Dalam amarahnya, dia menghujam lagi.
Tempat tidur itu berderit berbarengan dengan suara pukulan. Kulit wanita yang bengkak itu seperti bola yang
terbelah dan tangannya telah ditutupi oleh darah. Darah yang segar dan lengket tersebar ke atas sprei tempat
tidur dan menodai mereka dengan warna merah.
".....Uuu."
Meskipun dia dihajar, wanita itu tidak lagi bergerak dan tubuhnya hampir tidak menunjukkan reaksi apapun.
Jika ini gebukan ini berulang terus, nyawa gadis itu akan berada dalam bahaya. Meskipun begitu, alasan dia
masih hidup bukan karena Stafan mengendalikan kekuatannya. Itu karena benturannya diserap oleh kasur. Jika
dia dihajar di lantai yang keras, wanita itu pasti sudah mati.
Stafan tidak menahan kekuatannya bukan karena dia tahu ini, tapi karena tidak ada masalah apapun meskipun
jika wanita ini mati. Jika dia hanya membayar biaya untuk menyingkirkannya, maka semuanya akan beres.
Pada kenyataannya, Stafan telah membunuh banyak wanita di toko ini.
Karena dia harus membayar biaya pembuangannya dulu, membuat kantong uangnya semakin ringan, mungkin
dia secara tidak sadar menahan kekuatan dari lengannya.
Stafan menjilati bibirnya saat dia menatap wajah wanita yang sudah tidak bergerak itu.
Rumah bordil ini adalah tempat terbaik untuk memenuhi fetish tertentu. Suatu hal seperti ini takkan pernah
diperbolehkan di rumah bordil biasa. Tidak, meskipun itu diperbolehkan, Stafan tidak tahu tempat semacam itu.
Dia senang dengan hari-hari dimana ketika masih ada budak-budak.
Budak-budak dianggap sebagai properti dan mereka yang menyalahgunakannya memiliki tendensi mengundang
cercaan. Itu adalah alasan yang sama atas dengan orang-orang yang mengerutkan dahi terhadap siapapun yang
menyia-nyiakan harta mereka. Tapi bagi seseorang seperti Stafan, yang memiliki fetish tertentu, para budak
adalah yang paling mudah dan hanya satu-satunya jalan baginya untuk memuaskan nafsunya. Sekarang setelah
mereka diambil darinya, Stafan tidak ada pilihan lain selain mencurahkan nafsunya ke tempat seperti ini. Apa
yang akan dia lakukan jika dia tidak tahu tempat seperti ini ?
Tidak diragukan lagi, dia tidak akan bisa menahannya. Dia pasti akan melakukan kejahatan dan ditahan.
Dan siapapun yang memperkenalkan rumah bordil ini kepada Stafan - meskipun dia harus membuat persetujuan
di belakang dan menggunakan pengaruh legal dirinya untuk keuntungan mereka - dia benar-benar berterima
kasih kepada tuannya, bangsawan yang dia layani.
"Terima kasih- tuan."
Sebuah emosi yang cukup kuat muncul di mata Stafan. Meskipun sulit dipercaya mempertimbangkan kebiasaan dan kepribadiannya, setidaknya, dia merasa berterima kasih sangat dalam terhadap tuannya.
Hanya saja, api muncul dari dalam perutnya - sebuah kemarahan.
Itu adalah emosi miliknya terhadap gadis yang menjadi satu-satunya alasan mengapa dia kehilangan budaknya,
jalan keluar dari nafsunya.
"-Dasar pelacur itu!"
Wajahnya merah karena marah, matanya menjadi merah.
Wajah dari bangsawan yang harus dia layani - sang putri, bertumpuk dengan wajah dari wanita yang dia naiki.
Stafan mengumpulkan kemarahan yang berkumpul di dalam dirinya dan di dalam tinjunya dan meluncurkannya
ke bawah.
Dengan sebuah suara pukulan, darah segar berhamburan sekali lagi.
"Betapa, menyegarkan, rasanya, jika, mengacak-acak, wajahnya!"
Lagi dan lagi, dia menghajar wajah wanita itu.
Di dalam mulutnya pasti sudah terbuka sobek oleh giginya. Jumlah darah yang besar dan membahayakan
mengalir keluar di antara bibir-bibirnya yang lebam.
Reaksi wanita itu sekarang hanya mengejang setiap kali dia dipukul.
"-Haa, haa."
Setelah beberapa kali pukulan, bahu Stafan terangkat dan baik dahi dan tubuhnya basah oleh keringat yang
licin.
Stafan melihat ke bawah ke arah wanita di bawahnya. Penampilannya sekarang sudah jauh dari kata
mengerikan. Dia sudah separuh mati, tidak; tubuhnya sudah beberapa langkah dari jurang kematian. Dia benarbenar seperti sebuah boneka yang terputus talinya.
*Gulp*. Suara tenggorokan Stafan terdengar.
Tak ada yang membuatnya lebih gembira selain melakukannya dengan wanita yang sudah babak belur.
