Setelah turun dari kapal dan menapakkan kaki di tanah, aku menghirup nafas sepanjang panjangnya. Hufff hufff Haaa... Seketika semua rasa mualku selama di kapal menghilang. Enak sekali rasanya bisa kembali ke daratan. Terkutuklah kapal itu dan pelayarannya. Mengingat pelayaran dari daratan utama 'Regem' ke daratan 'Fere' ini, membuatku merinding tanpa henti.
Salah satu hal yang paling kubenci adalah berlayar. Ya tentu saja itu adalah hal yang wajar karena manusia adalah makhluk daratan, bukan makhluk laut. Jika ingin jadi makhluk laut kenapa tidak reinkarnasi saja jadi Merman atau Fishman? Jadi kebencian ku terhadap pelayaran tentu saja beralasan logis. Singkatnya, aku mabuk laut.
"Minggir kau bajingan." Tubuhku di dorong menyingkir dari belakang. Jika mau bisa saja aku diam di tempat tak bergerak. Namun, itu bukanlah hal yang sopan jika menghalangi jalan orang lain kan? Jadi dengan tenang, aku menyingkir.
Seorang pria berperawakan seperti seorang preman kampung berjalan melewatiku. Dia memiliki tato ular yang menghiasi lengannya dan sebuah tato naga menghembuskan api di wajah bagian kanannya. Dilihat sekilas dia terlihat kuat. Aku berniat menggunakan kemampuan observasiku, tapi mengingat aku tidak bisa mengalirkan energi Mana tanpa kemampuan yang ada di tangan kananku, ku urungkan niatku. Tanpa adanya kemampuan mengendalikan mana, aku kehilangan setengah kemampuanku. Tapi aku tidak menyesal dan aku sudah punya rencana untuk mencari pengganti tangan kananku.
Tubuh pria itu sangatlah besar dan tinggi. Tubuhnya yang besar memakan banyak ruang. Salah seorang pria malang, tersenggol tubuh pria besar itu dan terhempas jatuh ke air bersama karung yang dia bawa. Namun pria besar itu tidak berhenti maupun meminta maaf dan orang-orang di sekitarnya terlalu takut untuk menghentikan pria besar itu.
Aku tak lagi menghiraukannya dan bergegas meninggalkan tempat terkutuk ini dan memasuki kota. Kota 'Petrus Nigrum' merupakan sebuah kota pelabuhan terbesar di daratan Fere karena merupakan jalur pelayaran ke daratan utama Regem dan ketiga daratan lainnya. Kota ini sangat luas dan diperintah oleh keluarga bangsawan Rothschild.
Matahari sudah terbenam. Aku berjalan dan memasuki sebuah penginapan yang terletak di ujung barat kota ini dekat gerbang kota. Suara berisik para pengunjung yang sedang makan dan minum-minum masuk ke pendengaranku. Seorang pria tua menyambutku di meja pengunjung.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria itu dengan sopan.
"Berapa untuk satu malam dengan kamar kecil dan pelayanan minimal serta makan malam dan sarapan pagi?" Tanya ku tanpa berbasa basi.
"70 Pecunia." Jawab pria itu. Aku mengernyitkan kening dan berusaha untuk menawar harganya. "46 Pecunia, tidak bisa lebih kurang lagi." Kata pria itu tanpa memberikan ruang untuk menawar lagi.
"Baiklah." Ku keluarkan empat keping uang logam 10 Pecunia, satu keping 5 Pecunia, dan satu keping 1 Pecunia dari kantung celanaku. Lalu ku ambil kunci kamar dan makan malam ku.
Aku duduk di meja paling ujung di penginapan itu dan menaruh makananku. Dihadapan ku duduk seseorang mengenakan jubah sedang menikmati makanannya sendiri. Aku tidak terlalu lama memperhatikan lalu memakan makanan ku. Setelah makan, aku segera menuju lantai atas dan memasuki kamarku. Kamar ini tidaklah luas dan hanya diisi oleh sebuah kasur usang dan meja rias.
