Chereads / OVERLORD INDONESIA / Chapter 230 - Sebas Yang Berjiwa Penolong

Chapter 230 - Sebas Yang Berjiwa Penolong

Bulan Api Pertengahan (Bulan ke 8), Hari ke 26, 15:27

Setelah mengantarkan wanita tua itu ke rumahnya, Sebas menuju ke tujuan asalnya.

Tempat yang dia tuju dikelilingi oleh dinding-dinding yang lebar.

berat dari papan itu bervariasi tergantung dari penggunanya, tapi ketika diaktifkan dari gulungan, ukurannya satu meter pada seluruh sisinya dan bisa menahan sekitar 50 kg. Penggunannya bisa berada sekitar lima meter dari papan tersebut. Tolong dicatat bahwa papan itu hanya bisa mengikuti, papan itu tidak akan bisa mengenali perintah gerakan lain apapun seperti berada di depan dan lain sebagainya. Jika penggunanya berputar 180 derajat dengan cepat di tempat, papan itu akan pelan-pelan membetulkan posisinya sendiri di belakang si pengguna. Mantra ini biasanya digunakan untuk mengangkut barang-barang dan di dalam tempat pembangunan."

Sebas menganggukkan kepalanya.

"Ternyata begitu. Kalau begitu aku ingin satu gulungan dengan magic ini."

"Mengerti."

Pria itu tidak terkejut denga kenyataan bahwa dia memilih magic yang lebih tidak terkenal. Kebanyakan dari gulungan-gulungan yang akan Sebas beli adalah semacam yang tidak terkenal, seperti yang satu ini. Guild Magician hanya bisa berterima kasih kepadanya karena membantu menyingkirkan persediaan mereka yang berlebihan.

"Apakah hanya satu gulungan saja?"

"Ya, tolong jika bisa."

Pria muda itu memberi isyarat kepada pria yang duduk di belakangnya.

Setelah mendengarkan seluruh percakapan, pria itu langsung berdiri dan memasuki pintu di belakang counter. Scroll (gulungan) adalah komoditas yang mahal. Meskipun ada penjaga, gulungan tidak seharusnya ditempat di counter.

Sekitar lima menit kemudian, pria itu kembali. Di tangannya ada sebuah perkamen yang tergulung.

"Ini dia."

Sebas memandang perkamen yang diletakkan di counter. Pekerjaan keterampilan pada perkamen itu sangat mengesankan, meskipun dengan sekali tatapan, gulungan itu sangat berbeda dari yang bisa ditemukan di pasar. Dia memeriksa untuk memastikan bahwa nama dari magic yang tertulis di tinta hitam sama dengan magic yang dia inginkan lalu melepas kacamatanya.

"Saya telah memastikannya. Saya akan mengambil ini."

"Terima kasih banyak."

Pria muda itu dengan sopan membungkukkan kepalanya.

"Ini adalah gulungan mantra tingkat 1 dan harganya adalah satu koin emas dan sepuluh koin perak."

Sebuah potion yang dibuat dari mantra dengan tingkat yang sama berharga dua koin emas. Dibandingkan dengan itu, gulungan ini relatif murah. Sebuah gulungan biasanya sangat spesial, mereka hanya bisa digunakan oleh mereka yang benar-benar mengetahui cabang magic yang sama. Pada dasarnya berarti bahwa sebuah potion yang bisa digunakan oleh siapapun jelas berharga lebih tinggi.

Tentu saja, meskipun menyebutnya murah, koin satu emas dan sepuluh perak masih disebut jumlah yang besar untuk orang biasa. Itu sekitar sebulan setengah nilai dari gaji. Namun, bagi Sebas- tidak, bagi yang dia layani, jumlah itu sangat remeh.

Sebas mengeluarkan sebuah kantung kulit, melonggarkan bagian atasnya, dan menghitung sebelas koin. Dia lalu menyerahkan jumlah itu ke pria muda tersebut.

"Pembayarannya telah diterima."

Pria muda itu tidak melakukan sesuatu seperti memeriksa koin atas keasliannya di depan Sebas. Dia telah berdagang dengan mereka cukup sering sehingga memperoleh kepercayaan mereka.

Untuk sesaat, Sebas mengerutkan dahi lalu bertanya-tanya apakah dia harus melewatinya atau kembali ke arah dia datang. Dia harus menemui insiden yang sangat menyusahkan.

Setelah ragu sesaat, dia melanjutkan menelusuri jalanan yang sempit dan sunyi dari gelapnya lorong.

Mulut dari karung lebar itu terbuka.

Suara dari langkah kaki Sebas bergema ke seluruh lorong dan pada akhirnya, jarak antara dia dan karung itu menjadi pendek.

