Chereads / Adik Kelas / Chapter 18 - Part 18 Bandung

Chapter 18 - Part 18 Bandung

Karina terbangun saat mamanya memanggil namanya,semalaman karina menjaga mamanya di RS

Karena terburu-buru karina lupa membawa charger handphonenya..pantas saja alarm di ponselnya mati.

Jangankan charger HP baju salinpun karina lupa membawanya karena panik mendengar mamanya masuk RS,yang ada di otaknya saat itu adalah dia tidak mau kehilangan mamanya seperti saat dia kehilangan papanya di usia muda.

"Kamu kenapa tidur disini,kamu pasti lelah Rin" ujar mamaku sambil membelai rambutku.

"Karin ngak apa-apa ma,maafin karin karena karin mama jadi begini"

"mama percaya kamu bukan wanita seperti ucapan orang-orang itu Rin"

"Karin ngak mau mama kenapa-kenapa...karin mau jagain mama aja disini"

"Kerjaan kamu gimana?kamu kan punya tanggung jawab di sana"

"Karin sudah resign ma,lebih baik karin disini aja sama mama sementara sampai mama sehat lagi"

"mama tidak apa-apa nanti siang juga sudah bisa pulang....mama cuma kelelahan saja rin"

Aku memeluk mama dan menangis di pelukannya.

"Karin anak kesayangan mama papa...mama percaya kamu anak baik"ujarnya sambil membelai rambutku.

Suara ketukan pintu membuat ku melepaskan pelukan mama,ku lihat seorang suster dan dokter datang untuk mengecek kondisi mama ku.

"Selamat pagi Bu"

Sapanya sopan sambil memeriksa keadaan mama.

"Bagaimana keadaan mama saya dok?"tanya ku khawatir.

"Ngak apa-apa ibunya cuma kelelahan jadi hari ini sudah boleh pulang untuk beristirahat di rumah ya"

Aku lega mendengar penjelasan dari dokter.

"jangan capek-capek ya bu,banyak istirahat dan makan makanan yang bergizi biar cepet pulih" tambahnya lagi.

"Makasih dok" jawab ku dan mama bersamaan.

Selesai dokter memeriksa mama,aku segera ke bagian administrasi untuk menyelesaikan pembayaran dan mengambil resep obat-obatan.

Jam 11 siang kami sudah tiba di rumah.

Setelah kejadian kemarin tante Ira dan tante maya memutuskan untuk menginap sementara di rumah kami.anak dari tante-tante ku ini semuanya laki-laki dan mereka masih kuliah di salah satu universitas di bandung

Usia mereka selisih dua sampai tiga tahun di bawah ku jadi tante Ira dan tante maya sudah tidak menjaganya seperti anak-anak lagi.karena mereka ngekost di dekat kampus.

Suami tante Ira sudah lama meninggal sedangkan suami tante maya berlayar dan baru akan kembali setiap satu tahun sekali.jadi wajar saja mereka bertiga seperti menikmati masa mudanya kembali dengan sama-sama membangun bisnis catering di bandung ini.

"Kamu istirahat di kamar aja gih,mandi dan ganti baju...mama mau tiduran aja di kamar kan ada tante Ira sama tante maya kamu ngak usah khawatir lagian mama juga udah sehat kok"

Aku menyadari penampilanku sudah ngak karu-karuan...badan ku pegal semua dan aku ngantuk sekali jadi aku putuskan untuk mandi dan beristirahat di kamar ku.

Aku meminjam chager Hp mama untuk mengisi daya ponselku.

Ku buka lemari bajuku masih ada beberapa baju yang bisa ku pakai.

Begitu ku nyalakan ponselku tanpa menunggu lama ku dengar ada banyak sekali notif dari teman-teman kantor ku,dari sahabat-sahabatku dan paling banyak dari David dan Erwin

Kutinggalkan ponselku yang berbunyi di atas meja,aku memilih mandi dan segera beristirahat.

Jam 5 sore tante ira membangunkan ku,ternyata aku ketiduran sejak siang tadi.

Setelah makan aku kembali ke kamar ku,ku lihat ponselku sudah penuh batrenya.

Ku baca satu persatu pesannya.

David menanyakan keadaan ku dan mama ku begitu juga Erwin tapi aku tidak mau membalas pesan mereka.

