Chereads / Benua Pertarungan 3: Legenda Raja Naga / Chapter 87 - Bab 85 Jubah Putih dan Pedang Biru, Air Hujan Dan Bekuan Es (1)

Chapter 87 - Bab 85 Jubah Putih dan Pedang Biru, Air Hujan Dan Bekuan Es (1)

Guang Biao tertegun melihat Wu Zhangkong, sejak binatang jiwa hampir punah, tampaknya cincin jiwa berumur puluhan ribu tahun hanya sedikit yang muncul. Meskipun ada menara penyebaran jiwa, namun jika ingin membuat jelmaan jiwa puluhan ribu tahun, bukankah itu sangat sulit?

Mengapa? Mengapa bisa muncul cincin jiwa puluhan ribu tahun di tubuh pria itu? Dia sebenarnya siapa? Dengan mampu mendapat cincin jiwa puluhan ribu tahun, tentunya bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam waktu singkat. Guang Biao mengetahui dengan jelas kekuatan apa yang dibutuhkan dibalik ini. Emosinya pun meledak lagi karena menghadapi seseorang yang memiliki dua buah cincin jiwa puluhan ribu tahun. Meski kultivasinya tidak sebanyak enam cincin kaisar jiwa miliknya, ia merasa tidak memiliki jaminan lagi.

Wu Zhangkong bahkan sama sekali tidak melihatnya, justru ia melongokkan kepalanya melihat pedang panjang yang tengah ia genggam.

Pedang embun langit ialah jiwa petarungnya, sudah lama tidak ia keluarkan. Ia menggunakan kekuatannya untuk menyempurnakan jiwa petarungnya untuk waktu yang lama. Ketika bertemu lagi dengan teman lamanya, sorot matanya terlihat pandir. Saat ini, tidak ada lagi sorot mata yang sedingin es, namun sorot mata seperti melihat orang yang ia cintai, lemah lembut bagaikan aliran air.

"Roar!" Guang Biao meraung ke arah langit. Saat ini ia mempertimbangkannya lagi, jika ia menjadi pengecut begini di depan banyak orang, bagaimana ia bisa memimpin banyak orang? Dengan begini, pertarungan pun tidak bisa dihindari.

Cincin jiwa pertama pun menyala, seluruh cakar di badannya meledakkan cahaya abu tua, itu adalah tubuh naga besi! 

Kaki kirinya menginjak tanah, dan seperti badai angin, ia pun menyerang Wu Zhangkong.

Pada levelnya ini, kecepatan dan kekuatan awalnya saja sudah sangat menakutkan.

Masih lebih baik disiksa secara perlahan daripada diserang oleh kepalan tinju yang sangat besar dan sisik yang tegak itu.

Wu Zhangkong masih terdiam membisu melihat pedang langit embun miliknya. Kepalan tinju naga besi yang bagaikan badai angin, dan postur tubuh Guang Biao yang besar dan berat itu tampaknya tidak mempengaruhi suasana hatinya saat ini.

"Guru, hati-hati!" Tang Wulin berteriak dari kejauhan.

Pada saat ini, Wu Zhangkong pun menggerakan tangan kanannya dan memutar pergelangan tangannya. Dengan pedang langit embun di tangannya, keenam cincin jiwa pun berkumpul. Ujung pedangnya tipis, tepat menunjuk kepalan tinju besar itu.

"Ting ting ting ting ting…." Terdengar rangkaian bunyi gemerincing.

Ketika bunyi pertama terdengar, Guang Biao yang tenaganya sama seperti dinosaurus itu berhenti, dan mengikuti setiap bunyi gemerincing yang terdengar di belakangnya. Di kepalan tinjunya muncul sebuah cakar, dan tubuhnya yang perkasa itu pun melangkah mundur. 

Dia ingin melawan dan melepaskan lebih banyak energi jiwa. Namun, di saat pertama, ketika pedang embun langit menyentuh kepalan tinjunya, gas yang sangat dingin dari pedang itu menembus tinjunya seperti jarum, menyatu dengan darahnya dan ikut mengalir ke seluruh tubuh. Hal itu membuatnya harus berkonsentrasi pada energi jiwa untuk menghadapinya. Bagaimana ia bisa melepaskan keterampilan jiwa kalau seperti ini caranya!

