Sebelumnya : Pertarungan akan ditentukan. Dua lawan satu.
Haru memikirkan ide bom bunuh diri, dan akan dilakukan. Haru bahkan sudah masuk kedalam tubuh kecoa itu.
■■■
Aku sudah masuk kedalam tubuh raja kecoa sialan ini, dan disini terasa sangat panas juga sangat lengket. Aku bahkan tidak mau tahu apa yang lengket-lengket ini.
Beberapa detik sudah berlalu sejak aku berada di dalam tubuh raja kecoa ini, dan aku rasa aku tidak merasakan apapun selain apa yang tadi aku rasakan.
Lalu tiba-tiba seluruh tubuhku menyala. Lingkaran sihir berwarna merah mulai terbentuk di seluruh tubuhku, dan barulah aku bisa melihat apa-apa saja yang ada di sekitarku.
Cacing yang waktu itu menembusku, cairan putih menjijikan, dan beberapa lemak yang membuatku serasa ingin muntah.
Menyadari keberadaanku karena cahaya ini, para cacing yang tadinya seperti sedang tertidur, berbalik melihat kearahku dengan tatapan tanpa mata mereka. Tunggu! Memangnya kalau tidak punya mata bisa menatap ya?.
Beberapa mili detik sebelum mereka menyerang, sekitarku menjadi gelap sekali lagi. Tidak terdengar suara ledakan, hanya gelap saja.
Disaat kegelapan itu juga mulai menyelimuti hatiku, suara seorang gadis kecil yang sepertinya pernah aku dengar, terdengar di kejauhan, "Kak Haru. Makasih."
Saat itu juga aku sadar, kalau suara itu adalah suara si gadis kecil buta.
"Dimana kau? Aku tidak bisa melihatmu." Kataku.
"Kakak tidak perlu melihatku, aku hanya ingin Kak Haru mendengarku."
"Baiklah! Apa kau masih hidup?"
"Tidak! Aku sudah mati, bahkan sebelum aku datang ke kota ini."
"Ha? Maksudnya?"
"Raja kecoa ini, mengambil tubuhku saat aku sedang bermain di dekat kotaku tinggal, dan saat itu juga, aku sudah mati, tapi jiwaku masih terjebak di dalam tubuh kecoa ini. Karena itu, aku berterima kasih padamu, Kak Haru. Makasih."
"Aku belum tau siapa namamu! Beri tau aku! Setidaknya, biarkan aku tau siapa namamu!"
"Namaku... Lucy..." Dan aku seperti merasakan hawa keberadaannya sudah menghilang.
"Aku jadi mudah mengingat namamu, karena namamu sama dengannya."
Percapakapan itu pun selesai, dan terdengar suara ledakan yang cukup besar *BOOM* Jadi selama ini belum meledak?.
Seperti biasanya, rohku keluar dari ragaku dan melihat semuanya. Tubuh raja kecoa itu berantakan ke segala arah. Terlihat sedikit kalau bagian tubuhnya mulai bergerak dan menyembuhkan diri, tapi berhenti sebelum itu terjadi. Kemampuan regenerasi luar biasa.
"Haru! Apa kau masih hidup?" Harry berlari kearah ledakan itu. Dia terlihat gelisah.
Aku tidak bisa menemukan tubuhku. Tubuhku sudah hancur, dan bagaimana caranya aku bisa memulihkan diri kalau tubuhku saja tidak ada? Sial! Aku terlalu ceroboh!.
Saat aku memikirkan segala kemungkinan, sebuah cahaya muncul di depan mataku. Aku mencoba menyentuhnya dengan tangan kananku, dan ternyata aku bisa menyentuhnya. Aku tidak tahu apa ini, tapi aku bisa merasakan sesuatu di dalam cahaya ini.
Aku lalu menggenggamnya, dan cahayanya pecah ke segala arah, lalu saat cahaya itu padam, api biru kemerahan itu terbakar di depanku, dan membentuk sebuah tubuh, itulah tubuhku. Tubuh telanjangku.
Rohku kembali lagi, dan aku bangkit dari kematian.
Harry yang melihat itu, hanya menatap kosong kearahku.
Aku mengangkat tangan kananku, "Yo! Aku masih hidup kan?"
"I-Iya. Aku rasa kau memang abadi."
"Tidak! Tidak ada yang abadi."
"Benar! Contohnya adalah bajumu."
"Nyahahaha... dingin banget, anjay!"