Sebelumnya : Haru akhirnya sembuh dari sakit perut mengerikan itu. Jika bukan karena penyihir tingkat tinggi itu yang menyembuhkan Haru, mungkin Haru ingin segera mati saja, walau itu tidak bisa.
Pertarungan berubah menjadi dua lawan satu.
■■■
Es itu seperti sebuah tombak yang mengerikan. Jika aku terkena itu, tidak mungkin aku bisa tertawa seperti raja kecoa aneh itu. Aku rasa dia itu masokis.
"Nah..." Panggilku "...aku belum tau namamu."
"Benar juga! Namaku Harry. Itu cukup kan?" Jawabnya dengan arogan.
"I-Iya."
Aku harap nama panjangnya bukan Harry Potter. Karena kalau benar begitu, maka itu akan sangat mengerikan. Karena Harry Potter yang aku tahu, dia itu ramah dan baik hati.
"Hanya itu seranganmu?"
"Jangan khawatir! Aku masih punya banyak sihir mematikan untuk mengalahkanmu!"
"Kalau begitu, cepat tunjukan padaku! Aku ingin segera merasakannya, serangan Manusia!" Dia mengatakan itu seolah dia menyukainya. Seperti yang aku duga, dia itu memang masokis.
Harry sekali lagi mengetuk tongkatnya ke tanah, lingkaran sihir hijau terbentuk, lalu tumbuhan rambat raksasa tumbuh dari tanah dan mengikat tubuh raja kecoa itu. Aku rasa ini akan sangat menyenangkan.
"Hanya ini?"
"Tunggulah!" Setelah mengatakan itu, Harry menjulurkan tangan kirinya, dan lingkaran sihir merah terbentuk, lalu ledakan tiba-tiba saja terjadi dari ujung tumuhan rambat itu, dan menyebabkan ledakan beruntun yang pastinya akan menghancurkan raja kecoa itu.
Asap hitam tebal mengepul di sana. Aku tidak bisa melihat apapun di sana.
"Menarik! Kau lebih menghibur dari pada bocah tanpa bakat di sana itu!"
"Berisik!" Kataku.
"Belum selesai!" Harry mengatakan itu, lalu melemparkan tongkatnya ke udara, dan tongkat itu berputar di udara lebih dari dua detik, dan setelah itu, lingkaran sihir raksasa berwarna hitam terbentuk di atas kepulan asap hitam itu. "Ini akan menghabisimu!" Lalu Harry merapal, "Sihir alkimia! Pedang neraka!"
Setelah Harry merapal itu, lingkaran sihir hitam itu menyala, dan puluhan, ratusan, ribuan, bahkan juta'an pedang merah membara keluar dari lingkaran sihir itu dan mengarah ke kepulan asap hitam itu.
Terdengar suara pedang menancap di tanah dan di sebuah daging. Aku yakin itu akan membunuh kecoa itu. Mungkin.
Di duniaku yang dulu, membunuh kecoa, hanya membutuhkan sandal, koran atau mungkin semprotan anti serangga.
Pedang itu masih terus keluar, bahkan setelah asapnya hilang.
Saat asapnya menghilang, terlihatlah bentuk mengerikan dari si raja kecoa itu. Hancur, tubuhnya terlihat sangat mengerikan. Ratusan pedang menancap di tubuhnya. Darah berwarna putih mengalir seperti air terjun kecil.
"Begitu ya... kau memang... hebat, tapi itu... belum... cukup untuk menghancurkan... tubuhku."
"Apa benar begitu? Lalu kenapa dengan kata-katamu? Kenapa kau berbicara seperti sedang sekarat?"
Aku menyela, "Yah... aku pikir karena paru-parunya tertusuk beberapa pedang, jadi dia sulit bernapas."
"Aku tau itu, kampret!"
"Eh?"
"Aaarrrggghhh!" Raja kecoa itu tiba-tiba berteriak, dan angin kencang keluar dari tubuh raja kecoa itu.
"Gawat!" Harry mengatakan itu, lalu dia merapal, "Sihir angin! Dinding angin!" Lingkaran sihir terbentuk di tangannya, dan sebuah dinding angin terlihat melindungi kami. Lebar tiga meter, tinggi dua meter.
Benar saja! Tiba-tiba ratusan pedang yang menancap di tubuh raja kecoa itu lepas dan mengarah pada kami. Harusnya pedang itu melukai kami, tapi karena ada dinding angin di depan kami, pedang itu bahkan sudah jatuh sebelum sempat menyentuh tubuh kami. Sihir yang keren!.
Tiga menit mungkin sudah berlalu, dan akhirnya serangan pedang terbang itu berhenti. Aku melihat raja kecoa itu, yang mulai menyembuhkan dirinya. Luka-lukanya mulai tertutup, dan bagian yang hilang mulai tumbuh kembali.
"Sial!" Kata Harry sambil menangkap tongkatnya. Lama banget tuh tongkat terbang.
"Ada apa?" Tanyaku.
"Aku tidak tau bagaimana cara mengalahkan makhluk itu. Bahkan setelah tubuhnya seperti itu, dia masih bisa memulihkan dirinya. Apa kecoa itu memang seperti itu?"
"Aku rasa iya." Aku berhenti sejenak. "Ah! Aku pernah memotong kepala seekor kecoa dirumahku, dan membiarkannya hidup. Lalu satu minggu berlalu, dan aku melihat kecoa itu masih berjalan-jalan di rumahku."
"Apa gunanya kau memberitahuku itu?" Harry mengatakan itu dengan wajah marah.
"Yah... aku cuma mau bilang, memotong kepalanya akan percuma."
"Aku gak mau tau! Yang mau aku tau, adalah bagaimana caranya membunuh makhluk itu!"
"Kau benar!"