Dian juga mengirimi ku pesan,aku segera membalasnya.

"Rin,gimana kabar mama udah baikan"🙂

"Baru kembali ke rumah hari ini"jawabku singkat.

"lusa tanggal merah aku boleh main ke sana?"😁 sekalian liburan.jadi aku ambil cuti satu hari"

Aku melihat kalender di samping meja ku,ternyata hari Nyepi.

"Oke" jawabku sambil mengirimkan alamat rumah ku di bandung.

***

David

Hari ini aku tidak datang ke kantor ku di pancoran,karena sejak tadi pagi sudah sibuk dengan Erwin dan Bu Risa disini.

Aku sengaja memanggil Bu Risa untuk membatuku,jam menunjukan pukul 17.30 ketika tiba-tiba saja ponsel ku berbunyi.

Kami bertiga menoleh bersamaan.

"Dian" kataku sambil membuka pesannya.

Dian bilang besok dia akan ke rumah Karina di bandung,jadi dia meminta cuti 1 hari karena akan menginap.

Semoga saja dia bisa menjaga Karina di sana,fikirku segera.

"Oke"jawabku singkat pada Dian.

"Dian akan menemui Karina di bandung"kata ku kepada Erwin dan Bu Risa yang terlihat penasaran.

Aku tesenyum pada Bu Risa yang sepertinya mencurigai sesuatu.

"Aku kenal kamu sejak kecil...aku tau bagaimana hatimu yang sebenarnya"kata Bu Risa pada ku.

Memang benar,Bu Risa sejak usia 18 tahun bekerja dengan papa ku dan dia termasuk karyawan yang baik...makanya papa mempercayakannya untuk jadi sekertaris Vania sehingga Pak tanu dan juga Vania tidak pernah mencurigainya.

"Jam 7 kan loe ketemu Pak Tanu dan keluarganya?" tanya erwin lagi mengingatkan.

"Iya...gw mesti siap-siap jemput mami di rumah" kata ku segera.

***

Begitu sampai di rumah ku mami sedang bersiap-siap di kamarnya.ku lihat ada Om Alan dan tante Santi yang sudah datang.

Mereka adalah adik papa yang selama ini selalu membantu mami sejak papa  meninggal.

"Aku ke kamar dulu yaa Om,tante"kataku pamit pada mereka.

Mereka hanya tersenyum melihat ku naik ke lantai atas.

***

Jam 19.00 kami sampai di restoran tempat kami janjian bertemu, disana ku lihat Vania dan keluarganya sudah menunggu di salah satu meja di ruangan VIP yang biasa kami pesan.

Kami segera duduk di kursi masing-masing, pelayan restoran menyiapkan hidangan pembuka dan menuangkan minuman di gelas kami.

Om Tanu membuka pembicaraan

"David bagaimana perkerjaan mu selama di jakarta?"tanya nya basa-basi.

"Seperti biasa masih sibuk dengan beberapa project Om" jawab ku mencoba biasa saja.

Kulihat Vania terdiam tidak banyak bicara seperti biasa,berpura-pura jadi anak manis.

Mami berbicara berbisik dengan mama Vania sedangkan Om dan tante ku sedang asik menikmati hidangan pembuka yang sudah di sajikan.

Ketika para pelayan sudah selesai menyajikan hidangan utama mereka pergi meninggalkan ruangan,Om Tanu langsung ke pokok pembicaraan.

"Kapan kalian akan menikah?" tanyanya di ikuti tatapan para orang tua di ruangan itu.

"Aku tidak siap menikah Om"

"Apa maksudmu dengan tidak siap?" Om Tanu terlihat marah,istrinya langsung memegangi tangannya.

"David apa maksud mu,berkata seperti itu?"tanya mama Vania.

"Apa kamu selamanya hanya akan bertunangan dengan Vania?" lanjutnya lagi.

"Pertunangan ku dengan Vania adalah hal yang tidak pernah aku setujui,kalian yang telah memaksaku melakukannya"

"David" teriak Om Tanu membentak ku.

Dia terlihat sangat marah,begitu juga semua anggota keluarganya.

"Apa-apaan ini?"Dia menatap ibuku meminta penjelasan.

"Biarkan David yang berbicara,dia sudah dewasa sekarang Tanu" jawab mami.