Terutama jika mereka dulunya cantik, semakin cantik mereka semakin baik. Tidak ada yang bisa memuaskan
rasa sadisnya selain ketika dia menghancurkan sesuatu yang cantik.
"Seenak apa rasanya jika aku bisa menghajar gadis itu seperti ini ?"
Stafan teringat dengan nona dari kediaman yang dikunjunginya tadi. dia teringat dengan wajah arogan dari
wanita yang kecantikannya setara dengan putri dari negeri ini, orang yang dipuji sebagai yang paling cantik.
Tentu saja, Stafan tahu bahwa dia tidak bisa melakukan apapun kepada wanita sepertinya. Yang bisa menangani
dahaga miliknya setiap hari adalah sisa-sisa harian dari rumah bordil ini sebelum mereka dibuang.
Seorang wanita cantik sepertinya akan dibeli oleh bangsawan kuat dengan jumlah uang yang besar dan
memenjarakannya di tempat mereka agar tidak bisa membuka perdagangan terlarang mereka.
"Sekali saja, jika aku bisa menghajar wanita seperti itu - menghajarnya hingga tewas."
Jika sesuatu semacam itu bisa dilakukan, betapa nikmat dan puasnya nanti ?
Tak usah dikatakan, itu adalah mimpi yang mustahil.
Stafan meliha ke arah wanita yang terbaring di bawahnya. Dadanya yang tak tertutup sedikit bergerak naik dan
turun. Memastikan hal ini, bibirnya menjadi hancur tak beraturan.
Stafan menggenggam dada wanita itu, membuatnya jadi sangat berubah bentuknya di tangan.
Wanita itu menunjukkan reaksi yang benar-benar nol. Dia tidak lagi bisa bereaksi terhadap luka level ini. Saat
ini, satu-satunya perbedaan antara wanita di bawahan Stafan dan boneka manekin adalah bawah dia masih
lunak.
Hanya saja Stafan merasakan ketidakpuasan kecil terhadap kurangnya perlawanan darinya.
Tolong jangan bunuh saya.
Tolong maafkan saya.
Maafkan saya.
Tolong hentikan.
Teriakan wanita itu terbangun di otak Stafan.
Apakah dia harus memperkosanya ketika dia masih bisa bicara seperti itu ?
Dengan sedikit perasaan menyesal, Stafan melanjutkan permainan dengan dada wanita itu.
Hampir semua wanita berakhir di rumah bordil ini, otak mereka sudah hancur dan hati mereka kabur ke tempat
lain. Melihat seperti itu, bisa dikatakan bahwa partner Stafan hari ini lebih baik dari biasanya.
"Apakah gadis itu seperti ini juga ?"
Apa yang diingat Stafan di otaknya adalah Tsuare. Dia bahkan tidak ingin mendengar apa yang terjadi dengan
orang yang membiarkannya pergi.
Namun, Stafan tidak bisa menghentikan ejekan yang ditunjukkan di wajahnya ketika dia memikirkan kepala
pelayan tua yang dia kunjungi tadi.
Apa gunanya melindungi seorang gadis yang telah telah melakukannya dengan banyak pria dan ketika
situasinya memerlukan, dengan wanita bahkan dengan non manusia ? Dia hampir tidak bisa menahan tawanya
ketika kepala pelayan tua itu menunjukkan bahwa dia mau membayar mahal ratusan keping emas.
"Setelah aku pikirkan sekarang, suara wanita yang kabur itu sangat bagus."
Dia mencari di ingatannya dan teringat teriakan gadis itu. Dibandingkan yang lainnya yang berakhir di sini, dia
tidak seburuk itu.
Stafan menyeringai dan bergerak untuk memenuhi nafsu badannya. Dia menggenggam kaki wanita itu dengan
satu tangan merobek dan mematahkannya. Tulang muncul dari kakinya yang kurus dan cukup tipis untuk muat
di satu tangan Stafan.
Dengan pangkal paha wanita itu yang terbuka lebar, Stafan menindihnya.
Dia menggenggam barang yang keras karena nafsunya danDengan sebuah suara klik, pintu terbuka pelan-pelan.
"Apa?!"
Stafan cepat-cepat berbalik ke arah pintu dan melihat seorang pria tua yang kelihatannya akrab. Dia lalu teringat
langsung dengan identitas pak tua itu.
Dia adalah kepala pelayan yang dia temui di rumah itu.
Pak tua itu - Sebas masuk ke dalam kamar tanpa halangan, langkahnya nyaring terdengar dari tumit sepatuhnya.
Dari caranya berjalan yang sangat alami, Stafan tidak bisa berkata apapun.
Mengapa kepala pelayan dari rumah itu disini ? Mengapa dia masuk ke kamar ini ? Menghadapi situasi yang
tidak bisa dia mengerti, Otak Stafan menjadi kosong.
Sebas berdiri di samping Stafan. Dan setelah melihat wanita yang terbaring di bawahnya, Sebas mengarahkan
mata dinginnya ke arah Stafan.
"Apakah kamu menikmati menghajar orang lain ?"
"Apa ?"