Chereads / Alta dan Allamanda / Chapter 37 - Bab 19 A | a Message

Chapter 37 - Bab 19 A | a Message

19. a Message

Hati-hati kalau bermain dengan hati seseorang. Takutnya kita terlalu asyik sampai tidak sadar bahwa kita tidak sengaja mematahkannya.

***

"Jadi lo udah jelasin semuanya ke Lamana?" tanya Kendy.  Ia meletakkan snack di meja lalu mengarahkan pandangan ke jam dinding. Hampir tengah malam.

Sebenarnya ia sudah tidur nyenyak tadi tapi mendengar suara bel apartementnya terusan berbunyi ia terpaksa bangun untuk membuka pintu dan langsung mendapati Alta dengan wajah dengan tampang tidak berdosa. Menyebalkan.

Kendy berdecak. "Lo denger nggak sih?!" ucapnya kesal karena Alta tidak menjawab.

"Denger," jawab Alta seadanya. Ia sedang tiduran di sofa, mencoba memejamkan mata karena cape. Tadi ia memang sengaja ke apartement Dava sepulang dari club karena jaraknya lebih dekat dibanding ke apartemennya.

"Jadi lo udah jelasin semuanya?" tanya Kendy lagi.

"Udah."

"Gimana respon dia?"

"Ya gitu."

Dengan kesal Kendy menarik tangan Alta hingga membuatnya terduduk. "Kalau ngomong yang jelas. Jangan-jangan lo lagi mabok ya?" tuding Kendy.

"Sembarangan." Alta memijit pelipisnya sebentar kemudian berjalan ke arah dapur dan mengambil minuman bersoda di kulkas lalu kembali ke ruang tadi.

"Makanya kalau gue nanya serius, lo juga harus serius jawabnya," kata Kendy setelah Alta telah duduk disampingnya sambil menenggak habis minumnya. Tanpa sisa.

"Iya."

"Jadi gimana respon Lamanda waktu lo jelasin semuanya?"

Alta meletakkan kaleng kosong minumannya di meja lalu meraih remote dan menyalakan televisi. "Awalnya nggak percaya," jawab Alta dengan fokus masih mencari-cari channel yang bagus. "Tapi, sekarang udah clear. Dia udah percaya sama gue."

"Syukur deh," ucap Kendy, ia merasa lega sekarang. Kemudian ia memicing ke arah Alta. "Tapi lo nggak ada niatan buat balas dendam ke dia lagi 'kan?"

Alta bergumam tidak jelas, ia mematikan televisi karena tidak menemukan acara yang bagus lalu mengambil pemantik dan rokok di sakunya kemudian menyalakannya.

"Lo harus belajar maafin dia. Gue tau, memaafkan nggak semudah saat lo mengatakannya tapi seenggaknya lo belajar dari sekarang."

Alta diam mendengarkan.

"Karena semua yang udah terjadi nggak sepenuhnya salah Lamanda," ujar Kendy.

"Nggak usah sok tau," ketus Alta.

"Gue lebih tau daripada lo karena gue 'mau' dengerin semua penjelasan dia terlebih masalah sama si brengsek itu." Kendy memandang langit-langit ruang santainya. "Dan gue juga tau Lamada orangnya kaya gimana," lanjutnya dengan suara pelan.

"Lo belain dia?"

Kendy mengahadap Alta. Ia memandang tajam orang dihadapannya itu. "Gue nggak belain siapa-siapa. Sekarang gue tanya, apa lo udah denger penjelasan Lamanda?"

Alta diam.

Kendy berdecih. "Jangan hanya melihat suatu hal dari satu sisi yang bahkan lo nggak mengerti. Hidup nggak cuma tentang satu hal, nggak cuma tentang satu sudut pandang, dan hidup nggak cuma tentang satu orang." Kendy menyenderkan tubuhnya ke sofa. "Jangan jadi egois, lo harus dengerin penjelasan dia."

"Males. Semuanya udah nggak penting." Alta menghirup rokoknya lama kemudian menghembuskannya, menciptakan kepulan-kepulan seperti awan. "Gue anti bahas hal basi."

Kendy kembali menatap tajam Alta. "Terus lo maunya gimana?"

"Dapetin apa yang gue mau."

"Jangan sakitin Lamanda," ucap Kendy seakan mengingatkan.

Terdengar hembusan napas dari Alta. "Udah ah gue capek. Malem ini gue mau tidur disini." Alta mematikan rokoknya lantas berdiri dan beranjak ke kamar tamu disebalah kamar Kendy. " Lo nggak usah khawatir gue nggak akan nyakitin dia," ucap Alta sebelum menghilang di balik pintu.

Kendy mengelengkan kepalanya melihat kelakuan Alta yang tidak pernah bisa ditebak sejak dulu. Meskipun jadi ikutan kepikiran masalah Alta ia mencoba mengalihkan pikirannya ke hal lain dan memilih membereskan meja sebelum kembali tidur terus bermimpi indah. Meskipun kemungkinan besarnya ia akan bermimpi buruk karena Picth Black versi real life akan menginap dan tidur di samping kamarnya.

Ah, Kendy keseringan nonton Rise of the Guardians sepertinya.

Sedangkan Alta, ia sedang duduk di tepi ranjang sambil mengamati layar ponselnya. Dengan ragu ia menekan angka satu panjang hingga terhubung dengan nomor seseorang di seberang. Tidak lama terdengar sebuah suara yang sangat di hafalnya..

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah bebera--

Alta tersenyum kecut lalu memutuskan panggilannya. Masih sama seperti biasa. Ia mulai merebahkan tubuhnya dan menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Sh*it, i mis you bad, really," geram Alta dengan suara rendah dan sedikit bergetar.

Perlahan ia mencoba menstabilkan emosinya, setelah itu memandang kembali ponselnya. Ia membuka aplikasi line dan mengetik pesan singkat, lalu mengirimkannya.

Lamanda

Besok gue jemput

Alta menunggu beberapa menit tapi tidak ada tanda-tanda pesannya akan dibalas. Bahkan diread pun tidak. Ia melihat jam di sudut kanan ponselnya. 23:57. Jelas saja tidak dibalas. Gadis itu pasti sudah tidur.

Alta mencoba memejamkan matanya. Perlahan. Sedikit lagi ia pasti akan tertidur. Hanya butuh beberapa menit..

Ternyata..gagal.