Sebelumnya : Pertarungan antara Haru dan Raja kecoa akhirnya dimulai.
Tebasan pedang Haru hanya meninggalkan nama. Sedangkan sekarang, Haru sedang di ambang kematian, karena di serbu pasukan cacing putih menjijikan.
■■■
Beberapa menit telah berlalu, dan sekarang rohku sudah keluar dari jasadku. Para cacing itu masih saja melubangi tubuhku, merobek lengan dan kakiku.
"Aku tau kau masih hidup! Bangkitlah, wahai makhluk yang dikatakan sang Raja!"
Proses regenerasi dimulai. Api membakar tubuhku, menyembuhkan luka, menyambung bagian yang terputus, dan membuat ulang jika bagian tubuh yang hilang tidak dapat di jangkau.
Sebenarnya dari tadi aku penasaran, siapa sih Raja yang dia maksud?.
Proses regenerasi selesai. Aku sadar kembali, mengambil pedangku lagi dan berdiri dengan baju yang berantakan.
Aku menghadap Raja kecoa itu dan berkata, "Raja, Raja apa'an? Berisik tau! Lagian, siapa sih Raja yang kau maksud?"
"Siapa Raja yang aku maksud? Kau pikir makhluk mana yang bisa menciptakan Iblis sekuat diriku?"
"Siapa? Dewa?" Aku memiringkan kepalaku.
"Bukan! Karena dia sendiri sudah melawan para Dewa. Sang Raja Dunia, Black Poison Dragon!!!"
Sekarang, mungkin aku tahu, siapa Raja yang dia maksud. Legenda sang naga dan tiga belas pasukan Iblis. Naga itu adalah siapa yang oleh Dewa itu katakan. Dia bilang harus ada jalanya, kenapa tidak langsung saja katakan, kalau para Dewa tidak bisa mengalahkannya.
"Dia bahkan mengalahkan Dewa?" Tanyaku.
"Iya. Dan dia juga sudah mengalahkan kematian itu sendiri, dalam artian yang dimengerti oleh Manusia, Dia adalah makhluk abadi." Saat dia mengatakan itu, nadanya terdengar sangat bangga dengan apa yang sudah Tuannya capai.
"Begitu?" Sial! Bukan hanya cipta'annya saja yang terlihat mengerikan, tapi sang pencipta juga mengerikan. Walau aku belum pernah melihat bentuknya, tapi aku yakin Dia sangat mengerikan.
Maksudku, ayolah! Black Poison Dragon? Naga racun hitam? Bukankah dari namanya saja terlihat sangat mengerikan?.
"Kau tidak akan punya kesempatan untuk mengalahkannya, Manusia!"
"Si-Siapa juga yang mau mengalahkannya?" Aku berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan gaya tidak bersalah. "Maksudku, aku sangat menghormati Tuan Black Poison Dragon itu."
"Apa itu benar?."
"I-Iya. Itu benar!"
Setelah aku mengatakan itu, raja kecoa itu langsung melompat kearaku dan mendarat tepat di hadapanku, lalu berkata dengan serius, "Lalu kenapa kau membunuh si Rabbit dan si Beaver?"
"I-Itu sih, mereka sendiri yang..."
Sebelum menyelesaikan kata-kataku, tiba-tiba salah satu tentakel mesum miliknya masuk dalam mulutku, dan aku merasakan dia seperti memasukan sesuatu dalam tubuhku.
Dia menarik kembali tentakel mesum itu, dan aku langsung mundur beberapa langkah.
"Gah... hoek~" Aku muntah, tapi tidak ada sesuatu yang keluar. "A-Apa yang kau..."
Tiba-tiba aku merasakan perutku terasa sangat sakit, "Aaaahhhh... apa? Aaaaahhh!!!" Aku terjatuh dengan lutut menyentuh tanah. Aku tidak bisa melepaskan cengkraman tanganku dari perut ini yang terasa seperti akan hancur.
"Ada apa, Manusia? Itu hanyalah bakteri dari kotoran hewan dan Manusia. Apa sebegitu sakitnya?" Aku merasakan ada nada menghina di sana.
Aku tidak bisa memikirkan apapun lagi selain rasa sakit di perutku yang terasa sangat menyiksa. Aku terus berteriak dan terus melakukan hal itu, bahkan sampai kerongkonganku terasa sakit dan perih.
Ini lebih baik aku mati, tapi apa rasa sakit ini akan menghilang? Sialan! Ayo kita coba!.
Aku menahan rasa sakit ini sebisaku, dan tangan kananku meraba tanah untuk mencari pedangku, karena aku sungguh tidak bisa bangkit.
Aku mendapatkan pedangku.
"Apa? Apa kau masih mau menebasku? Bahkan dengan kau yang sedang sekarat itu? Aku akui kebe..."
Aku mengangkat pedangku, dan langsung memotong kepalaku sendiri *CIPRAT* dan terpotong.
Aku sudah mati. Dan aku memang sudah tidak merasakan sakit perut lagi.
"...kau memang berani."