Tujuh suara pun berbunyi, tujuh langkah mundur juga diambil, padahal Wu Zhangkong hanya mengeluarkan pedangnya saja.

Sebuah cahaya biru terang muncul dari tubuhnya, tepat pada saat bertabrakan, momentum yang dihasilkan Wu Zhangkong memiliki perpaduan yang mengejutkan.

Mata hijau gelapnya tiba-tiba berubah menjadi ungu, cahaya lavender menyeruak dari pupil matanya, dan ia pun memajukkan pedang embun langit miliknya.

Ini adalah gerakan biasa yang tidak bisa disederhanakan lagi. Dari awal hingga akhir, mata Wu Zhangkong hanya tertuju pada pedang embun langitnya.

Namun, ketika Wu Zhangkong memajukkan pedangnya, Guang Biao merasa ada sesuatu yang dinyalakan dalam tubuhnya, gas pedang yang dingin nan tajam itu pun meledak di saat yang bersamaan. Bukan hanya itu, ia merasa bahwa kekuatannya melambat, dan darahnya seperti menggumpal. Sayangnya, jiwa petarung agung nan kuat yang terkenal dan diandalkannya itu tidak mampu melindungi dirinya pada saat ini. Bagaikan naga besi yang telah sepenuhnya meninggalkan tubuhnya.

Jelmaan jiwa ular ungu di sisi Guang Biao akhirnya bergerak, dan tubuh besar itu tiba-tiba membesar. Sebuah sisik perak mencuat keluar dari tubuh ungunya, dan ekor besar itu terhunus dari samping ke arah Wu Zhangkong. Serangan musuh harus dicegah!

Yang mengejutkan semua orang, Wu Zhangkong tidak menghindar. Ya, ia bahkan tidak ada niat untuk menghindar sama sekali. Cahaya biru terang muncul di tubuhnya. Matanya masih bersinar ungu, namun ia justru membiarkan jelmaan jiwa puluhan ribu tahun menyerangnya.

"Chi!" Dalam cahaya kebisingan, sekejap tubuh biru Wu Zhangkong menjadi lebih kuat, dan pada saat itu, semua orang merasa matanya tampak merekah, dan Wu Zhangkong sendiri tampaknya juga berubah menjadi sebilah pedang yang sama dengan pedang embun langit di tangannya.

Ekor jelmaan jiwa ular ungu ditarik oleh bilah pedangnya...

Cahaya ungu melintas, permukaan jelmaan jiwa itu pun retak dan ia berteriak, dan akhirnya kilauan pada tubuhnya pun meredup. Saat ini, pedang embun langit juga berada tepat di depan Guang Biao.

Guang Biao menggertakan giginya. Pada saat ini, ia bahkan tidak bisa mengerahkan kekuatan jiwa petarung. Gas pedang yang dingin dan mengintimidasi itu dari sisi lain memblokir koneksinya dengan pedang jiwa petarung, serta memperlambat konsentrasinya. Yang bisa ia lakukan adalah mengangkat kedua tangannya, mendesak semua energi jiwa yang dapat dikerahkan untuk menghalangi sisi depannya.

"Puff!" Cahaya biru pun berhenti.

Cahaya itu berhenti tepat di depan hidung Guang Biao, namun udara dingin ini bagaikan sebuah jaring yang menyegel seluruh tubuhnya. Telapak tangannya benar-benar telah tertusuk, dan dalam sekejap berubah menjadi biru muda seperti pedang embun langit.

"Kau, matamu…., kau berasal darimana?" Guang Biao dengan terbata-bata berkata, suaranya seperti tidak bisa mengendalikan rasa takutnya.

Wu Zhangkong dengan tawar menjawab: "Aku diusir dari tempat itu, alasannya karena sifat burukku. Jadi, jangan sampai aku bertemu denganmu lagi."

Cahaya biru itu pun menyatu, di langit tampak ada aliran udara biru yang tak terhitung banyaknya menyatu dengan tubuh Wu Zhangkong. Pedang embun langit berubah menjadi kilatan cahaya dan menghilang. Wu Zhangkong pun berbalik dan berjalan masuk ke dalam Akademi Donghai. 

Arus udara dingin yang tak terhitung banyaknya, termasuk bagian yang melubangi tubuh Guang Biao juga mengikutinya. 

Jubah putih dan pedang biru, air hujan dan bekuan es, itulah Wu Zhangkong!