A city where kings are but lovers crowned,
A land from the dust of which friendship springs
Who has laid waste that enchanted ground?
What has befallen the city of kings?
Years have passed since a ruby was won
From the mine of manhood; they labour in vain,
The fleet-footed wind and the quickening rain,
And what has befallen the light of the sun?
'Diana, kita pergi ….. ' Oswald mengulurkan tangannya yang penuh dengan tiket-tiket dan struk belanja.
'Pergi kemana Oswald ? tanya Diana sambil tersenyum lesu.
'Kartagena …. Hahaha…' Oswald menjawab sambil tertawa.
'Oswald kamu bercanda …' sekarang gantian Diana yang tertawa. Tapi begitu melihat tiket yang ada di tangan Oswald dengan peta dan kamus bahasa sehari-hari, Diana langsung terhenti tertawanya. 'Ya Tuhan, Oswald, apa ini ?' lanjut Diana.
'Kita melarikan diri untuk sejenak, lari dari semua yang ada di Kapadokya. Kita pergi ke Kartagena, lupakan Kapadokya, lupakan Michael, lupakan semuanya.' Oswald tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangannya yang penuh dengan tiket.
'Oswald, tapi Kardinal … ?' tanya Diana sambil mengkuatirkan posisi pentahbisan diocese yang seharusnya dilaksanakan sebentar lagi.
'Lupakan Kardinal, hanya aku dan kamu. Diana.' Oswald tertawa.
'Dan kapan keberangkatan tiketnya ?' tanya Diana mengulurkan tangannya untuk mengambil tiket yang ada di tangan Oswald.
'Nanti sore ….' Oswald tertawa.
Diana terbeliak lalu tertawa '…, kamu gila Oswald'. Seru Diana dalam hatinya.
Sambil tertawa-tawa mereka segera keluar dari gedung itu karena jam menunjukkan pukul 1 siang sementara pesawat berangkat pukul 4 sore.
Mereka tertawa, hanya baju di badan, tas tangan dan laptop kerja yang mereka bawa. Semua tidak mereka pikirkan, hanya lari dari Kapadokya saja. Menghilangkan diri di tempat eksotik yang asing.
Kota Tua Kartagena, replika dari surga kecil Karibia, dibangun saat Spanyol punya pesona sebagai kota itu sebagai kota metropolitan dimana Gereja Keuskupan Kartagena yang dibangun dengan segala kemegahannya berdiri sejak di abad pertama. Kota Tua yang dihiasi tembok kota dengan arsitektur kolonial, gang-gang terbuat dari batu, rimbunnya balkoni yang penuh dengan tanaman merambat dan bunga yang bergantung.
'Kartagena kami datang ... ' seru Oswald dan Diana.
Pukul empat sore tepat pesawat segera meluncurkan sayapnya ke angkasa. Birunya langit dan senja yang hampir turun membuat suasana di atas pesawat begitu teduh dan menyenangkan.
'Aku mencintaimu, Diana.' Oswald tersenyum sambil memegang tangan Diana.
'Aku juga mencintaimu, Oswald.' Diana membalas senyum Oswald dan melingkarkan tangannya ke pinggang Oswald. Agak susah tapi akhirnya Diana berhasil untuk memeluk Oswald yang melingkarkan tangannya ke bahu Diana.
Seperti sepasang kekasih mereka tiba di Kota Tua Kartagena. Tibalah mereka di San Diego Kartagena, dan memasuki hotel pada waktu pagi benar. Hotelnya sangat nyaman dan indah seperti oase di tengah padang gurun dibuatnya taman dan kolam di tengah-tengah hotel tersebut. Lokasi yang sangat strategis, hanya 3 menit dari pantai.
'Diana... ,'Oswald memecah keheningan suasana saat mereka menunggu resepsionis untuk memproses permintaan mereka untuk menginap.
'Ya Oswald..' tanya Diana sambil menyandarkan kepalanya di bahu Oswald.
Oswald mengeluarkan sebuah kotak lalu memberikannya kepada Diana sambil mengatakan, 'Diana, mari kita menikah.'
'Oswald, kamu ….' Diana memandang Oswald dengan tatapan tidak percaya. 'Tapi …. 'lanjutnya.
'Aku tahu Diana, kamu dan Michael tidak pernah mempunyai hubungan apa-apa selain di atas kertas, nanti kita akan urus setelah pulang dari Kartagena.' Oswald berlutut disamping Diana dan mencium tangan Diana serta memasangkan cincin di tangan Diana.
'Oswald, aku belum berkata setuju.' kata Diana lirih sambil tersenyum tapi tidak menarik tangannya yang sedang diselipkan sebuah cincin di jari manisnya.
'Aku tahu, kamu pasti setuju…' Oswald tersenyum dan membiarkan Diana dalam pelukannya menangis dalam harunya.
'Oswald, how about your diocese ?' tanya Diana berbisik lirih.
'Saya sudah memikirkan ulang Diana, dan saya memilih kamu.' jawab Oswald dalam ketetapan hati yang terdengar di suaranya.
'Mr. Oswald Orchiandy' Resepsionis memanggilnya untuk menyelesaikan permohonan mereka menginap.
Tak berapa lama mereka sudah menaruh seluruh barang mereka di kamar lalu mandi dan bersiap-siap.
Ya, mereka akan pergi ke Katedral terdekat untuk segera melangsungkan pernikahan.
Pernikahan yang sangat kilat.
Kartagena, ada apa dengan mereka, seperti hembusan angin melambaikan pohon pinus yang banyak ditanam disekitar hotel tersebut.
Oswald memang penuh kejutan, di gereja tersebut mereka melangsungkan pernikahan. Seluruh anggota keluarga Oswald sudah ada disana, imam-imam muda yang dikenalnya diundang juga dalam pernikahan tersebut.
Walaupun tidak penuh namun pernikahan itu berlangsung khidmat dan sakral.
'Saya Oswald Orchiandy menerima engkau Diana Savestianti sebagai istri saya dan berjanji akan selalu setia dalam suka maupun duka, ...' janji saling setia mereka ucapkan dalam upacara sakramen pernikahan tersebut.
Lalu keduanya saling berciuman untuk pertama kalinya.