Lin Xin'er tertegun.
Benarkah dia seperti itu?
Dongfang Yu berkata datar, "Jika ingin melakukan sesuatu dengan baik tidak hanya diperlukan kesungguhan. Bersungguh-sungguh tentu tidak salah. Kali ini kamu mengerjakannya dengan sangat baik, tetapi lain kali aku berharap kamu tidak melupakan aspirasimu."
"…" Lin Xin'er termenung tanpa bisa berkata-kata.
Tidak melupakan aspirasinya. Kata-kata ini bagaikan palu yang memukul hatinya.
Jangan-jangan kali ini dia benar-benar lupa?
Apa aspirasinya?
Dia ingin menjadi seorang desainer hebat, dan bukannya menyenangkan Dongfang Yu…
Kali ini karena Lin Xin'er sangat ingin mengambil hati Dongfang Yu, karya yang dibuatnya malah menjadi kacau.
Tetapi dia tidak tahu itu, dan juga tidak mengerti.
Dongfang Yu melihat sepertinya Lin Xin'er masih tidak paham, tetapi dia tidak ingin berbicara lebih banyak lagi, "Kalau tidak ada urusan lagi, kamu turunlah. Lain kali kalau tidak menaati peraturan lagi, maka kamu akan dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku."
"Baik…" Lin Xin'er menganggukkan kepalanya lalu pergi dengan hampa.
Walaupun Dongfang Yu sudah menunjukkan kepadanya letak permasalahan pada karyanya, tetapi hati Lin Xin'er masih sangat sedih.
Selama ini dia selalu melakukan segala sesuatunya dengan sangat baik. Ini pertama kalinya dia jatuh dengan sangat keras. Bisa dibayangkan betapa kecewa hatinya.
Yang membuatnya lebih sedih lagi, Lin Xin'er mengira bahwa melalui kompetisi desain kali ini dia bisa mendapatkan kekaguman dan perhatian dari direktur sekali lagi.
Namun tidak disangka… yang didapat malah kebalikannya.
Mengingat kalau akhir-akhir ini apa pun yang dia lakukan tidak bisa membuat dirinya semakin dekat dengan Dongfang Yu, Lin Xin'er menjadi sangat sedih.
Dia hanya ingin dekat dengan Dongfang Yu, mengapa sesulit ini?
Lin Xin'er yang hatinya sedang sedih karena berbagai macam hal, duduk menangis seorang diri di samping petak bunga di lantai bawah.
Ini pertama kalinya dia begitu menyukai seseorang, tetapi tidak bisa mendapatkannya, juga tidak bisa mendekatinya. Rasa sakit hati yang seperti itu benar-benar membuatnya sangat menderita.
Dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain bersedih seorang diri…
Saat itu Chai Xiyang yang seringkali mencari Dongfang Yu untuk ngobrol melihat Lin Xin'er yang sedang menangis.
Dia tertegun sejenak, lalu berjalan mendekatinya.
"Nona Lin, butuh tisu?" Chai Xiyang mengulurkan selembar tisu kepadanya.
Lin Xin'er mendongak dengan kaget. Melihat bahwa yang sedang berbicara kepadanya adalah Chai Xiyang, dia langsung membalikkan badan dengan cepat dan mengusap air matanya.
Chai Xiyang yang berjongkok dan melihat penampilannya yang menyedihkan menjadi kasihan dan ingin melindunginya, "Mengapa kamu selalu menangis? Diganggu lagi ya?"
Lin Xin'er merasa canggung dan tidak berani melihatnya, "Tidak, bukan begitu…"
Di mata Chai Xiyang, Lin Xin'er adalah seorang perempuan yang polos dan lemah.
Karena itu dia yakin kalau Lin Xin'er pasti diganggu orang.
"Katakan kepadaku siapa yang mengganggumu. Aku akan membantumu mendapatkan keadilan." Chai Xiyang berkata dengan tiba-tiba.
Lin Xin'er sepertinya malah semakin tersinggung, dia tetap menggelengkan kepalanya, "Benar-benar tidak ada yang menggangguku…"
Chai Xiyang menatapnya dalam-dalam, "Kalau tidak ada yang mengganggumu kenapa menangis? Bagaimana sih Dongfang Yu, pegawainya selalu diganggu seperti ini kenapa dia tidak peduli?"
"Tidak ada hubungannya dengan direktur, ini adalah masalahku sendiri!" Lin Xin'er bergegas menjelaskan.
Chai Xiyang mengangkat alis, "Kalau begitu coba kamu katakan, ada masalah apa?"
Kepala Lin Xin'er menunduk, lalu dia berbicara dengan sangat muram, "Aku hanya merasa diriku sendiri sangat gagal. Aku mengira sudah melakukannya dengan baik, tapi ternyata tidak seperti itu. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik saja…"
Chai Xiyang bingung mendengarnya, "Hal apa yang ingin kamu lakukan dengan baik?"
Tetapi kemudian dia langsung paham, "Bukankah hari ini ada kompetisi desain di kantormu? Jangan-jangan hasil desainmu gagal?"
"Benar…" Lagi-lagi air mata mengalir keluar dari mata Lin Xin'er, "Sangat gagal. Aku tidak mengira bisa segagal ini, bahkan aku tidak bisa melihat letak kesalahanku sendiri, tiba-tiba aku merasa begitu tidak berguna."