Chereads / OVERLORD INDONESIA / Chapter 229 - Bokek Sialan!!!

Chapter 229 - Bokek Sialan!!!

Clang clang. Seseorang bisa mendengar suara logam yang berharga berbenturan satu sama lain.

Setelah memastikan bahwa di dalam kantong yang terbalik itu tidak ada lagi, Ainz menyebarkan koin-koin yang mengkilat di atas meja.

Dia menghitung tumpukan koin emas dan perak menjadi masing-masing sepuluh.

Dia menyadari bahwa dia sedang berbicara sendiri lebih dan lebih sering.

Dia tahu bahwa itu dimulai dulu ketika game hampir berakhir, kesepian yang melanda dirinya karena teman-teman guildnya yang tidak lagi muncul. Tapi mengapa gumamannya tidak ikut berhenti ketika para NPC mendapatkan akal dan bergerak sendiri?

Mungkin itu menjadi sebuah kebiasaan, atau-

"Karena aku masih kesepian.."

Aku tersenyum kesepian.

Tentu saja, berkata bahwa dia sendirian meskipun NPC yang memiliki kesadaran sendiri di sisinya adalah sangat tidak sopan kepada mereka. Tapi dia juga memiliki pemikiran seperti ini; agar bisa bersikap sebagai Ainz Ooal Gown, pemimpin dari 41 Supreme Being yang diingkan oleh para guardian, sangat mungkin dia sedang membunuh Suzuki Satoru.

Ainz menghela nafas dan memutar tatapannya kembali ke arah koin-koin di meja. Itu adalah saat dia mendengar ketukan di pintunya.

Setelah beberapa saat beristirahat, pintu itu terbuka. Memastikan bahwa orang yang masuk adalah orang yang dia tunggu - Narberal Gamma, Ainz sengaja memperbaiki ekspresinya agar salah satu sudut bibirnya melengkung ke atas, menjadi wajah yang terlihat seakan sedang memandang rendah seseorang.

Ilusi tingkat rendah yang bisa Ainz berikan secara datar menunjukkan emosi miliknya yang ada dipermukaan. Sepertinya, ada peluang bahwa dia akan menunjukkan wajah yang tidak cocok sebagai penguasa Nazarick. Itulah kenapa dia mempraktekkan berbagai macam ekspresi di depan cermin agar kapanpun dia di hadapan yang lainnya, terutama Narberal, dia bisa terlihat lebih berwibawa. Dia memiliki masalah besar memililh ekspresi dari banyak ekspresi yang dia praktekkan.

"Ada apa, Nabel."

Dia bertanya kepadanya dengan suara yang dihias sama.

"Ya, Momon-san...san."

"...Kelihatannya 'sama' muncul jarang-jarang. Tidak ada pilihan selain membiarkannya sebagai kebiasaan lama. Meskipun begitu, setidaknya coba benahi ketika aku memberikan sebuah peringatan, walaupun hanya sementara. Aku rasa aku harus menyerah terhadap usaha itu. Ah, tidak perlu membungkukkan kepalamu, aku tidak marah. Dan cara hormatmu memanggilku.. yah, seharusnya sih tidak apa-apa karena orang lain termasuk pemimpin guild menjadi salah paham tentang kita. Jadi, ada apa?"

"Ya, iron ore (bijih besi) yang anda minta dari pedagang telah tiba."

Itu bukan permintaan aku hanya membelinya secara normal....

Berpikir demikian di kepalanya, ekspresi wibawanya tetap tidak bergerak.

"Ternyata begitu... dimana bijih besi itu asalnya? Apakah dikumpulkan dari seluruh delapan lokasi?"

"Saya minta maaf, saya tidak diberi tahu."

"..Tidak apa. Aku punya banyak uang. Meskipun aku tidak tahu berapa banyak tempat asal dari yang dikumpulkan, seharusnya sudah lebih dari cukup uang untuk membeli seluruhnya."

