Begitu sampai di rumah, Reka hendak menangis sejadi-jadinya, tapi dia melihat putri kecilnya yang sedang bermain di taman samping, Reka melangkahkan kakinya ke sana, gadis kecil itu tersenyum bahagia menyambutnya sambil mengulurkan kedua tangannya meminta untuk di peluk.
Reka langsung berlari memeluknya.
Hatinya sedikit tenang, 'mungkin ini yang terbaik, ' Batin Reka.
Reka merasa kalau dia tak pantas lagi untuk Fatih, dia bertekat akan merelakan kekasihnya itu bahagia bersama wanita lain.
" Bunda.... capek?" Tanya putrinya sambil memandang wajah Bundanya, setelah dia melepaskan pelukannya.
"Nggak.. " jawab Reka tersenyum.
"Jalan-jalan.. " Katanya dengan tatapan penuh harap. Reka tersenyum melihat tatapan putrinya itu.
"Mau jalan-jalan sama Bunda? " Tanya Reka sambil memegang pipi putrinya.
" Iya.. jalan-jalan " Jawab Putrinya sambil tersenyum.
Reka menukar baju putri kecilnya itu, gadis kecil itu tampak sangat cantik sekali, Reka tampak puas melihat penampilan putrinya itu, lalu memeluknya gemas.
"Anjela.... mau ke mana?" Ternyata kakek yang ternyata juga sudah pulang, dan penasaran melihat penampilan cicitnya itu. Kakek itu langsung duduk berlutut di dekat cicitnya ini.
" Kek Yut.. Jel.. jalan-jalan.. " Katanya masih terbata karena belum lancar bicara.
"Boleh Kek Yut ikut? " Tanya kakek itu lagi.
" Gak " katanya sambil menggelengkan kepalanya, sepertinya dia hanya ingin pergi berdua bersama Bundanya.
Mendengar itu Kakek Aslan pura-pura sedih, Angela langsung menepuk-nepuk punggung kakeknya dan mengusap kepala sang kakek. sehingga kakek itu tak bisa menahan tawanya.
"Iya.. baiklah.. hati-hati ya! " Kata kakek itu lagi sambil mengusap kepala Anjela. Angela hanya mengangguk.
Reka dan Angela pergi ke taman kota, itu adalah tempat favorit Anjela, apalagi di sana juga ada rumah balon, Anjela sangat betah berada di dalam rumah balon itu, sementara Reka harus bersabar menunggu di luar sampai putrinya puas .
Mereka di antar oleh Pak Dirman, Pak Dirman adalah sopir Reka, karena Kakek belum. mengizinkan cucunya ini membawa mobil. meskipun saat ini Reka hampir berusia 20 tahun.
......
Reka turun di parkiran taman itu, sepasang mata tak sengaja menangkap sosoknya, kemudian pria itu menghentikan mobilnya dan berkata pada seseorang.
"Aku ada urusan lain, kau pulang duluan" Katanya sambil keluar dari mobil dan langsung menyetop taksi yang kebetulan lewat dari belakangnya.
" Tapi Mas... kita kan akan makan malam . " Jawab perempuan itu.
" Lain kali saja" Kata laki-laki itu sambil membuka pintu mobilnya dan menyuruh perempuan itu keluar dan naik taksi itu. Perempuan itu hanya cemberut, tapi tak berani melawan.
Setelah Taksi itu pergi, laki-laki itu segera memarkir mobilnya di parkiran taman itu, dan segera berlari ke dalam.
Matanya menyapu sekeliling taman, akhirnya dia melihat seorang gadis yang duduk di samping rumah balon.
" Reka.. ngapain di sini? " Tanya laki-laki itu.
" Pak Anjas? " kata Reka kaget, dia tak menyangka laki-laki itu akan ada di sana. Reka menjadi gelisah, dia takut putrinya akan keluar, jika sampai Anjas melihat putrinya, maka laki-laki itu pasti tau kalau itu adalah anaknya, karena mereka begitu mirip.
" Ke.. kenapa Bapak ada di sini? " Tanyanya gugup.
"Tadi aku melihatmu, dan langsung ke sini " jawabnya jujur.
"Kamu dengan siapa? Tadi aku melihat gadis kecil, mana dia? " Tanya Anjas lagi. Mendengar itu Reka semakin gelisah. dia berdo'a agar putrinya betah berada di dalam sana.
" Bunda.... " Tiba-tiba suara gadis kecil itu mengagetkan Reka, Anjas menoleh ke arah suara dan langsung terpana, dia tak dapat berkata apapun melihat foto copynya ada di depan mata.
" Dia.. dia... " Anjas tak bisa melanjutkan perkataannya karena kaget. lalu dia menatap Reka dalam dan bertanya.
"Kau gadis itu? Apa dia putriku? aku mencarimu sampai ke desamu dan mendengar kabar kamu hanyut ke sungai, dan karena tak menemukanmu mereka mengira kamu sudah meninggal dan jasadmu di makan buaya muara" Kata Anjas menjelaskan.
Reka tak menjawab air matanya jatuh, dia teringat lagi akan masa itu.
Karena Reka hanya terdiam, Anjas memegang kedua bahunya, tapi Reka malah syok dan berteriak, "JANGAN SENTUH AKU, " Katanya tanpa sadar. Anjas segera melepaskannya.
Reka langsung menggendong putrinya dan berlari meninggalkan tempat itu. Dia tak peduli dengan ocehan putrinya yang protes karena tak ingin meninggalkan tempat itu. Dia juga tak peduli dengan teriakan Anjas yang berlari menyusulnya.