Saat dia akan berjalan melewati karung itu, kakinya berhenti.

Sebas merasakan sesuatu menyentuh celananya. Dia menurunkan tatapannya dan disana, menemukan apa yang tidak dia duga.

obyek, maka kamu tidak akan merasakan penyesalan apapun. Tapi jika kamu membalas dengan menganggap dia sebagai pegawai. Maka kamu telah melakukan apa yang sudah kamu lakukan ketika menyadari dia sebagai seorang manusia, benarkah? Aku akan tanya sekali lagi. Apa yang ingin kamu lakukan kepadanya?"

Pria itu berpikir sejenak. Namun-

Sebuah suara seperti diremukkan terdengar.

Kekuatan mengalir ke lengan Sebas, dengan sekejap membuatnya sangat menyakitkan bagi pria itu untuk bernafas.

"-Urrkgahhh!"

Pria itu berteriak dengan suara ganjil saat Sebas mengalirkan kekuatan ke tangannya, membuatnya semakin susah bagi pria tersebut untuk bernafas. 'Aku tidak akan memberimu waktu untuk berpikir', jawab langsung'. Pesan Sebas sangat jelas.

"Di-Dia sedang sakit. Aku sedang membawanya ke kui-"

"-Aku tidak suka kebohongan."

"Gaaghhah!"

Kekuatan dari lengan Sebas semakin kuat dan wajah pria itu menjadi sangat merah saat dia berteriak sekali lagi. Meskipun dia bisa menangguhkan seluruh rasa tidak percaya dan mengakui bahwa meletakkannya ke dalam karung untuk membawanya ke kuil adalah sebuah kemungkinan, Sebas tidak bisa merasakan sedikitpun kekhawatiran dari pria tersebut kepada gadis itu ketika karung yang sama dilempar ke tanah, seperti dia sedang membuang sampah.

"Hentikan... Gaah."

Dengan udara yang keluar dari tubuhnya, hidup pria itu dalam bahaya. Dia mulai memukul-mukulkan kakinya, tak mampu lagi berpikir yang lain.

Sebas dengan mudah menahan tinju yang mengarah ke wajahnya dengan satu tangan. Meskipun ayunan kaki pria tersebut mendarat di tubuh Sebas dan mengotori pakaiannya, Sebas tidak bergeming.

Sebas hanya memilih melakukan hal yang sama.

Sebas, yang tidak akrab dengan hukum negara ini, tidak akan mungkin bisa merespon jika pria itu menegurnya dengan hukum lain; meskipun pria itu berbohong. Pria itu akhirnya berada di posisi ini karena dia hanya tahu hukum dari yang dia dengar dan tidak repot-repot mempelajarinya.

Karena pengetahuannya terhadap hukum adalah apa yang dia dengar, itu akan kembali menggigitnya jika musuhnya memiliki untuk berdebat secara legalitas. Dan pria itu kelihatannya adalah anggota peringkat rendah dari organisasinya. Dia tidak terbiasa berada di posisi dimana dia membuat keputusan sendiri.

Sebas membuang matanya dari pria tersebut dan membawa mendekati kepala gadis itu.

"Apakah kamu ingin aku menolongmu?"

Sebas bertanya kepadanya. Dia mencondongkan tubuhnya ke arah bibir gadis yang retak dan mendesau itu.

Sisanya tidak bisa terdengar. Tubuh pria itu membeku, suaranya tersendat di tenggorokan.

"Apakah kamu berkata bahwa aku bohong?"

Sebelum siapapun bisa melihat, Sebas berdiri, menusuk pria itu dengan tatapannya.

Matanya sangat menakutkan.

Nafas pria tersebut menjadi pendek-pendek karena sensasi di hatinya yang hampir meledak.

"Apakah kamu mengklaim bahwa aku akan berbohong kepadamu?"

"Uh, ti.. tidak."

Gulp, Tenggorokan pria tersebut bergerak saat dia menelan air liur dalam jumlah besar yang dikumpulkan di mulutnya. Matanya menjadi terpaku ke lengan Sebas. Ketakutan yang dia dengan bodohnya lupakan karena tidak tahu tempatnya telah kembali.

"Kalau begitu aku akan membawanya bersamaku."

"A- Anda tidak boleh! Tidak, jangan, tuan, anda tidak boleh!"

Sebas menatap pria yang meninggikan suaranya lagi.

"Apakah kamu masih memiliki sesuatu untuk dikatakan? Apakah kamu mencoba untuk mengulur waktu?"

"Ti..Tidak tuan, bukan begitu. Aku bilang kepada anda bahwa akan menjadi masalah yang sangat besar jika anda membawa gadis itu, bagi anda dan juga bagi tuan anda. Eight Finger, apakah kamu tidak tahu mereka?"

