Chereads / Kapadokya / Chapter 71 - They are exist

Chapter 71 - They are exist

Aku ini anjing mati,

Kutu yang ditinggalkan,

Cacing malang,

Ulat yang celaka

Manakah bisa menuntut jiwa

Hanya karena Engkau saja aku hidup

Jalan-jalan Mu kuikuti tapi aku tidak mengerti

'Diana, I love you …..' David melanjutkan, 'Kenapa tidak kamu acak sinyalnya saja Diana, aku tahu kamu bisa. Kenapa tidak kamu shutdown saja servernya, Diana.'

'David, we are all soldiers, we will never give up until we die.' Diana tersenyum memandang kepada suaminya. 'Kita akan selalu menghadapi pertempuran sampai kita mati. Walaupun aku mematikan servernya, mengacak sinyalnya atau mengacaukan frekuensinya, akan selalu ada yang lain yang akan melakukannya. Dan kalau bukan kita yang melakukannya, akan jadi apa nantinya. Setidaknya kita bisa tahu dan ikut melakukan kontrol terhadap proses dan hasilnya.'

'David, I love you too.. ' Diana tersenyum kembali. Lanjutnya 'Ibarat seorang anak yang sedang bertumbuh, kalau dia tidak mendapatkan panutan dari orang tuanya yang mengasihi dia mau jadi apa dia. Sama juga sistem, kalau tidak mendapat pengaruh dari orang-orang yang mengenal kebajikan mau jadi apa sistem kita. Harus ada yang masuk, memberikan pengaruh yang baik dan berharap bahwa sistem akan menjadi sistem yang baik juga.'

'Kita harus masuk ke sistem yang ada David, kita tahu kita tulus dan menginginkan kebaikan bagi semua yang ada. Aku tidak bisa keluar dari organisasi dan membiarkan mereka menjadi sistem yang jahat dan memerangi semua kebaikan, jadi David bantu aku.' Diana mencoba menerangkan dan membujuk David untuk ikut terjun kembali ke organisasi. Lanjutnya, 'Sekarang Frekuensi 5G akan masuk ke sistem kita, kita harus bisa mengendalikan frekuensi ini, karena sepertinya frekuensi ini cukup liar. Dia berhasil masuk ke Siri berarti dia punya kekuatan yang cukup besar. Karena tidak biasanya Siri dengan mudah menangkap frekuensi mereka.'

Diana terdiam, lalu berjalan mengambil remote yang ada di atas meja.

'Lihatlah wajah mereka David,' kata Diana sambil menyalakan monitor raksasa di ruangan tersebut. 'Pandanglah satu-satu wajah sukacita itu, itu tidak akan terjadi jika bukan kita dan mereka yang lain yang mengambil alih sistem. Mereka akan membuat sistem ini untuk kepentingan pribadi mereka, mungkin untuk kekuasaan yang sangat mereka incar, peperangan, airmata, darah dan kesedihan yang akan kita lihat dari monitor besar ini. Tapi jika setiap kita yang mengenal kasih Tuhan yang mau mati untuk kita, bukankah indah kalau kita juga mau mati untuk mereka yang ada di layar tersebut.'

'Posisi kita hanya memantau apakah 'Enam Dua' itu tercapai atau tidak, itu threshold kapan kita tahu harus berhenti dan keluar dari sistem, threshold itu tercapai kalau sistem sudah extreme baik atau extreme buruk. Waktunya untuk meninggalkan sistem dan membiarkan mereka menjadi apapun yang akan terjadi. Saat ini kita sudah mencapai 'Empat Puluh' untuk peak session transmisi.'

'Jadi …, masih tidak mau menerjemahkannya untuk aku David ?' tanya Diana mencoba membujuk David untuk menjelaskan arti kalimat-kalimat bahasa asing yang diucapkan Siri yang berhasil Diana rekam.

Menakutkan memang, tapi Diana sangat ingin tahu apa artinya setiap kata yang diucapkan dalam rekaman tersebut.

'David, please tell me…, Kartagena…' Diana memandang Davidnya dengan sangat penuh harapan. Enkripsi-11 sudah berhasil ditembus, tinggal Enkripsi-1 yang masih belum diketahui karena Diana tidak mengerti akan kalimat yang ada di rekaman tersebut. Dan Diana tidak berani memberikan rekaman tersebut kepada yang lain selain kepada suaminya, David.