"Apa ini balasan kalian setelah aku membantu mengurus perusahaan Danu selama ini" bentaknya dengan nada marah.

"Jangan pernah bicara kurang ajar pada orangtua ku Om"

Emosiku mulai memuncak,kali ini aku tidak bisa bersikap sopan lagi kepada mereka.

"Ooo jadi sekarang kamu sudah merasa lebih hebat Vid?"

Erik yang sejak tadi diam mulai berbicara.

Suasana di ruangan semakin panas,om dan tanteku menghampiri kursi mami takut kalau-kalau mami syok dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Kamu selingkuh dengan sekertaris ku di kantor makanya kamu tidak mau menikahi ku kan?"aku terkejut mendengar ucapan Vania barusan.

"Kamu tidak akan pernah bertemu dengannya lagi David"

Tambah Erik diiringin dengan tawa jahatnya.

Aku menghampiri Erik dan menarik kerah bajunya,satu pukulanku mendarat di wajahnya sampai-sampai hidungnya berdarah.

Om Alan dan Vania langsung melerai kami berdua.Erik hendak membalasku tapi Om Alan segera menghadangnya.

"Cukup hentikan!!!"suara Vania berteriak sambil menangis.

"Aku benci kamu David,aku benci Karina yang telah merampasmu dari ku"

Katanya lagi sambil menangis.

"Karina tidak pernah merebut David dari mu Vania,tapi kamu yang membuatnya pergi meninggalkan David sejak dulu.tapi takdir mempertemukan mereka kembali melalui tangan orang yang justru memisahkan mereka dulu"

Erwin yang sejak tadi menunggu kami di luar ruangan menerobos masuk karena mendengar suara ribut-ribut di dalam.

Para pelayan menerobos masuk,tapi Om Alan menyuruh mereka kembali keluar dan berbicara dengan manager restoran tersebut.

"Apa maksudnya ini?"Om Tanu makin tidak mengerti situasi yang terjadi

"Erwin apa maksud ucapanmu dan untuk apa kamu ada disini?" tanyanya masih dengan nada marah.

"Aku yang memintanya datang untuk membuka kedok kalian" kali ini aku sudah malas berbasa-basi dengan mereka.

"Aku memang tidak pernah mencintai Vania,justru Vanialah yang membuat ku kehilangan Karina sejak 6 tahun yang lalu....."aku terdiam sejenak....

"Kamu sudah tau itu sejak lama kan Vania...."

Vania menatap ku sambil terisak.

Wanita jahat...fikirku lagi.

"Alasanku tidak mau menikahimu bukan karena Karina,tapi karena keluarga mu yang tidak tau di untung"

"Jangan kurang ajar kamu David" bentak Om Tanu

"Jangan pernah memaki anak ku Tanu"

Aku terkejut mendengar ucapan mami ku barusan.

"Erwin bawa kemari semua dokumen kecurangan Keluarga Tanu Wijaya selama ini"

Erwin segera membuka dan membacakan beberapa masalah yang kami temukan selama perusahaan di pegang oleh Vania dan kakaknya sejak usaha itu di kelola oleh Om Tanu 5 tahun yang lalu.

Mendengar itu Om Tanu dan keluarganya amat sangat terkejut,Vania pergi dari ruangan sambil menangis.

"Aku akan melaporkan kecurangan kalian sebagai penipuan jika kalian tetap memaksa ku untuk menikah dengan Vania si gadis egois itu..."

"mulai hari ini jangan pernah kembali ke kantor ku dan segera jual saham milik kalian di perusahaan ku.aku akan membayarnya sesuai dengan harga pasar...dan jangan pernah kembali ke perusahaan ku ataupun hidupku"

"Jika terjadi sesuatu pada Karina ataupun keluarganya aku yang akan mencarimu Erik" ancamku sebelum meninggalkan keluarga Vania yang tertunduk malu di dalam restoran itu.

Di depan Om Alan sudah menyiapkan mobil untuk kami,aku meminta Erwin untuk membawa ku ke tempat Rian.aku tidak mau pulang ke rumah orang tuaku atapun apartemen ku.

"Semuanya sudah berakhir sekarang Vid"

"Gw kepancing emosi gara-gara Erik"

"Gw malah ngak nyangka klo Vania dan Erik ada di balik kepergian Karina" lanjut Erwin lagi.

