Kamu itu kata ganti kedua
Yang selalu ada disana untuk dirindukan
Yang selalu ada untuk dicintai
Tapi tak pernah ada untuk dimiliki
Kamu, Rindu
'Kartagena, I love you so much.' Diana selalu menggumamkannya di dalam tidurnya, di dalam mimpinya dan di dalam hatinya.
Diana mengusap-usap wajahnya, dagunya dan matanya saat tiba-tiba Aska mendapatinya sedang termenung memandang layar besar di dinding tempat semua koordinasi dan konsolidasi dilakukan.
Di ruangan itu semua gerak-gerik siapapun dan dimanapun selama dalam batas kota Kapadokya dan Kartagena akan termonitor dengan baik tanpa adanya batasan dan intervensi.
Aska mendapati Diana sedang melakukan pengamatan ke sebuah lokasi di kota Kartagena. Hotel dan Katedral tempat dimana mereka dulu pernah menikah, Diana dan David.
Sudah lebih dari sepuluh menit Aska mengamatinya dari depan pintu namun seperti Diana sedang berada di tempat yang sangat jauh sampai tidak menyadari kehadiran Aska.
Kartagena, kota kenangan.
'Aska,....' panggil Diana saat Aska sudah membalikkan badannya dan meninggalkan ruangan.
'Ya, Diana..' jawab Aska yang belum juga mau menikah walaupun umurnya sudah mulai merambat tua.
'Duduklah disini, aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu.' Lanjut Diana. 'Lihat ke layar itu.'
'Ada apa di layar itu ? Aku hanya melihat layar hitam dengan titik merah yang berkedip-kedip.' Aska kebingungan saat Diana memasukkan sandi-sandi tertentu ke layar lalu layar hitam itu berubah menjadi sebuah peta yang gambar rumah yang seperti ada di google-map. Diana terus melanjutkan melakukan perbesaran gambar secara maksimal sampai tampak sebuah rumah dengan ruangan di dalamnya.
'Alkatira… itu Alkatira….' Aska seperti anak kecil yang menemukan mainan baru saat melihat layar besar tersebut.
Di layar itu nampak Alkatira sedang memandang ke langit yang cerah dan penuh awan. Dengan frekuensi suara yang dirambatkan ke langit, mendadak suara Alkatira muncul di speaker layar yang ada di sudut-sudut office theater yang menggunakan teknologi terakhir dari sound system.
'Halo Diana, melihat padaku ? Aku tahu kamu merindukan aku bukan… ?' Alkatira seperti berbicara dengan langit. 'Ya Diana besok lusa adalah hari ulang tahun aku. Mau datang dan merayakannya ?'
Diana hanya tersenyum-senyum memandang wajah Alkatira yang tampak jelas setelah gambar diperbesar dan memunculkan wajah sebesar layar monitor di dinding.
'Alkatira, …..' Diana hanya memandang layar dan menghembuskan nafas yang ditariknya dalam-dalam. 'Kapadokya, teman.. apa kabar?'
Gambaran sebuah rumah berisi dua buah petiduran, sofa dan meja kursi di beranda memenuhi layar tersebut. Tampak Alma sedang duduk di meja di beranda bercakap-cakap dengan seorang anak-anak usia 4 tahun. Sepertinya sambil bercakap-cakap mereka mempersiapkan kue ulang tahun untuk Alkatira.
'Aska aku ingin menyalakan sebuah lilin untuk dia.' Diana hanya tersenyum sambil memandang Aska dengan seribu kata di matanya.
'Diana…, kamu mencintai Alkatira ?' tanya Aska menyelidik.
'Tidak, Aska. Aku hanya mencintai David, suami aku.' jawab Diana sambil menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. 'Alkatira dan aku hanya berteman saja. Aku hanya tidak bisa melupakan bahwa betapa pernah dekatnya hubungan aku dan dia dalam kurun waktu yang sangat singkat. Seperti angin, sebentar datang lalu tiba-tiba pergi. Aku kehilangan dia.'
Keheningan bertahan sebentar lalu gambar di layar pun mendadak pudar dan kembali ke titik merah.
F-minor is good …