Pagi ini Longshang dan Wangchu tengah sibuk mempersiapkan berkas mengenai kerjasama dengan General Corporation dari Beijing,
CEO dari General Corporation adalah Tuan Zhuan Yang, seorang pembisnis yang melegenda karena di umurnya yang sudah tidak muda lagi mampu mempertahankan kedudukannya di Negara Bagian Eropa. Dalam kunjungannya kali ini ke kampung halaman, Perusahaan Tangshi Grup mendapat kesempatan untuk menjalin kerjasama dalam hal pembangunan infrastruktur di kota Beijing.
LongShang datang memasuki ruangan Ludius yang tengah sibuk dengan setumpuk laporan. "Ludius, aku sudah mempersiapkan semua berkas Mengenai kerjasama dengan General Corporation, Siapa yang akan menjemput Presdir Zhuan Yang di bandara?".
"Sekretaris Dari Tuan Zhuan mengatakan beliau datang bersama istrinya untuk tinggal beberapa hari di Shanghai karena sudah lama meninggalkan China. Beliau akan lepas landas Siang nanti. Karena kerja sama ini penting, aku sendiri yang akan menjemputnya. LongShang Kirimkan detailnya ke e-mail ku. Aku akan pergi melihat keadaan Silvia". Ludius beranjak dari tempat duduknya.
"Ludius.. sejak kapan kau sangat perduli dengannya? Apakah kau benar-benar telah jatuh cinta padanya. Sungguh.. Kau tidak seperti Ludius yang ku kenal"
"Diam kau LongShang..!! Aku melakukan ini karena ada beberapa hal yang perlu ku pastikan. Lagi pula Dia adalah calon istriku..!" Ludius pergi dengan Mood yang buruk, Dia tersinggung dengan perkataan dari LongShang.
***
Dirumah sakit, Li Thian datang untuk menjenguk. Saat itu Silvia sedang sendiri di ranjang rumah sakit. Dia datang membawa satu buket bunga dan menaruhnya di Vas meja.
"Silvia, Bagaimana keadaanmu? Dokter mengatakan kamu boleh keluar untuk sekedar jalan-jalan sekitar rumah sakit. Apa kamu mau aku antar untuk berkeliling?"
"Aku sudah baikan, Sebenarnya aku ingin berkeliling. Tapi.. Lebih baik aku disini saja, Diluar ada dua suster dan banyak pengawal yang tersembunyi di Rumah Sakit ini. Kalau Ludius tahu aku keluar ruangan tanpa dirinya, kamu tahu sendirikan apa yang akan terjadi..".
Li Thian mengusap kepala Silvia " Baiklah.. aku tidak akan memaksamu. Aku ada sebuah Film yang baru-baru ini tayang di bioskop. Kamu mau menonton nya bersamaku?".
Baru saja Li Thian mengajak Silvia untuk nonton bersama di ruang rawat. Di ambang pintu Ludius datang dan melihat mereka berdua "Tuan Muda Li Thian.. Aku tahu kamu sedang sibuk saat ini, Jadi kamu tidak perlu lagi menemani Silvia disini. Silahkan Lanjutkan saja aktifitasmu". Mempersilahkan Li Thian untuk keluar. Ludius sengaja mengusir Li Thian dengan halus
"Tuan Lu.. Terima kasih kamu masih perhatian padaku. Silvia aku pulang dulu, Jika dia masih memperlakukanmu buruk, jangan segan lagi untuk memberitahuku. Kamu selalu menganggapku kakak bukan..". Li melempar senyuman, sebelum dia pergi berlalu.
Ludius masuk kedalam dengan membawa bungkusan dan menaruhnya di meja. Dia menghampiri Silvia dan memberi ciuman di keningnya "Sayang, Apa kamu merindukan ku?".
"Tidak..! sama sekali tidak..! Ehm.. Tuan.. sepertinya kamu membawa sesuatu" Melirik kearah bungkusan. Terlihat Silvia begitu penasaran dengan isi bungkusan tersebut. Dalam fikirannya terlintas makanan nikmat yang siap dia santap.
"Sayang.. aku sengaja membawa Pudding mangga untukmu. Tapi berhubung kamu tidak rindu padaku, sepertinya lebih baik aku berikan pada orang lain". Ludius memasang wajah cemberutnya didepan Silvia yang tengah membayangkan makanan lezat.
"Ludius.. Please, aku minta yah.. Hari ini cuaca sangat panas, aku fikir itu sejenis makanan yang menyegarkan. Benarkan..". Silvia tersenyum manja, demi mendapatkan isi dari bungkusan yang Ludius bawa.
"Sayang, kamu sengaja yah menggodaku? Baiklah.. kali ini aku tidak bisa menolak keinginanmu.." Ludius, Dia memandang Silvia dengan tatapan jailnya..
Ludius mengambil isi bungkusan yang dia bawa. Didalamnya terdapat Pudding dengan beberapa rasa, Silvia yang melihatnya sudah terbayang nikmatnya.
Ludius menyuapi Silvia dengan penuh kesabaran, "Sayang, Nanti siang aku akan menjemput Tuan Zhuan di bandara. Beliau ingin sekali aku memperkenalkanmu padanya. Tapi kamu sedang seperti ini, Aku tidak mungkin membawamu keluar".
"Ludius, Dokter bilang, aku sudah boleh keluar sebentar. Aku akan menemanimu menjemput beliau, Lagian aku sudah bosan di tempat tidur terus. Please.. aku ikut keluar yah..".