"Gw harus ketemu Karina,win"

"Jangan sekarang Vid,dia nanti malah semakin menghindar mending loe tunggu aja kabar dari Dian besok"

Aku terdiam memikirka kata-kata Erwin.

***

Dian sampai di rumah ku jam 12 siang,saat aku sedang membantu mama dan tante Ira merapihkan pesanan catering untuk segera di antar.

Selama dua hari di bandung aku malah jadi marketing usaha mereka,karena beberapa tahun tinggal di sini banyak dari teman-teman ku yang akan menikah.mereka membutuhkan EO yang bagus buat pernikahan mereka.

"Aku boleh ikut anter Rin?"

"Emang loe ngak capek?"

Kata ku setelah membawa kopernya masuk ke dalam kamar ku.

Yaa kami tidak punya kamar tamu,karena rumah ini cuma punya 3 kamar yang satu kamar tamunya sudah di isi oleh tante Ira dan tante Maya.

"Ngah lah...gw kan naik kereta ngak bawa mobil,lagian gw juga pengen jalan-jalan di kota bandung" jawabnya lagi.

Aku hanya tersenyum melihatnya.

Kebetulan tante Maya yang biasa bawa mobil harus beli beberapa bunga untuk hiasan meja,dan pestanya mulai jam 7 malam jadi aku dan Dian yang mengantar makanan ke gedung serbaguna duluan.

Di jalan aku menceritakan kerjadian yang terjadi kepada mama ku kepada Dian,dia hanya terdiam.

Dian bercerita klo David menanyakan ku padanya.

"Dia khawatir banget Rin,loe ngak mau ngabarin dia?"

"Mungkin gw sama dia ngak berjodoh yan" kata ku pasrah

"Seenggaknya loe mesti kasih kabar sekali aja.klo emang loe ngak akan ketemu dia lagi setelah ini ya itu mungkin udah takdir kalian"

Karina terdiam memikirkan kata-kata Dian.

Tidak lama kemudian mereka sampai di parkiran sebuah gedung serbaguna yang biasa di pakai buat acara pernikahan.

Mereka segera menurunkan makanan yang di bawa di bantu oleh beberapa karyawan yang memang sudah lebih dulu ada di sana untuk mendekorasi ruangan.

Dian melihat ponselnya berkali-kali karena Bu Risa mengabarinya kejadian di kantor pagi ini.

Dian memang ijin cuti hari ini karena jumat besok tanggal merah jadi dia bisa sampai hari minggu di bandung.

Tapi dia dikejutkan kabar Bu Risa yang katanya Vania dan keluarganya mejual semua saham di anak perusahaan milik David dan memutuskan Pertunangannya dengan David.

Dian yakin semua ini ada hubungannya dengan masalah yang terjadi dengan Karina dan masalah Project mereka yang sempat ku dengar ceritanya dari Bu Risa,karena kebetulan aku yang pertama kali melaporkan kejanggalan-kejanggalan project mereka kepada Bu Risa.

"Kenapa yan?tanya ku penasaran melihat ekspresi wajah Dian yang berubah setelah membaca pesan yang masuk di ponselnya.

"Ngak,ini Bu Risa ngbarin kerjaan aja"kata dian langsung memasukan ponselnya kedalam tas.

Dian tidak menceritakan apapun tentang pekerjaan,mungkin karena aku sudah tidak bekerja disana lagi fikirku.

"Kariinn..." teriak seseorang di depan ku sambil melambaikan tangan ke arahku.

Aku tersenyum melihat Steven menghampiriku.dia salah satu teman ku selama tinggal di bandung...seniorku di kampus dulu.

"Hai,kapan kembali dari jakarta?lagi liburan ya?"tanyanya pada ku.

"Iya gw bantuin mama nih"

Melihat ku membawa kotak besar steven langsung mengambilnya dari tangan ku.

"Biar gw anter mau kemana?"katanya lagi sambil membawa benda itu di tangannya.

"Makasih yaa..gw mau masuk ke ruangan sana"kata ku sambil menujuk ke sebelah kanan gedung pertemuan.

"Dian ini steven senior gw dulu di kampus.dan Steve ini Dian teman kantor gw di jakarta"

"Hai.." sapa dian sambil tersenyum

Yang di balas senyum juga oleh steven.

