Chereads / Gadis Bayaran Untuk Tuan Muda / Chapter 5 - Ekspresi Mematikan

Chapter 5 - Ekspresi Mematikan

Mobil putih Toyota Rush kini memasuki kabupaten Ponorogo. Terlihat jalanan mulai naik turun, pepohonan mengirim perjalanan, berjajar disamping kanan kiri.

Leandra dengan lincah mengatur laju kendaraan. Dia mampu membuat penumpang di belakang bisa memejamkan mata. Padahal medannya mulai menanjak.

Sembari di iringi alunan musik. Sesekali dia sengaja menoleh pada Laras. Tiap kali lelaki itu coba melihatnya, Laras mengalihkan pandangan. Leandra secara terang-terangan ingin menunjukkan keahliannya berkendara. Hal tersebut ditangkap Laras, supaya tidak semakin ngelunjak Laras menunjukkan ekspresi tidak tertarik.

"Aku rasa... emm aku mengenal mu". Suara Leandra memecahkan suasana. Laras terbelalak mendengar apa yang di sampaikan Leandra.

"Apa kau penjaga Minimarket??.... ". Lanjut Leandra. Laras menatapnya seakan meminta Leandra meneruskan ucapannya.

"Maksud ku.. B Mart? Betul ??". Sekali lagi Leandra meliriknya. Laras mengerutkan keningnya, mengingat yang telah terjadi. Tidak ada sepatah kata yang ingin dia ucapkan. Laras merasa telah ikhlas, usai dan sudah memaafkan. Sayangnya kerutan di kening itu ditangkap berbeda oleh Leandra.

"Aku merasa ikat rambut itu,.. tidak salah lagi.. kamu benar penjaga B Mart". Leandra melempar pandangan meminta jawaban. Tapi nihil

"Ikat rambut unik itu, tidak akan ada duanya". Pancing Leandra menggelitik. Ikat rambut berwarna pink buatan tangan. Bermotif buah ceri pudar, karena lama digunakan.

"Iya, kamu benar, sekarang mau apa?". Jawab Laras menyerah dengan desakan Leandra. Leandra tampak tidak terkejut. Minimarket yang dapat dijangkau dengan jalan kaki dari rumahnya adalah langganan setiap saat apalagi malam hari. Ketika suasana hatinya sedang buruk dia akan membeli beberapa makanan & minuman ringan lalu duduk di plataran B market yang di desain untuk bersantai. Dengan ragu lelaki itu melempar senyumannya.

"A.. a..ku minta maaf, saat itu aku sangat kacau. Hari pertama aku melarikan diri dari rumah. Dan semua teman-teman ku tak bisa aku hubungi karena kondisi ku. Aku tidak tahu gimana caraku menggantinya, sebab semua kartu kredit ku di blokir". Leandra memberanikan diri mengucapkannya dengan terbata bata. Dan hanya di balas oleh raut muka datar Laras.

"Kau tahukan aku tak sengaja. Aku kecapekan lalu menemukan alat itu terdorong tubuhku tanpa sadar dan terjatuh". Leandra tak berhasil membuat Laras bergeming.

"Ayo lah... ". Laki laki itu mulai jengkel karena diabaikan, dengan sengaja mendecitkan (menginjak rem mobil sesaat tanpa alasan) kendaraan yang dia kemudikan supaya Laras berekspresi. Sontak teman teman yang di belakang terkejut.

"Ada apa?". Nana bertanya.

"Ah hanya sedikit kurang fokus". Jawab Leandra sekenanya.

"Sebaiknya kita istirahat sebentar". Rio menyarankan.

Akhirnya mereka memilih berhenti di masjid terdekat.

Sejak keluar dari mobil, Leandra terus memasang tatapannya pada Laras. Dia mencoba mencari waktu paling tepat agar bisa benar-benar bicara dengan penjaga minimarket.

Masjid tempat mereka istirahat cukup luas. Terlihat beberapa pemudik membaringkan tubuhnya dilantai melepas lelah. Itu juga yang mereka lakukan.

Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu Leandra datang. Laras berjalan sendirian. Perempuan itu menyusuri serambi masjid dan sesaat kemudian memasuki lorong menuju toilet dan tempat wudhu perempuan. Sebelum sampai ditempat yg dia inginkan. Seseorang dengan tangannya yang besar menarik lengan Laras. Gadis itu spontan menoleh kebelakang. Ya.. sudah di duga. Leandra yang melakukannya.

"Kau ingin aku bersujud supaya dimaafkan". Leandra mendesak Laras.

"Lepaskan aku". Laras menarik tangannya.

