Bunga itu jingga, bunga itu putih,
Bunga itu lembayung,
Semuanya mawar,
Hanya melati yang terhampar di bawah jasad
Tatkala raga menutup mata karena cinta
'Catherine ...' Diana terjatuh berlutut di depan raga kaku Catherine yang terbujur diatas ratusan kuntum melati yang mengharumkan pembaringannya.
'Oswald, aku mencintaimu…,' seperti suara yang berhembus entah dari mana bertiup entah kemana, suara itu suara seorang wanita yang telah tiada. Catherine.
'Cartagena, dia ada untuk kita. Dia mencintaimu. Bahkan dalam tidur abadinya pun dia tetap menyebut namamu.' Diana hanya dapat menghela nafasnya dalam-dalam. Tidak disangkanya Catherine ternyata sedang hamil dan melahirkan prematur karena terjatuh saat memakan roti sakramen dan menyebabkan pendarahan karena ketuban yang pecah.
Ribuan bunga mawar menghiasi ruang duka tersebut. Setiap orang menangis, setiap orang meratap, seorang gadis muda telah berpulang ke Rumah Bapanya. Seorang yang sangat cantik, cerdas, penuh cita dan cinta dihancurkan oleh cinta.
Hati Diana sangat hancur, dia hanya bisa duduk dan termenung di depan peraduan Catherine.
Diusapnya mukanya dengan tangan kirinya.
'Ah cinta mengapa hadir untuk membuat sengsara, ah cinta mengapa hadir untuk membuat merana, bukankah cinta sudah cukup untuk cinta tapi mengapa rasanya membuat raga seperti hanya ingin melepas nyawa saat tak berjumpa dengan sang kekasih cintanya.' Diana menggumam sambil terus menghela nafasnya.
Diusapnya sekali lagi mukanya dengan tangan kirinya. Angin dingin menghembus ruangan.
'Rafael, aku mencintaimu. Bawa aku pergi dari ruangan ini dan ajarlah aku melupakan kesedihan cinta. Aku ingin tertawa lagi, aku ingin menari lagi, aku ingin menyanyikan kembali lagu cinta nada tertinggi surga bersamamu di Tahta Langit Sang Lanjut Usia.'
Angin sepertinya hendak menyampaikan nada cinta Catherine dalam hembusannya di helai-helai daun pohon kamboja di halaman tempat Catherine disemayamkan.
Langit gerimis turun membasahi udara malam itu. Catherine tertawa, Catherine bersuka cita malam itu, ditemuinya kembali Rafael yang sudah lama dia ingin jumpai. Dijumpainya kembali kekasih hatinya itu, digenggamnya tangan Rafael yang sudah menunggunya di depan Tahta Singgasana Sang Lanjut Usia.
Mereka berlutut, mereka bersujud, mereka tertawa, mereka menggenggam tangan lalu menyanyikan lagu tertinggi persembahan pujian surga dengan suara yang tidak akan hilang sepanjang masa.
Baju terusan hitam berjubah panjang pelayan imamat membuat Rafael tersenyum tatkala dipandanginya baju jubah panjang Catherine pun senada dan sewarna dengan dirinya, keduanya lalu berlutut melayani Sang Raja dalam cinta mereka, dalam suka mereka karena disana tidak ada lagi duka dan air mata. Keduanya hidup laksana malaikat yang melayani Sang Lanjut Usia.
Catherine, selamat berjumpa dan bersuka dengan kekasih sepanjang masa di Tahta Baginda.
Biarlah cinta itu seharum bau melati putih yang bertaburan di atas makam cinta.
Dia yang sudah mati, pernah mati akan hidup dalam Tahta Sang Lanjut Usia, saat dia menerima cinta dalam juruselamat manusia. Tuhan yang merentang tangan menebus manusia. Tuhan yang membagi-bagikan tubuh dan darah-Nya sebagai peringatan akan kematian-Nya untuk menebus dosa manusia. DIA yang merobek roti dan membagi anggur untuk setiap manusia yang lapar dan haus untuk melakukan kehendak-Nya boleh dikuatkan untuk menerima makanan dari-Nya dan berdiri teguh untuk memberikan perlawanan atas dosa.
Ya, aku mencintai-Mu.