earl berbaring di atas sofa dan langsung menyerang Earl dengan gerakan spontan seperti tadi. Ia tidak bisa memberi ampun pada Earl yang memukuli dada Arthur frustasi.
"Shh… Tahan sebentar Earl," Arthur menahan pinggul Earl.
Earl masih mendesah heboh. Tidak tahu kapan ini akan berhenti sedangkan kekuatan Arthur sungguh membuatnya sangat kelelahan. Ia sungguh menyesal membiarkan Arthur menahan nafasunya selama berhari-hari.