Kini Ariani dan Adrian Sudah berada di sebuah ruangan di kantor Davin.
"Selamat siang Ariani" ucap Davin begitu masuk. "siang Pak Davin" sahut Ariani, "Hmm, lupa nih,, Davin saja," sahut Davin seraya tersenyum, "ok, Davin" sahut Ariani dan keduanya pun tersenyum. "ehemmmm" Adrian beedehem tak suka melihat keakraban Ariani dan Davin. "Oia, Vin ini Adrian pemilik,,,," Ucapan Ariani langsung dipotong oleh Davin. "wahhh, beruntung sekali saya bisa bertemu langsung dengan pemilik Global Corporation, saya Davin Pak Adrian" ucap nya penuh semangat seraya mengulurkan tangannya. "Adrian" sahut Adrian seperti biasa dingin. "ayooo silahkan duduk" ucap Davin.
"terima kasih Davin" sahut Ariani.
Mereka pun kembali mengobrol mengenai proyek kerja sama mereka. "saya sudah membaca dan mempelajari kontrak nya lewat Email, dan melihat draft aslinya saya rasa tidak ada yang salah, dan sesuai dengan kesepakatan kita, jadiii saya rasa,,,deal" ucap Davin menyetujui kerja sama mereka. Mereka pun saling menandatangani kontrak tersebut. Setelah selesai dan deal dengan kerja sama mereka, Davin memulai membuka obrolannya. "eheemmm, jadi kalian berdua sebatas partner kerja atau?" ucap Davin dengan senyumannya yang misterius. Sebagai laki laki dewasa dan paham dengan ekspresi Davin dengan cepat Adrian menjawab "dia kekasih saya" sahut nya mantap. "saya sudah menduga" ucap Davin tenang, namun Adrian tau bahwa Davin memendam kekecewaan. Sedangkan Ariani melihat sikap Adrian berlebihan. "sekali lagi terima kasih banyak Davin atas kerja samanya," ucap Ariani mengalihkan pembicaraan. "sejujurnya saya merasa tersanjung atas kerja sama ini, siapa yang tak mengenal Global Corporation, tapi sejujurnya saya sedikit aneh, kenapa Hotel Victoria mencari investor?" ucap Davin. Ariani menatap ke arah Adrian. Adrian tak bisa menahan dirinya. "itu karena dia tak mau menerima bantuan dari Kantor Global pusat" sahut Adrian yang sebenarnya. 'ishhh, Adrian ini' batin Ariani makin kesal dengan sikap Adrian. "Dia ingin mandiri, dan tidak ingin menerima bantuan dari saya, padahal kan saya calon suaminya." jelas Adrian. "wahhh, ternyata kamu sangat mandiri yaa" sahut Davin. Ariani hanya tersenyum menanggapi ucapan Davin. Ariani merasa kesal terhadap Adrian dengan sikap nya menjelaskan hubungan mereka secara berlebihan. "ohh, iya mengenai biaya rumah sakit Ariani, sekertaris saya akan mengurus pergantian uang anda, sebelumnya terima kasih karena sudah menolong nya" lanjut Adrian. Ariani membelalakkan matanya tak percaya atas ucapan Adrian. Kekesalan nya semakin menjadi, namun dia tak bisa berdebat sekarang dengan Adrian. "ohh ,tidak perlu Pak Adrian, bukan masalah" tolak Davin sopan. "tapi itu masalah untuk saya, jadi saya akan menyelesaikan nya, mohon pengertiannya" sahut Adrian. Davin dapat melihat wajah dingin dan tak ingin di bantah oleh Adrian. "baik lah, terserah anda" ucap Davin mengalah. "baik lah, saya rasa semua masalah kerja sama sudaha selesai, maka kami akan pamit sekarang,, kami harus kembali ke Hotel karena masih ada beberapa pekerjaan" ucap Ariani, "iyaa , sampai jumpa" sahut Davin. "senang berjumpa dengan mu Pak Davin" ucap Adrian, "Permisi" lanjut Adrian, dan menarik tangan Ariani segera keluar dari ruangan Davin. Davin menghembuskan nafas berat seolah mengeluarkan kekecewaan dan semua perasaan nya ketika melihat Ariani dan Adrian. Namun ia tetap tersenyum melihat dan mengingat senyum Ariani.
--------_-------
"Adrian, kamu kenapa sih jadi nggak profesional gitu sama klien" ucap Ariani kesal ketika mereka sudah didalam mobil. "kenapa, kamu nggak suka aku bilang kamu kekasihku?" sahut Adrian tak mau kalah. "bukan begitu Adrian, tapi dia investor kita, harusnya kamu nggak berlebihan begitu, lagian apa pedulinya kita pacaran atau nggak" sahut Ariani tak mengerti dengan sikap Adrian. "Ariani, kamu nggak lihat cara dia memandang kamu, dan dia sangat perhatian terhadap mu bahkan tak sungkan memuji mu" sahut Adrian, "apa yang salah dari itu" menurut Ariani sikap Davin normal saja. "dan mengenai rumah sakit, kenapa kamu bahas sekarang,,,, Adrian ada apa sih sama kamu?" tanya Ariani tak tahan dengan sikap Adrian. "kita sudah sampai Hotel, ayo makan siang dulu" sahut Adrian enggan menanggapi ucapan Ariani.
Adrian keluar dari mobil dan Ariani mengejarnya. "Adrian, kenapa sih , dan ada apa sama kamu?" tanya Ariani "kamu itu polos atau sok nggak tau," sahut Adrian. "maksud kamu?" tanya Ariani. "Davin itu suka sama kamu, ngerti nggak" sahut Adrian kesal. "Adrian , kamu salah, dia hanya merasa punya keluarga saat sedang sama mama dan papa makan bersama di rumah sakit" Ariani mencoba menjelaskan ke Adrian. Namun ternyata ucapan Ariani malah memperparah emosi Adrian. "apaaa, bahkan dia sudah makan bersama orang tua kamu, wahh ,, hebat banget yaa, baru juga 2 minggu aku pergi udah ada aj yang gantiin" sahut Adrian sinis. "Adrian, apa maksud kamu, bisa bisa nya kamu bilang gitu ke aku, kamu nggak percaya sama aku" sahut Ariani emosi. "aku percaya sama kamu tapi nggak sama Davin" sahut Adrian. "itu sama aja kamu ngeraguin aku Adrian" sahut Ariani tak bisa lagi menahan emosi nya, dia pun berjalan cepat meninggalkan Adrian.