Trank-Trenk-Trenk, terdengar keras suara pedang. Terlihat dua orang yang sedang beradu pedang. Orang yang pertama telah berumur, rambutnya pun sudah berumban. Orang yang kedua adalah pemuda berumur 20 tahun.
"woss, rasakan ini".
Pemuda tersebut menggunakan pedangnya secara vertical dan ditangkis.
"telalu cepat 10 tahun, nak".
Setelah ditangkis lelaki tua itu mencoba menedang kaki pemuda itu. Tertapi pemuda tersebut loncat berputar balik ke belakang dan mengeluarkan pedang kecilnya lalu mengarahkan ke leher lelaki tua itu.
"Apakah aku bercanda dengan mu ayah"
pemuda itu pun terseyum licik merasakan kemenangan di dapatkannya.
*POV GELIEBT
Ayahpun tertawa dengan keras. Ia melemparkan pedangnya ke kotak senjata. Aku pun melakukan hal yang sama. Lalu kami menuju gazebo di sebelah lapangan latih.
"Gelibert, umurmu sudah 20 tahun dan besok ulang tahunmu ke 21 tapi sampai sekarang kau masih pengangguran, tanpa kerjaan. Apa kamu tidak melihat adikmu yang sekarang menjadi pedeta suci di gereja dan di hormati oleh banyak orang".
Aku juga berpikir demikian tapi sulit sekali mencari perkejaan. Di kehidupanku sebelumnya aku bisa mendapatkan pekerjaan saat umurku 30 tahun.
"iya ayah, aku juga sedang berusaha mencari pekerjaan tapi susah untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan ku".
Ayah menatapku dengan tajam. Dia melihat ke langit
"nak, langit itu luas tapi tidak akan indah jika dia tidak di sinari oleh cahaya dan di temanin oleh awan" aku tidak mengerti apa yang dipikirkan ayahku.
"aku bukan filsufuf"pikirku, saat aku mau bertanya apa maksud ayah. Dia melajutkan perkataannya seolah dia tau apa yang ingin aku katakan.
"maksudku ini, adalah bakat mu itu, tidak ada anak yang lebih hebat selain dirimu anak ajaib. Tapi seajaibnya kamu tapi tidak akan berguna jika hanya jadi pergangguran".
Setelah ayah pergi, aku masih tetap di gazebo sambil tidur terlentang di kursi. "yoshhh, memang benar kata ayah, mari kita ke kota untuk mencari pekerjaan". Pikir ku dengan semangat.
Kota yang ku kunjungi bernama kota alfeiim kota perdagangan dan juga kota terbesar ketiga di kerajaan sinine roos. Kerajaan sinine roos merupakan kerajaan besar di timur benua gran. Terdapat 4 bangsawan agung yang mempunyai kekuasaan setara dengan keluarga raja. Keluarga krov dengan simbol mawar merah darah, keluarga cormeum dengan simbol mawar putih, keluarga lux dengan simbol mawar kuning, dan terakhir keluarga vornemia dengan simbol mawar hitam. Keluarga kerajaan memiliki simbol mawar biru yang juga menjadi lambang bendera negara sinine roos.
Masing masing kepala keluarga bangsawan juga memiliki wilayah yang di aturnya. Dukedom of dawn di pimpin oleh keluarga lux merupakan wilayah laut dengan kota pelabuhan yang ramai, Dukedom of qineo di pimpin oleh keluarga cormeum wilayah yang terletak di pergunungan dengan kota penghasil perkebunan dan teh. Dukedom of krich dipimpin keluarga krov yang wilayahnya berada di perbatasan kerajaan juga memiliki kota benteng agung yang tak tertembus, dan dimana aku sekarang berada wilayah keluarga vornemia dengan kota perdagangan yang selalu ramai. Dukedom of brietzieg
Aku berjalan menuju pusat kota untuk melihat lowongan pekerjaan. Jalan ini telalu aneh kenapa banyak prajurit dan kesatria apa ada festival
"hey kamu dengar tidak kalau seluruh keluarga vornemia kemarin di bunuh" apa itu, aku menguping sebuah perbicaraan yang mengejutkan. Pembunuhan keluarga vornemia. Tentu saja aku tidak tau aku biasanya ke kota 1 bulan sekali. Bulan kemaren aku gagal menemukan pekerjaan.