"Oo kebetulan sekali,Dian di jakarta Karina punya pacar ngak?"ledek Steven pada ku.

"Eh...eeeemm..."Dian menoleh ke arah ku kebingungan di tanya seperti itu oleh orang yang baru di kenalnya.

Steven tertawa melihatnya

"Kepo nih"kata ku lagi.

"Gw beberapa kali ke rumah loe,ketemu sama ibu dan tante loe.gw bilang sama ibu loe klo loe dateng gw bakalan lamar loe buat nikah sama gw"

Aku dan Dian yang mendengar ucapannya barusan malah terkaget-kaget.

"Ini lamaran nih ceritanya??" tanya dian keheranan.

Aku tau pasti mama dan tante Ira yang memberitahu Steve klo kami ada disini.

Steven memang pernah mendekatiku tapi aku tidak menyangka klo ternyata dia serius dengan ucapannya dulu yang akan melamar ku ketika aku pulang ke bandung.

Aku beberapa kali chat dengannya selama di jakarta,tapi tidak ada yang aneh hanya seperti teman bertukar fikiran saja.fikir ku saat itu...

Apalagi ketika aku bertemu lagi dengan David aku mungkin tidak menganggapnya serius saat itu.

"Selesai ini kalian mau kemana?"

Tanya Steven lagi pada kami.

Dian melirik ku sambil tersenyum,dan aku hanya tertawa melihat ekspresinya.

"Mau ngapain loe?jangan bilang mau ikutin gw"

"Ngak,gw ngak enak lah sama temen loe....nanti malem aja gw ke rumah ya"

"Terserah lo aja lah...loe kan bolak balik rumah gw juga selama gw ngak ada"kataku sambil tertawa.

Selesai menaruh semua barang Steven pamit pergi.dia lebih dulu pergi dengan mobilnya...meninggalkan aku dan dian.

"Kok loe ngak pernah cerita punya pacar di bandung"goda dian pada ku.

"Itu ngak masuk itungan..."

Aku dan dian tertawa menertawakan kejadian hari ini.

Di jalan aku sedikit bercerita tentang Steven yang sejak dulu sudah berteman tapi aku menganggapnya hanya sebatas teman dekat,steven pun ku fikir seperti itu.aku kenal beberapa mantan Steven selama kuliah ku fikir salah satu dari mereka yang akan di nikahi steven.

"Dia pernah bilang sama gw klo papanya pengen menantu kaya' gw"aku tertawa mengingat-ingat kejadian beberapa tahun lalu ketika aku datang untuk menjenguk steven yang kecelakaan motor.

"David tau soal ini?" tanya dian pada ku.

"Gile aja klo dia tau bisa-bisa gw di seret ke apartemennya"

Tidak sengaja aku membicarakan ancaman David pada ku waktu itu.

Dian langsung memicingkan mata sambil tersenyum mengerikan..

"Hadeeh...keceplosan deh gw" gerutu dalam hati.

***

Kami seharian berkeliling kota bandung.jam 10 malam ketika aku sampai di rumah aku kaget melihat ada mobil mercy hitam milik David dan Honda jazz putih milik steven terparkir di halaman rumah ku.

Dian yang berdiri di samping ku malah senyum-senyum saja,aku menatapnya penuh curiga dan dia hanya mengangkat bahu seolah-olah tidak mengerti ada apa.

Ketika aku sampai depan pintu aku bertemu dengan Steven dan David serta maminya david di sana.

"Karina,kamu baru pulang" mama menghampiri ku yang masih bengong di depan pintu.

Aku dan Dian langsung menyalami ibunya David dan duduk di seberang mereka.

"Apa kabar karina?" sapanya begitu aku dan dian duduk.

"Baik tante" jawab ku

"Maaf klo tante mengganggu mu dan datang tanpa memberi kabar,tante cuma ingin menjenguk mamamu yang katanya sempat masuk RS karena ulah Vania dan kakaknya"

Aku terkejut mendengar ucapannya barusan.

"Tante dan David mau minta maaf sudah membuat kekacauan disini,terutama karena ulah Vania mamamu masuk RS"

Aku menatap David dan mamanya bergantian.

"Mama sudah di ceritakan oleh mamanya David tentang masalah mu di kantor..dan hubungan mu dengan David"

Aku benar-benar tidak tau apa yang harus dikatakan.

