Ariani pun berjalan ke arah pintu berniat keluar tanpa menunggu respon dari Adrian maupun pak Hans. Tiba tiba Adrian pun berdiri "Ariani Saputri" ucap nya tegas namun ada nada lembut di dalamnya. ucapan itu membuat Ariani menghentikan langkahnya. Ferdinand tidak begitu terkejut dengan sikap Adrian, berbeda dengan pak Hans dia lebih sedikit bingung dengan apa yang sedang terjadi karena seperti nya ucapan Adrian bukan lah sebuah kemarahan.
Melihat Ariani menghentikan langkahnya Adrian pun berjalan mendekati nya , kini mereka saling berhadapan sangat dekat "Ariani Saputri, sampai kapan kau akan terus lari, belum cukup kah 9 tahun ini" ucap Adrian akhirnya, dan membuat Ariani kaget tubuh nya terasa tersengat listrik, jantung nya berdegup tak karuan 'apa ini, Adrian sudah mengetahui dirinya , tapi sejak kapan,' itu lah pikiran Ariani, tatapannya dan ekspresi nya menjadi tak karuan wajah nya merah padam, "aku sudah mengenali mu sejak kau masih di A.S Global" ucap Adrian seolah tahu pikiran Ariani. Jantung Ariani semakin berdebar, hatinya seperti bergejolak setelah membeku sekian lama. Seolah tahu Ariani akan lari , Adrian dengan cepat meraih tangan Ariani sebelum sempat Ariani melangkah. Ferdinand yang melihat ini hanya tersenyum santai, sedangkan pak Hans menjadi semakin tak mengerti dan terpaku diam di tempatnya. "kau ingin keluar kan , baik ayooo" ucap Adrian dan akan membuka pintu ruangan pak Hans. Ariani semakin panik, karena semua gerakan nya terbaca oleh Adrian, dia segera sadar jika keluar bersama Adrian seperti ini maka akan diperhatikan satu kantor nya, dia pun menghentikan Adrian, "Hmm, tidak siapa yang akan keluar" ucap nya ragu, melihat ekspresi Ariani, adrian pun tersenyum tipis merasa menang, "kalau begitu duduk lah dan tanda tangani kontrak mu." ucap Adrian biasa saja, namun bagi Ariani itu adalah ancaman 'dia bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan tujuannya' itu lah artinya. Dengan Langkah yang berat Ariani pun menuruti Adrian untuk duduk kembali. Melihat Ariani dan Adrian duduk kembali , membuat pak Hans tersenyum kaku. "minum lah dulu" ucap pak Hans ke Ariani. Sedang kan Ferdinand hanya tersenyum santai melihat kejadian ini. Ariani pun mau tidak mau menandatangani kontrak kerja itu.
Setelah menandatangani kontrak itu Ariani menatap tajam ke Adrian , tatapan penuh pertanyaan, tatapan seperti ingin mencaci Adrian, dan ekspresi kesal luar biasa dari Ariani,, melihat ini , Adrian malah tersenyum puas , dia malah meanggap ekspresi Ariani sangat menggemaskan, dan Adrian pun terlihat senyum yang dapat dikatakan sebuah kelicikan "baik pak Hans , saya rasa nona Ariani tak sabar untuk segera bekerja dengan saya, maka sekaranga juga saya akan membawa nona Ariani untuk ikut melihat tempat kerja nya yang baru" ucap Adrian dan membuat Ferdinand semakin tersenyum dia hanya bisa menahan tawanya melihat sikap Adrian dan tentu Ariani semakin menampilkan ekspresi kesal di wajah nya. "ohhh, tentu," ucap Pak Hans, "Ariani segera ambil tas mu dan ikut bersama pak Adrian." lanjut pak Hans. "tapi pak bagaimana bisa saya ikut sekarang , saya butuh waktu untuk membereskan barang barang saya" tolak Ariani, 'ini gila namanya bagaimana bisa dia membereskan barang-barang nya hanya dalam waktu 5 menit' ucap nya dalam pikirannya. "tidak apa2 nona ,, hari ini kau hanya ikut untuk melihat tempat kerja dan Ruangan baru mu, barang barang mu bisa kau ambil besok" ucap Adrian licik. Ariani pun tak punya pilihan lain dan harus mengikuti permintaan Adrian.