Sebas telah mendengar mereka dari informasi yang dikumpulkan. Mereka adalah sebuah organisasi kriminal yang bergerak dari bayang-bayang Kingdom.

"Anda mengerti, ya kan? Tolong tuan, pura-pura saja anda tidak melihat apapun. Jika anda membawanya maka mereka akan menghukum saya karena sudah mengacaukannya."

Pria itu menyadari bahwa dia tidak bisa menang dengan kekuatan dan mengambil sikap memuji. Sebas melihatnya dengan tatapan dingin dan berbicara dengan suara yang dingin pula.

"Aku akan membawanya denganku."

"Ampuni aku, Aku mohon pada anda! Aku bisa tewas!"

Mungkin seharusnya aku membunuhnya disini.

Sebas terjatuh ke dalam pemikiran. Dia bisa mendengar pria yang menangis itu sambil menimbang konsekuensi positif atau negatif dari membunuhnya.

Meskipun dia mengira bahwa pria itu mencoba untuk mengulur waktu agar sekutunya tiba, dia menyingkirkan kemungkinan itu saat melihat sikapnya.

"Mengapa kamu tidak memanggil bantuan?"

Pria itu berkedip dan langsung membalas.

Menurutnya, jika dia kehilangan mereka ketika dia meminta bantuan, kenyataan bahwa dia membuat kesalahan fatal akan diketahui oleh kawan-kawannya. Dia juga tidak berpikir bahwa mereka akan menang sepertinya, meskipun dengan lebih banyak orang. Itulah kenapa dia mencoba untuk meyakinkan Sebas untuk berubah pikiran.

Melihat sikap menyedihkan itu, Sebas merasa tekanan telah lepas dari tubuhnya. Nafsu membunuhnya telah hilang. Meskipun, dengan berkata demikian, dia tidak berniat untuk menyerahkan gadis itu kepadanya. Jika begitu-

"....Bagaimana kalau kamu lari?"

"Itu tidak mungkin tuan. Aku tidak punya uang untuk itu."

"Meskipun aku tidak mengira itu akan lebih mahal dari nyawamu...Aku akan memberimu uang."

Cahaya kembali ke wajah pria itu dari perkatan Sebas.

Meskipun lebih aman baginya untuk membununya, jika dia mati-matian kabur maka setidaknya akan mengulur waktu. Sementara itu, dia bisa merawat luka gadis tersebut dan memindahkannya ke tempat yang aman.

Dan jika dia harus membunuh pria itu disini, ada kemungkinan besar mereka akan mencari gadis yang langsung hilang.

Mirip dengan bagaimana keadaan akan berakhir seperti keadaan gadis ini yang nantinya tidak diketahui, dia tidak bisa menyingkirkan kemungkinan bahwa ini akan melukai rekan dan keluarganya.

Sebas bingung. Mengapa dia harus sejauh itu untuk menerima seluruh resiko?

Dia tidak mengerti dimana tempat yang memicu hatinya untuk menyelamatkan gadis ini dari tempat asalnya. Penghuni Nazarick yang lain pasti akan mengabaikannya, berkata bahwa mereka tidak bisa diganggu. Mereka akan mencoba melepaskan tangan gadis itu dan pergi.

-Seseorang harus menolong orang lain yang sedang membutuhkan.

Sebas merespon pria itu, menyingkirkan riak di hatinya yang bahkan dirinya sendiri tak bisa menjelaskan. Sekarang bukan waktunya berpikir demikian.

"Gunakan uang itu untuk mempekerjakan seorang petualang dan lakukan apapun sebisamu untuk kabur."

Saat Sebas mengeluarkan kantung kulit, mata pria itu dipenuhi dengan keraguan. Jumlah uang yang bisa mencukupi kantung kecil itu tidak cukup.

Namun, beberapa saat kemudian, mata pria tersebut menjadi terpaku pada koin-koin yang dilemparkan ke tanah. Kilauan yang seperti perak itu adalah platinum yang digunakan ketika melakukan perdagangan antar negara. Bernilai sepuluh kali lebih besar dari emas, sepuluh koin itu berserakan.

"Semuanya, apakah kamu mengerti? Aku juga punya beberapa pertanyaan. Berapa lama kamu harus menjawab mereka?"

"Uh, untuk sementara tidak apa. Menyingkirkan.. um, tidak, aku bilang pada mereka aku akan pergi untuk membawa mereka ke kuil jadi aku agak telat."

"Ternyata begitu. Kalau begitu ayo pergilah."

Membuat perkataannya seringkas mungkin, Sebas memberi isyarat kepada pria tersebut dengan dagunya dan berjalan dengan gadis itu di tangannya.