Setelah bertukar pengamatan seperti ini beberapa saat, Maharaja Kematian sekali lagi mengangkat tangan yang tidak memegang tongkat dengan lembut ke area dadanya. Beberapa lizardmen yang melihat tindakan ini ekornya meliuk-liuk dengan kuat.
"Jangan takut. Jangan menunjukkan penampilan yang memalukan di depan musuh kita."
Teguran Zaryusu yang setajam silet membuat seluruh lizardmen yang ada di sana langsung mengangkat kepala dan meluruskan punggung mereka.
Sejumlah awan hitam muncul di depan Maharaja Kematian, berjumlah dua puluh. Awan hitam tersebut berputar tanpa henti, semakin besar dan masing-masing menjadi berukuran sekitar seratus limat puluh sentimeter. Tak lama, wajah-wajah menakutkan muncul dari dalam awan hitam.
"Itu adalah..."
Zaryusu teringat bahwa itu adalah monster yang mendekat desa, dan juga monster undead yang sama yang dia temui ketika perjalanannya.
Meskipun dia sudah menjelaskan ini di desa Crusch, kecuali kalau mereka menggunakan senjata magic, senjata yang ditempat dari logam spesial, magic atau seni beladiri spesial, akan sangat sulit melukai makhluk tak berbadan semacam ini.
Bahkan ketika seluruh suku lizardmen dikumpulkan, mereka hanya memiliki jumlah senjata magic sangat kecil, itu artinya bahkan untuk mengalahkan satu saja dari mereka sangat sulit.
Belum lagi lawan telah mensummon dua puluh monster semacam itu dengan sangat mudah.
"...Jadi, itu artinya bisa mengendalikan kematian itu sendiri."
Zaryusu berpikir sendiri dengan putus asa bahwa musuhnya memang makhluk yang luar biasa kekuatannya bisa memiliki lich yang kuat dan setia kepadanya.
Setelah Maharaja Kematian mengeluarkan beberapa kalimat, dia mengulurkan tangannya dan melambai seakan bermaksud untuk menyuruh semuanya menyerang. Selanjutnya, monster-monster itu melayang kemari, mengelilingi desa dan mulai berkata secara serentak.
[Supreme One mengirimkan pesan ini kepada kalian.]
[Supreme One meminta berdialog. Wakilnya diharapkan untuk maju.]
[Jika kalian membuang-buang waktu kami, hanya akan membuat marah Supreme One]
Setelah deklarasi yang bersamaan ini, undead yang tak memiliki tubuh tersebut kembali ke sisi tuan mereka.
"Ha...?Tidak mungkin... Hanya itu?"
Zaryusu terpaku diam saat mengatakan ini.
Jadi dia mengirimkan undead sekuat itu hanya untuk menyampaikan pesan ini?
Namun, apa yang lebih sulit dipercayai adalah ketika gadis berambut perak, yang sedang menunggu di belakang, terpaksa menggunakan kedua tangannya untuk bertepuk tangan ketiak dia menerima instruksi dari Penguasa Kematian.
Saat tangan tersebut bertepuk - undead itu langsung binasa.
"Apa!"
Zaryusu, yang sangat terkaget, tidak sadar berteriak.
Karena gerakan itu bukan untuk mengembalikan monster yang di summon, tapi untuk menghabisi mereka.
Priest bisa menghabisi Undead. Meskipun biasanya mengirimkan mereka kembali bukanlah hal yang mudah, jika ada dua individu dan ada perbedaan kekuatan yang luar biasa, mereka bisa melakukan lebih dariapda membuat undead tersebut mundur, dan bahkan secara langsung menghabisi mereka. Namun, menghabisi sekelompok undead di saat yang bersamaan adalah hal yang mustahil.
Apa artinya itu adalah kekuatan gadis berambut perak itu setara dengan Maharaja Kematian. Jika begitu, maka yang lain yang berada di sampingnya juga takutnya juga sama.
"Ha ha ha ha-"
Zaryusu tidak bisa menahan tawanya sendiri.
Itu adalah hal yang wajar. Saat ini apa yang bisa dia lakukan selain tertawa? Jika perbedaan kekuatan mereka begitu -
"Adik!"
"-Ah, kakak!"
Zaryusu membalas saat dia menoleh ke sumber suara dari bawah dinding lumpur, dan menemukan baik Shasuryu dan Crusch yang telah tiba di dinding. Keduanya memanjat dinding lumpur dan melihat ke arah rombongan magic caster tersebut.
