Chereads / Hidup Lagi Di Dunia Pararel Yang Penuh Fantasi / Chapter 70 - 69 : Haru Vs Raja Kecoa

Chapter 70 - 69 : Haru Vs Raja Kecoa

Sebelumnya : Gadis buta yang manis itu kini telah menghilang, dan digantikan oleh makhluk mengerikan yang menjijikan, yaitu Raja kecoa.

■■■

Aku langsung menyiapkan kuda-kuda setelah menantangnya, dan raja kecoa itu, yah... dia hanya terlihat biasa saja.

"Haru... jangan gegabah!" Lucy mengingatkanku dengan nada cemas.

"Tidak apa. Aku malah berharap kau bisa membantuku."

"Kalau begitu..."

Sebelum Lucy menyelesaikan kata-katanya, Master serikat sunrise berkata dengan lantang, "Haru! Apa aku bisa meminjam Lucy dan Shely untuk membantu kota?"

Aku melihat keatas sana, di tempat berkumpulnya para anggota serikat yang sekarang mungkin mereka sedang membersihkan kecoa di kota.

"Iya... tidak apa."

"Haru..." Lucy membentakku, "...artinya kau menghadapi makhluk itu sendirian."

"Tidak masalah. Saat melawan kelinci itu juga aku sendiri kan?"

"Tapi..."

"Kota lebih penting. Lagian, aku tidak akan mati."

"Janji?"

"Harus berapa kali aku berjanji padamu?"

Lucy tersenyum kecil dan langsung membalikan badannya, lalu berlari keluar arena.

"Haru..." Master sekali lagi memanggilku dari atas sana. "...kau sanggup mengalahkannya? Karena aku harus membersihkan para kecoa raksasa lainnya di dalam kota."

"Iya... lakukan saja! Ini biar aku yang urus. Lagian, aku tidak mau kalau tempat ini sampai hancur. Nilo masih di rawat, bukan?" Aku melirik Shely saat mengatakan itu.

"Kalau begitu, kalahkan dia." Dan master langsung melompat pergi. Begitu juga dengan Shely yang menghilang entah kemana.

Ada yang aneh di sekitar sini, dan aku rasa aku tahu apa yang aneh itu.

Aku melihat si raja kecoa, dan dia masih berdiam diri di tempanya.

"Ada apa? Aku tadi sedang lengah, tapi kenapa kau tidak menyerangku?" Tanyaku sambil menodongkan mata pedang beracunku.

"Tindakan licik seperti itu hanya dilakukan Manusia."

"Kau benar." Aku terdiam sebentar, dan melanjutkan, "Aku juga terkadang ingin tidak menjadi Manusia, tapi... yah... aku akan menikmati hidupku saja."

"Jangan banyak bicara! Ayo... serang aku!"

"Baiklah."

Aku melompat ke arahnya, dan tiba-tiba saja sesuatu muncul di bawah tanah ini. Sebuah taring bergerigi. Dan senjata itu siap memotong tubuhku.

Aku tidak akan panik. Bukan karena aku tahu aku tidak akan mati karena itu, karena aku masih punya angin.

Aku menendang udara, dan berhasil melewati ranjau taring bergerigi itu, tapi saat aku berhasil mendarat, kecoa sial itu ternyata sudah memasang taring kumbangnya di leherku.

"Seperti yang aku duga, Manusia itu mudah sekali di tipu."

Dan taring mengerikan itu memotong kepalaku seperti layaknya sebuah gunting yang memotong karet.

Rohku keluar sebelum kejadian itu. Seperti biasa, aku jadi tidak terkejut lagi dengan fenomena yang mungkin hanya aku dan Tuhan yang tahu, mungkin para Dewa juga?.

Darah keluar seperti pancuran taman anak-anak dari leherku. Tubuhku terjatuh dan kepalanya melayang.

Sebelum kepalaku sempat jatuh ke tanah, tentakel kecoa itu memegang kepalaku, lalu berkata, "Kepala Manusia memang menjijikan!" Lalu dia memasukan kepalaku ke mulutnya. Atau lebih singkatnya, di makan. Tunggu dulu! Tadi dia bilang menjijikan, tapi di makan. Apa dia itu makhluk yang tidak berpegang teguh pada kata-katanya?.

Sial!.

Walau kepalaku belum tumbuh kembali, aku berdiri dan berlari menjauh sejauh lima meter dari raja kecoa itu.

"Uhuk.. uhuk... ada apa? Kenapa dia masih bergerak?"

Proses regenerasi dimulai. Api biru kemerahan membakar leherku, lalu membentuk seperti sebuah kepala, dan saat apinya menghilang, kepalaku sudah ada di tempatnya lagi. Tentu saja lengkap dengan rambutnya dan bahkan satu jerawat kecil di pipi kiriku yang baru saja muncul. Aku penasaran, bagaimana kalau aku langsung saja memecahkan jerawat itu, mungkin akan langsung sembuh. Lagian, bukankah jerawat juga termasuk salah satu penyakit? Harusnya aku kebal terhadap penyakit kan?.

Saat rohku kembali, aku langsung berkata, "Maaf ya? Aku rasa aku membuatmu tersedak."