Setelah duduk di kasur, aku termenung memikirkan apa yang akan kulakukan sekarang. Prioritas utama ku saat ini adalah mencari tangan pengganti untuk ku dan aku sudah punya rencana tentang hal ini.
'Inventaris' pikirku, lalu sebuah panel persegi panjang muncul di hadapan ku. Berbagai kotak kotak kecil tersusun di dalam panel itu. Beberapa kotak masih kosong sedangkan sisanya telah terisi beberapa barang. Inventaris adalah satu-satunya kemampuan yang aku punya sejak lahir. Kemampuan ini membuatku dapat menyimpan barang di kantung dimensi tanpa takut kadaluarsa. Maksimal barang yang bisa disimpan sebanyak 100 barang.
Ku masukkan tangan kedalam inventaris lalu mengeluarkan sebuah peta daratan bagian timur Fere. Ku rentangkan peta itu selebarnya. Huruf X menandai sebuah tempat di peta. Tempat itu adalah tempat dimana aku bisa menemukan tangan kanan pengganti. Dari kota tempat ku berada sekarang, aku perlu bergerak ke arah utara setelah keluar dari gerbang barat. Lama perjalanan jika menunggangi kuda sekitar 5 hari. Setelah memeriksa kembali lokasi di peta, aku mengembalikan peta ke dalam inventaris.
Ku letakkan pedang Brisingr yang sudah ku buat sedemikian rupa hingga mirip seperti pedang biasa di samping tubuhku jadi jika ada penyusup bisa langsung dihunuskan. Ku pandangi langit-langit kamarku, mengingat kembali petualangan ku bersama The Seven Star. Kami dulu berhubungan sangat baik, sebelum akhirnya hancur setelah terpilihnya aku sebagai pemegang Rune. Rasa iri dan cemburu mulai muncul di benak mereka semua. Ditambah juga dengan latar belakang ku yang seorang rakyat jelata dibandingkan dengan mereka yang merupakan bangsawan dari daratan masing-masing. Huff.... Sepertinya aku sudah terlalu sering menghela nafas. Ini bukanlah kebiasaan yang baik. Akhirnya aku pun menutup mata dan membiarkan diriku tenggelam dalam kegelapan.
***************
Sang mentari mulai menampakkan wujudnya. Aku yang sudah terbangun dari tadi sedang melakukan pemanasan ringan. Ini adalah kebiasaan yang selalu ku lakukan. Aku bukanlah orang yang tidur dengan nyenyak karena selalu berada dalam ambang bahaya. Aku akan tak berdaya saat serangan malam terjadi, jika aku tidur dengan nyenyak. Dan biasanya setelah bangun aku melakukan pemanasan ringan yang diantaranya adalah push up 100×, sit up 100×, dan berlari sejauh 1000 langkah.
Setelah selesai berlari aku berjalan memasuki penginapan untuk sarapan pagi. Aku kembali duduk di meja yang sama dan lagi-lagi orang itu sudah ada di hadapanku sedang sarapan juga. Aku sangat penasaran dengan orang itu, tapi Indra keenam ku memperingati bahaya jika berurusan dengannya. Untungnya aku bukan orang yang suka mengurusi urusan orang lain. Jadi, setelah selesai sarapan aku bergegas pergi ke pasar untuk berbelanja keperluan ku dalam perjalanan.
Setelah selesai berbelanja, aku mendengar suara keributan dari arah belakang ku.
"Tangkap dia, jangan biarkan dia kabur." Sekelompok pria berpakaian kesatria mengejar seseorang yang aku kenal. Ya, dia adalah orang yang ada di penginapan itu. Mereka pun melewati ku. Aku melihat orang itu berlari ke arah perumahan diikuti sekelompok pria berpakaian hitam mengejar di belakangnya. Aku tersenyum kecil lalu saat tidak ada yang melihat, aku masukkan tasku ke dalam inventaris dan berlari memasuki gang sempit.