"Aku sudah memaafkan mu, aku juga sudah ikhlaskan semuanya. Jadi aku tidak berminat membahasnya". Laras jawabannya dengan santai tanpa memandang Leandra.

"Hai tatap aku, aku benar-benar tulus minta maaf. Dan kau mengabaikan ku seolah-olah aku orang seorang pengecut". Leandra kembali menghentikan langkah kaki Laras. Dia berdiri di depan Laras. Memblokade jalan Laras. Sejujurnya Laras tidak berminat menatapnya hanya karena dia perlu mendongak ke atas. Leandra tinggi dan lebih sulit untuk melihat wajahnya dari jarak dekat.

Laras membuka mulutnya seakan akan ingin membalas dengan hujan umpatan atau semacamnya. Ternyata perempuan itu memilih menghela nafas panjang. Dia menyadari, apalah artinya menumpahkan alat pembuat kopi bagi seseorang dengan latar belakang seperti Leandra. Di banding dirinya yang hancur berkeping-keping karena kehilangan pekerjaan paruh waktu.

"Mundurlah sedikit agar aku mudah melihat wajah mu". Minta Laras. Leandra menurutinya.

Sembari menata pandanganya pada wajah Belanda Jawa khas Leandra, Laras menenangkan hatinya yang berkecamuk menahan diri dari rasa ingin memukul kepala laki laki pengecut itu.

"Dengarkan baik baik TUAN MUDA, aku sudah memaafkan mu dengan sangat tulus". Laras melemparkan ucapan itu bersamaan dengan senyum palsu dibuat buat. Serta dibumbui adegan memberi hormat ala princess Disney di akhir ucapannya. Siapa saja yang melihat adegan itu. Pasti sadar bahwa perempuan itu sedang meledek lawan bicaranya.

Beberapa detik telah berlalu. Sebelum akhirnya Laras meninggalkan Leandra. Berdiri termenung tak jelas. Hatinya berdesir, sesuatu yang belum pernah dirasakan. Perempuan itu melenggang pergi, sembari dengan sengaja menabrakkan sedikit bahunya pada Leandra. Sebagai bentuk kejengkelan. Laras menyisakan kibasan rambut pada bahu Leandra dan aroma harum tubuhnya.

Leandra menggelengkan kepala. Sedang berusaha mengumpulkan kesadaran. Melangkah perlahan. mengais-ngais ingatan tentang kasir B Mart misterius favoritnya.

Kasir yang selalu mengenakan masker wajah. Berjaga di sift malam dan memiliki karakter tenang. Beberapa kali Leandra menggodanya. Sekedar iseng mengeluarkan uang dalam waktu lama. Atau menundukkan wajahnya agar sejajar dengan wajah si mbak kasir. Biasanya perempuan akan merah padam jika dia melakukan itu. Ternyata ekspresinya masih sama. Tatapan datar mematikan. membuat pelaku keisengan merasa tidak berhasil.

Lalu hari ini mbak kasir itu, Selaras runtuh dari ekspresi datarnya. Melemparkan emosinya pada Leandra. Rasa terhinanya karena diledek tenggelam oleh rasa kemenangan yang tidak masuk akal.

***

Setelah lebih dari beberapa jam perjalanan mobil putih Toyota Rush mulai meninggalkan kabupaten ponorogo, pemandangan disekitar perlahan berubah pepohonan. Mereka sempat berhenti untuk beristirahat dan menunaikan solat. Martin dan Rio sempat menawarkan diri mengganti Leandra mengemudi, tawaran itu tidak di ambil. Raut mukanya menunjukan semangat membara. Entah apa yang dipikirkan pria berkucir ini.

Senyum tipis ditunjukannya special untuk Laras. Perempuan itu hampir terkejut saat mendapatkan ekpresi aneh itu : "Ya tuhan apa isi otak anak ini" gumam Selaras mengabaikan semua polah tingkah lelaki yang duduk di kursi pengemudi.

"Laras lihat! kita masuk Trenggalek," Nana menangkap gapura perbatasan wilayah Ponorogo dan Trenggalek, "apa rumahmu sudah dekat?" Celetukan Nana membangunkan yang lain.

"Sebentar lagi" Senyum Selaras menoleh kebelakang, gadis itu menyapa penumpang yang duduk di kursi belakang.

"Udaranya sejuk, coba buka jendelanya" Leandra memberi saran.

.

(Emm... kabarnya mereka akan menginap di rumah selaras? Di sebuah pedesaan kota kecil, kayak apa ya jadinya?)

.

_________________________

Syarat jadi reader sejati YBS: \(^_^)/

Silahkan tinggalkan jejak komentar, semangatin aku love.

Review bintang 5, sebanyak-banyaknya.

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak