Chereads / My strange marriage / Chapter 27 - Malam pertama di pagi hari

Chapter 27 - Malam pertama di pagi hari

(Bab ini banyak part dewasa nya, jadi buat para pembaca yang masih 17 tahun kebawah, mohon tidak ikut membaca ya, buat yang udah dewasa, selamat menikmati(◉‿◉ ))

------------

Pagi ini Laras membuka matanya dengan malas. Laras melihat sekelilingnya. Dia langsung menyadari kalau sudah berpindah tempat. Terakhir yang dia ingat adalah dia menunggu Todi pulang di ruang tamu. Sekarang dia sudah ada diatas tempat tidur kamar mereka, pasti Todi yang membawanya kesini. Laras melirik suaminya, Todi, seperti biasa, tidak memakai atasan. Apa mereka sudah melakukannya semalam, pekik Laras dalam hati bertanya pada dirinya sendiri. Dia mengecek dirinya sendiri dibawah selimut. Pakaiannya masih lengkap. Laras menghela napas lega.

"Apa kamu punya kebiasaan ngintip ke balik selimut ya setelah bangun pagi?" suara Todi mengagetkan Laras.

"Kak, kakak pulang jam berapa semalam?" tanya Laras. Dia masih bingung. Berapa lama dia menunggu Todi di ruang tamu.

"Cukup lama sampai kamu tidur di ruang tamu," jawab Todi. Pura-pura kesal.

"Maafkan aku," ucap Laras, menggigit bibir bawahnya, sedikit menyesal. Suaminya pasti kesal.

Laras melirik jam dinding, masih pukul 8 pagi. Masih banyak waktu, pikir Laras.

"Kita lakukan sekarang kak," ucap Laras tiba-tiba. Dia bangkit dari tidurnya ke posisi duduk. Lalu naik ke atas badan Todi. Laras mulai menciumi wajah Todi, membuat suaminya terkejut. Todi menikmatinya beberapa saat perlakuan istrinya. Ciuman Laras lalu pindah ke leher Todi, membuat Todi sedikit merasa geli. Dia tertawa kecil. Laras menghentikan ciumannya.

"Kok ketawa?" tanya Laras bingung.

Todi tidak menjawab, dia mengangkat tubuh Laras dan menjatuhkannya di atas tempat tidur, sehingga posisi mereka saat ini berubah menjadi Todi yang di atas. Laras tidak menyadari apa yang suaminya lakukan, dia kaget sekali sampai terbingung-bingung. Todi merasa istrinya lucu sekali.

"Kamu udah nakal semalam ya, tinggalin aku tidur," ujar Todi dengan wajah pura-pura kesal. Laras jadi takut melihatnya.

"Kan aku sudah minta maaf," ucap Laras pelan, merasa menyesal tertidur semalam.

"Tunggu disini," ucap Todi, yang terdengar seperti perintah di telinga Laras. Gadis itu diam saja, menurut. Sebelum beranjak dari tempat tidur, Todi mencium bibir Laras sekilas. Lalu Todi pergi ke arah kamar mandi.

Laras tidak mengerti apa yang dilakukan suaminya. Cukup lama, sekitar 10 menit. Laras memainkan ponselnya saat menunggu Todi keluar. Akhirnya suaminya keluar, hanya menggunakan celana dalam. Laras spontan memekik sambil menutup matanya.

"Kak, kenapa enggak pake baju??!!!" teriaknya. Dia malu melihat suaminya nyaris telanjang.

"Biarin, nanti juga kamu biasa kok," balas Todi. Dia masih terheran-heran, mengapa istrinya masih malu, padahal kemarin mereka sudah hampir melakukannya.

Todi masuk ke bawah selimut, mendekati tubuh istrinya perlahan. Jantung Laras berdebar dengan kencang, terasa nyaris mau keluar. Bertambah kencang saat Todi menyentuh tubuhnya. Todi semakin mendekat, membaringkan tubuh Laras dengan perlahan. Todi mulai memberikan kecupan lembut dari kening Laras, lalu turun ke bibir Laras. Kecupan lembut itu berubah menjadi kecupan-kecupan panas yang cukup membuat Laras sedikit kewalahan, sampai akhirnya dia menggigit bibir bawah Todi yang membuat Todi meringis kesakitan.

"Aww..!" Todi memegang bibir bawahnya, menghentikan ciumannya.

"Ma..maaf kak," ucap Laras,

"Kamu nakal ya, aku tambah hukumannya ya," ucap Todi. Laras tertawa malu, pura-pura menolak badan Todi. Todi langsung menangkap tangan Laras, dan menguncinya sampai Laras tidak bisa bergerak. Lalu Todi mulai menciumi sambil menyentuh bagian-bagian tubuh Laras, membuat bulu kuduk Laras terasa berdiri semua. Tangan Todi menyelinap ke bawah punggung Laras, berusaha membuka bra Laras, sementara bibirnya sudah pindah ke leher Laras. Todi cukup kesulitan membuka kaitan bra Laras. Ini pengalaman pertama dirinya. Laras menyadari suaminya yang kesulitan berusaha menahan tawanya, tapi hatinya terasa lega, bagaimana tidak, berarti suaminya juga baru melakukannya.

"Kenapa ini sulit sekali," ucap Todi kesal.

"Sini, biar aku yang buka," balas Laras cepat. Laras membuka kaitan bra nya dengan cepat dan melepaskannya dari dalam baju tidurnya.

"Begitu lebih baik," bisik Todi sambil menyerang dada Laras dengan ciuman panasnya. Membuat Laras terpaksa harus menahan desahannya. Tapi lama-lama Laras tidak tahan dan mengeluarkan desahan-desahan yang membuat Todi semakin gencar menciumi seluruh bagian tubuh Laras dan menyentuhnya. Todi melepas baju tidur Laras, membuat bagian atas tubuh Laras sudah terbuka semua. Kali ini Todi berpindah pada bagian bawah tubuh Laras. Entah kapan Todi melepas celana dalam Laras. Yang Laras tahu tiba-tiba celana dalamnya sudah ada di ujung kakinya. Laras melepasnya.

"Ras, apakah boleh?" izin Todi sebelum memulai, Laras mengangguk.

"Pelan-pelan ya kak, aku ..takut," pinta Laras.

Todi mengangguk. Dia memperlakukan istrinya dengan lembut sekali, membuat Laras melupakan ketakutannya.

Setelah selesai, Todi memeluk erat tubuh istrinya. Laras merasakan pegal dan lemas di seluruh badannya, padahal Todi sudah melakukannya dengan lembut, tapi tetap terasa, pikir Laras. Laras menempatkan kepalanya di dada Todi, bersandar disana. Todi mendaratkan kecupan di kening istrinya.

Mereka berdua tertidur.

__________________

Todi terbangun saat ponselnya berdering. Dari Bunda, dia melirik jam di dinding, sudah pukul 12.30. Todi baru sadar kalau Bundanya mengajak Dia dan Laras untuk makan siang bersama Ayah. Todi melihat istrinya yang masih tertidur pulas, dia jadi tidak tega membangunkan Laras.

"Halo Bun," sapa Todi.

"Sayang, jadi kan kita makan siang, ayah sama Bunda lagi siap-siap." balas Bunda.

"Bun, jam 2an bisa?" tanya Todi.

"Kenapa?" balas Bunda.

"Kasihan Laras, masih tidur Bun, Todi enggak tega bangunin," jelas Todi.

"Oh, Laras baru jaga malam?" tanya Bunda.

"Iya, " Todi sengaja berbohong, dia malu memberi tahu Bunda kalau mereka baru saja melakukan malam pertama di pagi hari.

"Oh, kasihan ya, ya udah, Bunda ajak ayah pergi ke tempat lain dulu, kita makan malam aja ya, biarin Laras tidur" ujar Bunda.

"Oke Bun, mau jam berapa Bun?" tanya Todi.

"Jam 7 aja ya," jawab Bunda.

"Oke Bun," sahut Todi sebelum menutup sambungan telepon.

Usai menelpon, Todi memegang ujung bibirnya yang terasa perih akibat perlakuan Laras.

"Dasar gadis nakal," ucap Todi sambil mencubit pipi istrinya. Laras merasa sedikit terganggu, dia mengerutkan keningnya, lalu kembali tertidur. Sepertinya memang dia lelah, pikir Todi. Pria itu beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selesai Todi mandi, Laras masih belum bangun. Todi turun ke lantai bawah untuk mengecek makanan. Biasanya Bu Inah sudah menyiapkan makan siang.

"Mas, " sapa Bu Inah.