"iya aku dengar sungguh tragis mereka di kumpulkan di satu kamar dan di mutilasi" aku jadi tertarik dan mencoba bergabung dengan perbicaraan ibu ibu tersebut.
" maaf nyonya jika keluarga vornemia terbunuh siapa yang akan memimpin kita". aku bertanya karena ingin tau siapa yang akan memimpin dukedom of brietzieg
" wah nak gielbiert kau mengagetkan ku saja. Aku tidak tau siapa yang akan memimpin kita semoga bukan keluarga korv yang kejam" nyonya itu menujukan wajah yang cukup khawatir.
"memang keluarga itu hanya tau arti perang perang dan perang. Bukan memikirkan warga di wilayahnya malah menjadikan mereka sebagai prajurit". Balas nyonya yang satunya lagi.
Memang keluarga korv itu mengerikan banyak rumor buruk di sekitar mereka. Aku melihat matahari sudah di atas kepala. Aku meminta izin pergi ke nyonya nyonya itu dan melanjutkan perjalanan ke pusat kota. Tertapi saat aku sedang di perempatan aku bertabrakan dengan seorang gadis.
Dia mempunyai ekor dan telinga kucing yang menujukan jika mereka gadis berdarah bangsawan. Untuk apa seorang bangsawan berada disini gaun hitam yang indah terlihat kumuh.
"maaf tuan tolong aku. Aku di kejar oleh pembunuh bayaran"
gadis itu meminta bantuan dengan ekspresi yang datar bukan ekspresi orang ketakutan.
"kutemukan kau tuan putri, datang lah ikut denganku" tiba tiba muncul seorang pria muncul pakaian hitam yang indah dan juga pedang di pinggung kanannya.
Ini bukan seperti pembunuh melainkan ksatria.
"tidak, aku tidak mau kau telah membunuh keluargaku" gadis itu berbicara dengan nada sedikit tinggi dan bersembunyi di belakangku.
"yah gadis kecil sialan, kau membuatku repot jika kau tidak mau tidak apa apa. Tapi aku akan membunuhmu disini".
Pria tersebut mengeluarkan pedangnya yang hitam kelam.
"hai kau pemuda sebaiknya kau pergi, kau bukan sasaran ku" pria itu berbicara denganku. Aku berjalan melewati pria itu
"pilihan bagus, nah tuan putri tidurlah untuk selama lamanya".
Saat pria itu mengarahkan pedang nya ke gadis itu. Dan mencoba menebasnya. Aku menangkap tangannya membandingnya ke tanah. Pria itu terengan kesakitan
"brengsek kau apa yang kau lakukan kau tidak punya urusan disini". Pria itu memaki ku
"hooo aku memang tidak punya urusan, tertapi menyerang seorang nona cantik ini bukanlah bersifat ksatria".
Pria itu meludah terlihat kesal. Ia pun mengambil sesuatu di sakunya, itu bom asap. Dia melempar ke tanah. Asap itu menganggu perlihatanku. Setelah asap itu menghilang aku tidak melihat pemuda tersebut tertapi muncul kertas.
Tertulis "nona, kau beruntung tapi liat saja aku akan memusnahkan semua keluarga vornemia."
Menulis kertas setelah kalah sifatnya seperti anak kecil saja. Tunggu vornemia. Lalu aku menatap gadis itu. Gadis dengan ekspresi yang datar dengan chokle hitam di leher, gaun hitam legan dan telinga kucing juga ekor. Ia pun medekatiku mengangkat sedikit roknya
"namaku azrielz von vornemia, terima kasih telah menyelamatkan ku, tuan".
Haha keliatanya bakal ada masalah besar.
BAB 3. Being a butler, why not? That's my skill.