***************
Ini adalah hari yang buruk untuk Reina. Dia sudah berhasil lari dari kejaran para assassin blackflag, tetapi sialnya dia ketahuan oleh mereka. Bagaimana mereka bisa mengetahui keberadaan ku di sini? Padahal aku hanya mengabari sedikit orang? Sepertinya ada penghianat di antara kami. Reina mencoba memutar otaknya. Namun suara para assassin itu membuyarkan lamunannya dan membuatnya fokus untuk menghindari kejaran mereka terlebih dahulu.
Reina berlari secara acak ke setiap belokan dan gang yang ada untuk meloloskan diri dari pengejaran. Namun para assassin itu terampil dalam mencari jejak Reina sehingga ke manapun ia pergi, mereka selalu tau. Dengan nafas memburu Reina memasuki salah satu gang. Dia berhenti dan terengah-engah menarik nafas. Mencoba mendengar apakah para assassin itu sudah dekat, tapi dia tidak mendengar apapun. Sepertinya mereka sudah kehilangan jejakku. Reina menghembuskan nafas lega.
Tapi dari balik kegelapan sebuah tangan mendekap mulut Reina dan menariknya. Reina mencoba meronta-ronta melepaskan diri. Tapi sepertinya assassin ini sangat terampil. Dia dengan mudahnya menjinakkan perlawanan Reina hanya dengan satu tangan. Reina akhirnya melihat wajah orang yang menyerang dia itu.
"Hmm.....?" Suara lembut keluar dari tenggorokan Reina, namun diredam oleh tangan orang itu. Semua perlawanan dihentikan oleh Reina. Dan penyerangnya itu melepaskan tangannya. Reina mengenal orang yang disangkanya assassin ataukah dia memang assassin ini. Pria ini adalah pria berlengan satu yang mengenakan zirah kulit dan mempunyai sebuah pedang di punggungnya yang ia lihat di penginapan.
Pria itu menaruh jari telunjuk kirinya ke mulutnya mengisyaratkan untuk diam. Reina dengan diam memperhatikan orang ini bergerak menghilangkan jejak keberadaan Reina. Lalu dia pun menarik lengan Reina dan masuk ke dalam sebuah motel bercinta. Dia memesan satu kamar lalu menyuruh Reina untuk mengikutinya. Setelah memasuki kamar, pria itu menutup pintu dan berbalik menghadap Reina. Dengan pikiran kosong Reina memperhatikan pria itu. Siapakah dia?
"Baiklah, sekarang kamu hanya perlu menetap di sini untuk satu malam. Aku sudah menyewa kamar ini sampai esok hari. Mereka pasti sudah pergi keluar kota besok, menyangka kau berhasil melarikan diri." Sebuah suara sedikit berat keluar dari mulut pria berlengan satu itu. "Jangan lupa menutup jendelanya." Dia pun membuka jendela dan bergegas untuk pergi.
"Eh, t-tunggu."
Namun sayangnya, ketika Reina melihat keluar jendela pria itu sudah tidak ada. Siapa dia itu, dan mengapa menolongku? Pikir Reina bingung setelah ia menutup jendela dan duduk diam di ujung kasur itu. Reina mencium bau kamar ini, Seketika mukanya pun memerah kesal. Kamar ini sangat bau seks. Sialan. Reina mengutuk diri akan kesialannya.
***************
Aku yang baru saja selesai membeli kuda, menunggangi kuda itu keluar dari gerbang barat kota ini. Aku angkat telapak tanganku ke hadapan wajahku. 34D, lumayan juga. Aku tersenyum jahat, dan mengarahkan kudaku ke Utara. Saatnya bergegas, ada sebuah tangan yang menunggu ku ambil di sana. Aku pun memacu kudaku untuk berlari meninggalkan debu di belakangnya. Ada banyak hal yang menungguku di sana.