"Eh Bu, masak apa hari ini?" tanya Todi sambil membuka tudung saji diatas meja makan.

"Ada sop buntut mas, tapi kayanya sudah dingin, ibu masak tadi jam 12an mas," jawab Bu Inah.

"Oh, minta dipanasin ya Bu, mau dibawain ke atas, buat saya dan Laras, kasihan Laras masih tidur, biar makan di kamar aja," pinta Todi.

"Baik mas," ucap Ibu Inah.

Todi pergi menuju lantai atas. Istrinya masih tertidur, sudah pukul 1 lebih, hampir pukul 13.30. Laras belum makan dari pagi.

"Ras," panggil Todi. Menepuk sedikit bahu Laras.

"Hmmm??" balas Laras, membuka sedikit matanya.

"Bangun, udah siang banget, kamu belum makan," ucap Todi.

Laras membuka matanya dengan susah payah, menemukan suaminya sudah berpakaian lengkap. Dia melihat dirinya sendiri yang belum berpakaian, hanya terbungkus selimut saja.

"Kamu memang punya kebiasaan ngecek pakaian setelah bangun ya?" tanya Todi sedikit geli. Laras hanya tertawa.

"Semenjak aku tidur sama kakak aja sih," balasnya.

"Ih dasar, mau aku hukum lagi?" tanya Todi, mencubit pinggang Laras.

"Jangan kak, ini masih sakit sekali," ucap Laras cepat.

"Iya, maaf ya, sakit sekali?" tanya Todi lembut, mengelus kepala Laras.

Laras hanya mengangguk dengan pelan, sedikit malu. Tapi bagian bawah tubuhnya memang nyeri sekali.

"Kak, mau aku masakin apa?" tanya Laras tiba-tiba, dia baru sadar kalau hari sudah siang sekali, mereka berdua belum makan.

"Kamu tiduran aja, aku udah minta Bu Inah buat anterin makanan ke atas, ibu sudah masak," ucap Todi.

"Ya udah aku mandi dulu ya," ujar Laras.

Todi mengangguk. Laras mengambil baju tidurnya yang terjatuh di lantai dan menuju kamar mandi.

Laras membuka baju dan memandang seluruh tubuhnya di cermin kamar mandi. Banyak bekas ciuman Todi di lehernya. Ini bagaimana menghilangkannya ya, pikir Laras, bingung. Tapi hatinya senang, karena hari ini dia sudah menjadi istri Todi yang seutuhnya.

Cekrek, pintu kamar mandi terbuka.

"Aahhh, kak, kenapa langsung buka aja sih?" ucap Laras kesal, dia mengambil handuk untuk menutupi tubuhnya.

"Kamu kenapa? Aku udah lihat semuanya juga," balas Todi, bingung dengan sikap istrinya.

"Ya..tapi..tetep aja kan, malu," balas Laras. Todi hanya tertawa.

"Aku lupa bilang, Bunda ajak kita makan malam, kita berangkat abis magrib ya," ucap Todi.

"Iya, sana keluar kak, aku malu," ucap Laras, mengusir suaminya.

"Apa mau aku mandiin aja?" goda Todi, mendekati tubuh Laras.

"Jangan, nanti kakak lanjut kaya tadi lagi," tolak Laras, sambil menggelengkan kepala. Ini saja masih sakit, pikirnya.

Todi tertawa saja.

"Cepetan, nanti keburu dingin sopnya"

Laras segera mandi. Selesai mandi Laras mencium aroma sop dari arah kamarnya. Todi sudah mengambil makan siang mereka berdua. Romantis sekali, pikir Laras. Dia senang hari ini tidak perlu memasak.

"Ayo makan" ucap Todi.

Laras menuruti perintah suaminya. Mereka makan diatas tempat tidur siang ini. Laras melihat noda darah di seprai tempat tidurnya. Dia buru-buru menutupinya.

"Ras," panggil Todi.

"Hmmm?" tanya Laras. Dia masih sibuk menyuap sop buntut buatan Bu Inah yang enak.

"Nanti malam boleh lagi?" tanya Todi.

"Minta apa?" tanya Laras menatap suaminya, pura-pura bodoh. Padahal dia tahu betul apa maksud Todi.

"Kaya tadi," ucap Todi sambil tersenyum nakal.

Laras tidak menjawab hanya mencubit pinggang suaminya dengan gemas. Hati mereka berdua sedang berbunga-bunga.