Kulihat Dian senyum-senyum sendiri aku curiga Dian yang memberitahu David tentang Steven yang datang menemuiku hari ini...sepertinya Dian sudah bukan sahabatku lagi melainkan mata-mata David.

David tidak bicara pada ku,dia hanya menatapku seolah-olah aku sudah berbuat salah kepadanya.

Aku melupakan kehadiran Steven di sana.sampai akhirnya aku pamit pada mama ku untuk berbicara dengan Steven di teras depan.

"Itu siapa?tanya steven penasaran"

"Bos di kantor gw dan Dian"

"Oo..sepertinya gw dateng disaat yang salah"

"Gw juga ngak tau klo mereka mau dateng.mungkin Dian yang ngasih tau alamat gw di bandung"

"Oo.."

"Gw pulang aja yaa..sepertinya Bos loe yang namanya David tadi ngeliatin terus mungkin ada yang mau di bicarain sama loe"

Aku cuma senyum menanggapi ucapan Steven barusan.

Setelah berpamitan kepada mama aku mengantar Steven sampai ke mobilnya.

Sebelum masuk ke dalam mobil steven berbisik kepada ku.

"Sepertinya gw kalah start nih.."

Aku terdiam tanpa menjawab ucapannya.

"Jangan lupa kirimin gw undangan ya" tambahnya lagi.

Aku tertawa mendengar ucapannya.

Aku melambaikan tangan ku begitu melihat steven pergi.

"Apa kamu fikir kamu bisa pergi begitu aja seperti dulu?"

Suara David yang ada di belakang ku mengejutkan ku,hampir saja aku melompat karena kaget.

"Apa yang dibisikin sama dia sampai-sampai kamu senyum-senyum sendiri dari tadi" kata nya menyelidik.

"Apaansih" jawabku malu sendiri.

"Kamu lupa ucapanku tempo hari,liat saja nanti akan ku buktikan ucapanku pada mu"

Tiba-tiba saja aku teringat ancamannya yang akan menyeret ku ke kamar apartemennya jika aku dekat dengan laki-laki lain.

"Eehh...ngak aku ngak ngapa-ngapin kok"

Aku berlari segera masuk ke dalam rumah.di dalam rumah aku melihat mama yang masih asik ngobrol dengan ibunya david sedangkan Dian sudah berkali-kali menguap dipojok kursi...haha..

Dian sepertinya sudah lelah karena seharian ini pergi bersama ku.

Setelah David dan ibunya pamit,aku dan dian kembali ke kamar untuk beristirahat.

***

Paginya ketika kami bangun tidur aku terkejut karena sudah melihat David yang sedang sarapan dengan mama dan tante ku di meja makan.

"Kamu kok udah disini lagi?" tanyaku kaget.

"Aku lagi sarapan di rumah mama mertua"

Mendengar ucapannya aku cuma melotot kaget sementara tante dan mama ku hanya tertawa.

Please deh...jangan mulai lagii...

"Baru juga aku merasakan kedamaian di rumah ku" kataku menggerutu.

"Kamu akan merasakan kedamaian jika sudah menikah denganku nanti Karina"

Aku tersedak teh manis yang baru saja ku minum,mama langsung menghampiri ku dan menepuk-nepuk punggungku.

Sedangkan David malah tertawa melihatku.

"Sepertinya loe ngak akan pernah dapet lamaran romantis dari cowok ya Rin? Karena ini cowok kedua yang ngelamar loe dengan kata-kata yang aneh"

Aku langsung melotot pada Dian...karena ku lihat David menatapku penuh curiga.

***

Siangnya aku mengantar David dan Dian sampai ke halaman rumah.

Mereka memutuskan untuk pulang bersama.

David dan ibunya melamarku secara resmi tanpa ada pesta dan hanya ada keluarga kecil ku dan keluarga David.

satu bulan lagi kami akan menikah.

Aku memutuskan untuk tinggal di bandung sambil membereskan semua keperluan pernikahan ku,dan juga aku ingin menghabiskan waktuku dengan mama sebelum aku meninggakannya lagi sendirian di bandung.

Satu bulan bukanlah waktu yang lama,aku dan David sepakat untuk menikah secara sederhana dan hanya di saksikan oleh beberapa sahabat dan keluarga dekat.

-The end-