Earl menyentuh pipi Arthur. Dimana letak cacat wajah pria ini? Tidak ada jerawat, tidak ada bintik-bintik halus. Pipinya dingin dan juga hidungnya yang mendengus kasar ini terlihat menarik dan pas dengan wajah Arthur sendiri. Perpaduan yang sempurna.
"Aku pikir kau mempermainkanku. Hatiku sakit sekali," Arthur sudah mengecup bibir Earl berkali-kali dan menghujami wajah Earl dengan kecupan bertubi-tubi di kedua pipi, hidung dan terakhir dahinya.
"Aku sudah terlalu lama mengejarmu Earl. Aku tidak ingin reward apa pun selain hidup bersamamu sampai akhir. Kau dengar?" Earl meringis saat setelah mendengar perkataan Arthur seperti lantunan lagu indah untuknya. Apakah mereka harus menyatakan janji suci sekarang? Earl tidak yakin.
"Aku… sekarang punya satu trauma yang sulit aku hilangkan darimu, Arthur," Arthur dengan segera menarik pudak Earl dan memeluknya. Ia tidak ingin lagi mendengar Earl yang terus saja menolak dengan alasan ini dan itu.