Sebelumnya : Haru, Lucy dan Nilo berangkat ke kota di mana quest itu di buat.
Terlihat sebuah kota dengan lubang besar berdiameter sangat besar di tengah kota itu.
Yuki dan seorang gadis, tampak bersemangat untuk turun ke bawah lubang itu.
■■■
Pintu masuk kota. Aku yakin kota ini bahkan lebih besar dari pada kota Laksana itu. Kenapa aku di hidupkan kembali di kota itu?
Aku dan Lucy berjalan di belakang Nilo, yang sepertinya membuat dirinya sendiri menjadi seorang pemimpin. Aku adalah orang pertama yang akan mengangkat tanganku karena tidak setuju, jika itu di adakan.
Saat kami sampai di depan gerbang besar itu, seseorang berjubah mendatangi kami.
Dia berkata dengan suara serak yang mengerikan "Untuk apa kalian datang ke kota ini?"
Nilo tidak menjawabnya, dia hanya menunggu kami datang, lalu menyerahkan semuanya pada Lucy. Aku tahu itu dari tatapan matanya.
"Ehem." Lucy berdehem dan lanjut berbicara "Namaku Lucy. Kami dari serikat petualang sunrise yang ada di kota Laksana kerajaan JayaLaksana. Kami datang kesini untuk sebuah quest wajib."
"Quest wajib ya?" Orang berjubah itu mundur beberapa langkah, lalu memberikan kami sebuah kotak "Ambil dan pakailah apa yang ada di dalamnya."
Lucy mengambil kotak itu, dan ada tiga kalung yang terbuat dari kain berwarna hitam, dengan bandulnya seperti sebuah batu akik berwarna merah delima. Apa itu? Kalo itu ada di duniaku yang dulu, itu pasti sudah jadi viral.
Lucy memakainya satu, lalu membagikan dua lainnya pada kami. Nilo segera memakainya, begitu juga denganku.
"Apa gunanya?" Tanyaku dengan santai.
"Penanda!"
"Penanda?"
"Benar! Itu adalah penanda, agar kalian tidak di kira penyusup."
"Oohhh." Kami bertiga secara serentak melakukan hal yang sama.
"Silakan masuk."
Setelah di persilakan masuk, kami langsung memasuki kota ini.
Kota yang sangat besar. Seperti kota yang sangat damai. Aku bahkan merasakan kedamaian di hatiku. Apa ini? Kenapa aku tidak dihidupkan di kota ini saja?
"Kau merasakannya?" Lucy bertanya padaku dan Nilo.
"Iya..." Nilo menjawabnya dengan pandangan yang mengerikan "...tentu saja!"
Melihat mereka seperti merasakan hal mengerikan, aku menjawab seadanya saja "I-Iya... aku juga merasakannya." Merasakan apa sih?
Jujur saja! Satu-satunya yang aku rasakan saat memasuki kota ini, adalah rasa damai yang membuatku ingin tinggal di sini.
"Disini tertulis permintaan dari sang Raja." Lucy berhenti sejenak "Aku rasa kita harus menemui sang raja."
Nilo menghembuskan nafas menyerah saat Lucy mengatakan itu "Begitu ya?"
Ada apa? Aku sungguh tidak mengerti dengan orang yang satu ini. Tadi terlihat bersemangat, sekarang malah tidak bersemangat. Seperti yang aku duga, dia ini memang ingin buang air besar, dan baru saja, itu keluar.
"Sebaiknya kau ke kamar mandi." Kataku.
"Ha?" Lucy dan Nilo melihatku dengan aneh.
"Maaf." Aku mengangkat tanganku "Aku tadi lagi bengong! Jangan dipikirkan!"
***
Singkat cerita, sekarang aku, Lucy dan Nilo, sedang memberi hormat pada sang raja.
Dia duduk di sebuah kursi yang terlihat sangat mewah. Di sebelah kanannya, duduk seorang wanita muda dengan wajah gembira, dan di sebelah kirinya, duduk seorang wanita tua dengan wajah masam. Aku rasa aku tahu apa yang terjadi. Memangnya seorang raja akan cukup hanya dengan satu istri? Itu tidak mungkin kan?