Ainz percaya diri memenuhi kantung uang dengan koin-koin yang ditumpuk di atas meja itu dan melemparkannya ke kaki Narberal. Dia melihatnya saat dia dengan sopan mengambil kantung itu.

"Mengerti, tapi bolehkan saya bertanya?"

"Apakah itu mengenai alasan mengapa aku membeli ore dari lokasi berbeda?"

Ainz menjelaskannya kepada Narberal yang menganggukkan kepalanya.

"Itu agar aku bisa melemparkannya ke Kotak Penukaran. Dengan kata lain, aku ingin menguji apakah jumlah emasnya berbeda tergantung dari bijih yang ditambang."

Exchange Box (Kotak Penukaran) tidak dipengaruhi tampilannya oleh obyek asalnya. Seperti contohnya, mengenai patung batu yang detil, dia akan mengabaikan pekerjaan apapun dan memperhitungkan nilainya sama dengan batu dari tinggi yang sama. Lalu menguji untuk melihat bagaimana menangai komponen yang berbeda - di dalam material yang sebenarnya. Itu adalah alasan mengapa dia membeli bijih besi dari berbagai macam lokasi.

"Seperti yang sudah kamu ketahui, Nabel, kotak itu bekerja meskipun kamu meletakkan sesuatu seperti gandum."

Meskipun aku memasukkannya dalam jumlah besar dan hanya mendapatkan satu koin emas darinya - Ainz menambahkan di kepalanya.

Itu adalah alasan yang memunculkan rencana untuk membangun ladang di luar Nazarick, untuk menumbuhkannya dalam jumlah besar.

Dengan menggunakan Golem dan Undead akan bisa membuat ladang yang luas. Tentu saja, ada banyak rintangan sebelum mencapai titik itu.

"Saya mengerti. Kalau begitu saya akan membeli mereka sesegera mungkin."

"Benar, tapi pertahankan kewaspadaanmu. Tidak ada jaminan jika kamu tidak diserang. Jika ada sesuatu yang terjadi.. kamu mengerti apa yang kamu lakukan, ya kan?"

"Menggunakan Shadow Demon sebagi perisai, membuang seluruh informasi yang dikumpulkan, memprioritaskan keamanan saya diatas segalanya dan fokus seluruhnya untuk mundur. Lalu saya akan bergerak ke Nazarick palsu yang dibuat oleh Aura-sama, mengirimkan informasi yang palsu kepada musuh."

"Benar. Prioritaskan keselamatanmu. Jangan pernah mengambil jalan yang bisa dengan mudah diserang atau dimana tidak ada kerumunan. Dan meskipun jika manusia bicara denganmu atau memprovokasimu, jangan melukai mereka. Aku sangat terkejut ketika pria itu memohon pertolonganku sambil menangis, berkata bagaiaman dia hanya ingin menggodamu. Kamu juga harus mengendalikan nafsu membunuhmu. Aku tidak akan bilang padamu untuk tidak menghajar pencopet jika kamu menemui mereka, tapi jangan keterlaluan. dan juga, tahan dirimu untuk tidak memanggil manusia sebagai serangga. Dengan kata lain, cobalah untuk tidak melukai atau membunuh manusia. Lagipula kita adalah petualang terhebat, Momon dan Nabel dari tim Hitam."

Sambil meliat Narberal yang kelihatannya menunjukkan bahwa dia mengerti, Ainz memikirkan lebih banyak lagi persiapan terhadap kewaspadaan yang mungkin dia lewatkan lalu menganggukkan kepalanya.

"..Hmm. Seharusnya itu sudah cukup. Kalau begitu pergilah, Nabel."

Narberal membungkukkan kepalanya dan meninggalkan ruangan, dengan kantung kulit ditarik. Ainz melihat punggungnya saat dia pergi dan, meskipun tidak memiliki paru-paru, menghela nafas berat.

"...Pengeluaran hanya muncul ketika aku tidak punya uang apapun. Sialan."