Chereads / Hidup Lagi Di Dunia Pararel Yang Penuh Fantasi / Chapter 82 - 81 : Hampir Bertarung

Chapter 82 - 81 : Hampir Bertarung

Sebelumnya : keributan di kota Laksana telah selesai. Para prajurit atau penjaga di tugaskan untuk membereskan sisa keributan.

Kelicikan Vergo terlihat. Dia adalah seseorang yang saat keributan berlangsung, datang menghadap master.

Pesta perayaan diadakan di serikat sunrise. Harry adalah agen ganda.

■■■

Beberapa hari telah berlalu sejak keributan itu, dan aku sekarang, aku sedang berdiri di tengah kedai serikat, dengan Harry yang berhadapan denganku.

"Berikan padaku!" Tegasku padanya.

"Ini aku yang ambil, jadi ini milikku! Apa kau mau merampas hak milik orang lain?" Tanyanya dengan wajah menakutkan.

Sial! Kalau saja apa yang dia ambil bukanlah partikel atau kristal iblis, aku tidak peduli, tapi masalahnya adalah dia memang mengambil itu. Aku lengah! Aku lupa, biasanya monster seperti itu meninggalkan drop item partikel iblis.

"Bukan! Aku tidak peduli dengan yang lainnya, bahkan aku tidak peduli dengan air penyembuh kilat yang kau dapatkan, aku hanya ingin partikel iblis itu."

Semua orang yang ada di kedai serikat melihat kami dengan tatapan takut, walau ada beberapa orang yang memang menatap kami dengan tatapan berharap kami akan bertarung.

Nilo yang sudah sembuh, tidak memperdulikan apapun dan hanya memakan makanan yang dia pesan dengan lahap.

Shely juga seperti tidak peduli, dan begitu juga dengan Lucy. Apalagi master yang menghilang entah kemana saat konflik ini dimulai.

"Kau begitu menginginkan ini, Haru. Artinya benda ini sangat mahal bukan? Aku akan memberimu ini, dengan lima juta gold." Dia menunjukan senyuman iblis yang mengerikan. Itu adalah senyuman yang master serikat itu berikan.

"Aku tidak punya uang... gold sebanyak itu, tapi setidaknya aku punya..."

"Aku tidak mau yang lain."

Aku menutup mataku selama beberapa detik, lalu membukanya kembali, dan tatapanku berubah, dari yang biasa saja, menjadi tatapan intimidasi. Aku memang tidak tahu, apa aku memiliki kemampuan semacam itu, tapi saat aku melakukan itu, dia bergetar untuk sesaat.

"Kalau begitu, aku tidak punya pilihan lain selain merebut paksa itu darimu." Kataku, lalu aku menarik pedang di pinggangku dan menantangnya. "Aku akan melakukannya! Aku juga tidak akan ragu!"

Saat aku menantangnya begitu, seisi kedai serikat mulai dalam suasana tegang. Bahkan Nilo menghentikan kegiatan menggerakan sendok makan itu, dan melihat ke arah kami.

"Ha-Haru." Lucy berjalan pelan kearahku. "Memangnya partikel iblis itu penting ya?"

"Jangan mendekat!" Tegasku.

Lucy langsung menghentikan langkahnya dan terdiam. Aku merasa seperti orang hebat. Jujur saja! Aku merasa malu dari lubuk hatiku.

"Baiklah." Harry mengeluarkan kartunya. "Aku menerimanya."

Aku langsung menyiapkan kuda-kuda saat dia mengatakan itu.

Harry mulai mengklik sesuatu di kartu IDnya, dan sesuatu keluar. Bukan tongkat, bukan juga senjata sihir apapun, dia mengeluarkan partikel iblis itu. "Aku tidak mau bertarung dengan sesama anggota serikat. Jadi aku akan memberikannya."

"Be-Benarkah?" Aku langsung mengendurkan penjagaanku dan bersikap biasa.

"Iya, asalkan setelah ini kau beritahu aku kenapa kau sangat menginginkan ini, dan kalau alasanmu tidak bagus, aku akan merebutnya lagi." Dia lalu melemparkan partikel iblis itu padaku.

Aku menangkapnya, "Makasih."

"Iya, tidak masalah."

Aku memasukan kembali pedangku dan duduk dengan tenang.

Suasana tegang juga akhirnya pudar. Nilo melanjutkan makannya, Shely juga melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya. Dan Harry pergi entah kemana.

Lucy datang mendekatiku dan duduk di seberangku, "Kau tidak apa?"

Aku mengangguk, "Iya. Aku tidak apa."

"Kenapa kau sangat menginginkan itu? Apa benar harganya mahal?"

Aku menggeleng lemah, "Aku juga tidak tau, tapi aku rasa item ini tidak diketahui banyak orang. Lagian, item ini berbahaya."

"Kenapa?"

"Jangan bilang siapapun, nanti mungkin orang-orang akan memperebutkan item ini."

Lucy mengangguk dan memperlihatkan wajah tertarik.

Aku masih punya satu partikel iblis, dua dengan yang aku punya sekarang. Seharusnya aku punya tiga, tapi aku sudah menggunakan yang satunya saat melawan si Rabbit. Aku rasanya namanya Rabbit. Si raja kecoa yang memberitahuku itu.

Aku lalu menceritakan tentang bahayanya benda ini, dan betapa hebatnya kekuatan yang didapatkan sebelum ajal menjemputmu.

Lucy hanya terdiam mendengarku mengatakan itu. Tentu saja dia tidak akan percaya.

"Kau mengerti sekarang?" Tanyaku.

Lucy mengangguk, "Jadi... kau tidak mau orang lain mati karena item itu?"

"Tepat sekali."