Lagi-lagi Silvia memasang wajah imut nya membuat Ludius tidak bisa menolak nya. "Baiklah.. aku akan meminta dokter untuk merawatmu dirumah. Sekarang, habiskan puddingmu dulu".
______________________
Siang ini Silvia sudah berganti pakaian dibantu oleh para suster yang merawatnya untuk menemani Ludius menemui Kliennya. Ludius datang dan membawa Silvia keluar dari Rumah Sakit. Dua suster yang merawat Silvia sudah menyiapkan kursi roda untuk membawanya, Tapi sepertinya Ludius sengaja tidak memperlihatkan kursi rodanya dan membawa Silvia keluar dari Rumah Sakit dengan menggendong nya.
"Karena tidak ada kursi roda, jadi aku hari membawamu dalam pelukanku". ucap Ludius dengan senyum liciknya
"Aaargh..!! kamu sengaja yah membuat keributan di siang hari. Malu tahu..!!" Seketika Rumah Sakit riuh oleh orang-orang yang melihat kemesraan mereka.
Didalam mobil Silvia terdiam dengan sikap dinginnya "Sayang.. apa kamu akan menemui Klien kita dengan wajah dinginmu itu, Ayo tersenyum.."
Ya Tuhan.. nih orang nggak ada bosen-bosennya yah ngledek mulu. Pengen banget itu mulut aku kunci biar nggak bicara sembarangan..!!.
Silvia terus terdiam hingga sampai di tempat tujuan. Di tempat parkir Ludius membuka bagasi nya mengambil kursi roda untuk dipakai oleh Silvia. Dia membukakan pintu dan memindahkan Silvia ke kursi roda dengan hati-hati.
Melihat Ludius yang selalu merawatnya dengan penuh kesabaran, Silvia menjadi merasa bersalah. "Ludius.. maafkan aku yah, karena aku.. kamu jadi harus mengerjakan sesuatu yang merepotkan seperti ini". Silvia mengatakannya dengan lirih, namun cukup membuat Ludius mendengar perkataannya.
Ludius melangkah kedepan Silvia dan merendahkan tubuhnya agar mereka sejajar. Ludius menatap Silvia dengan serius namun hangat "Apa yang kamu katakan sayang.. Aku pernah bilang bukan. Kalau aku akan menunjukkan kesungguhanku dalam mencintaimu. Jika merawatmu saja aku tidak bisa, bagaimana aku bisa mengambil hatimu?. Jangan di fikirkan, merawatmu saat ini adalah bagian dari hidupku".
"Tapi.. Diluar sana masih banyak wanita yang lebih sempurna dan layak untukmu dari pada aku. Tidak seharusnya kamu menyia-nyiakan hidupmu hanya untuk merawatku". Silvia berkata dengan menundukkan wajahnya.
Ludius menyentuh wajah Silvia yang muram "Sayang.. Memang diluar sana banyak wanita yang lebih sempurna dan layak untukku dalam segi apapun. Tapi.. yang aku dan hatiku butuhkan CUMA KAMU, Apa kamu sudah tenang mendengar jawabanku ini?. Sekarang kita harus menjemput Tuan Zhuan di bandara, jadi tersenyumlah.. " Ludius membelai kepala Silvia dan mencium keningnya.
Perasaanku ini.. sikapmu.. kasih sayangmu.. Apa aku berhak untuk mendapatkannya?.
Melihat Ludius terus memandangnya, Silvia memberikan senyuman manisnya membuat Ludius merasa lega.
Di Bandara, Tuan Zhuan beserta istri turun dari pesawat pribadi mereka. Ludius dan Silvia menghampiri menyambut kedatangan mereka. "Selamat Siang Tuan Zhuan beserta Nyonya, maaf jika saya telat menyambut kedatangan anda" Mereka saling berjabat tangan.
"Tuan Zhuan dan Nyonya, Perkenalkan dia calon istri saya, Silvia Zhu". ucapnya kembali, seraya memperkenalkan Silvia.
"Tuan Muda Lu, apakah dia calon istrimu yang belum lama bertunangan? Dia terlihat cantik dan penuh kasih sayang. Tuan Lu sangat pandai mencari calon istri". Tuan Zhuan tersenyum pada Silvia,
Nyonya Zhuan Yang sedari tadi memperhatikan Silvia, Tiba-tiba menghampirinya dan memegang tangannya. "Nona Silvia, anda mengingatkan saya pada putri adik saya yang telah lama pergi. Mungkin sekarang dia sudah sebesar anda". Mata Nyonya Zhuan berbinar, terlihat kerinduan mendalam dalam raut wajahnya.
"Nyonya Zhuan, jika anda merindukan seseorang anda bisa membaginya pada saya. Saya juga hidup jauh dari keluarga, disini hanya Ludius lah yang saya punya. Nyonya kita lanjutkan perbincangan kita setelah anda menikmati jamuan makan siang yang telah kami persiapkan. mari..". Silvia berbicara dengan senyum ramahnya membuat Nyonya Zhuan semakin nyaman bersama mereka.
Perasaan apa ini? Nyonya Zhuan.. apa kita pernah bertemu sebelumnya?!.
Setelah perkataan Nyonya Zhuan, Silvia terus memperhatikannya. Semacam ada ikatan tak terlihat yang ia rasakan.
"Benar Tuan Zhuan, Mari.. Kita lanjutkan pembicaraan ini setelah Tuan dan Nyonya menikmati jamuan nya".
Tuan Zhuan menggandeng istrinya menuju mobil yang telah dipersiapkan.