Crusch terpaksa terjepit diantara Zenberu dan Zaryusu, hampir menyebabkan Zenberu terjatuh. Namun, ini seharusnya termasuk tindakan yang bisa dimaafkan.
"Apakah itu adalah pimpinan musuh? Suasana di sekitarnya sangat kuat hanya dengan melihat ke arahnya bisa membuat seseorang bergiding hingga tulang-tulangnya. Meskipun penampilannya mirip dengan lich yang kamu kalahkan... tapi kekuatan kedua indidivu tersebut sangat tidak bisa dibandingkan..."
"...Kakak, apakah kamu sudah menyelesaikan bagianmu?"
"Mm, kurasa cukup. Magic cadangan milikku dan Crusch telah habis. Terlebih lagi, setelah mendengar ucapan makhluk itu.. Aku juga berpikir kita harus menguatkan tekad untuk masalah ini dahulu. Meskipun begitu... Zaryusu, maukah kamu ikut denganku?"
Zaryusu melihat tanpa berkata apapun kepada Shasuryu beberapa saat, lalu mengangguk dalam-dalam. Shasuryu menunjukkan muka sedih sesaat, tapi langsung kembali normal, cepat sekali sehingga tak ada yang tahu ekspresinya.
"Maaf."
"Tidak usah dipikirkan, Kakak."
Shasuryu hanya meminta maaf sebelum melompat dari dinding lumpur, menapak lapisan es yang menyelimuti wetland, dan mengeluarkan suara percikan.
"Aku pergi dulu."
"Hati-hati."
Setelah Zaryusu memeluk Crusch dengan erat, dia juga mengikuti Shasuryu dan melompat ke wetland.
Zaryusu dan Shasuryu berjalan menyeberangi es tipis di danau, bergerak maju bersama-sama. Setelah mereka berjalan melewati pintu masuk utama, Zaryusu merasa kelompok Maharaja Kematian menatap kuat keduanya, seakan atapan itu membawa kekuatan tekanan yang sebenarnya. Dia mati-matian menahan emosi kuat dalam dirinya yang mengatakan kepadanya untuk kabur.
Saat ini, Shasuryu berbicara.
"...Maaf."
"...Maaf utuk apa, kakak?"
"...Jika negosiasinya berantakan, musuh mungkin akan membunuh kita berdua disana."
Zaryusu sudah mempersiapkan mentalnya sejak lalu. Itulan kenapa dia memeluk Crusch dengan erat-erat sebelumnya.
"...Mempertimbangkan jumlah musuh, aku tidak bisa membiarkan kakak maju sendirian. Jika kamu sendirian, musuh mungkin juga akan berpikir bahwa kita tidak cukup hormat kepada mereka."
Diantara lizardmen, Zaryusu memang sangat terkenal, dan sangat cocok untuk mengambil bagian dalam negosiasi. Namun, identitasnya adalah seorang traveler, oleh karena itu meskipun jika dia dikorbankan, tidak akan mempengaruhi struktur kelompok lizardmen. Dari sudut pandang ini, kehilangannya tidak akan banyak disesali.
Bahkan jika sang pahlawan terbunuh, selama ada kepala suku lain yang tersisa, pertempuran akan berlanjut, yang disayangkan adalah kehilangan dari Frost Pain. Tanpa itu, tidak ada artinya untuk menahan angin dingin yang datang dari danau yang beku.
Keduanya terus berjalan maju tanpa bersuara, selangkah demi selangkah semakin dekat dengan kematian.
Mereka tiba di depan tangga undead yang menuju ke singgasana, dan mengumumkan kedatangan meeka dengan keras. Jika singgasana itu terletak semakin jauh, mereka bisa memilih untuk memanjat tangga itu daulu, tpai musuh berdiri di tepi tangga, menunjukkan bahwa mereka tidak berniat untuk naik.
Sang raja harus duduk di tingkat yang lebih tinggi.
Meskipun lizardmen tidak memiliki peraturan semacam itu, banyak suku yang memiliki kebiasaan dimana mereka yang memiliki posisi yang lebih tinggi akan memandang rendah yang lain. Tentu saja, dari sudut pandang yang berbicara, ini termasuk sikap tidak menghormati pihak lain.
Oleh karena itu, meskipun di permukaan disebut negosiasi, kenyataannya tidak ada niat negosiasi ini akan dilakukan dengan menggap pihal lain setara.
Namun, meminta kesetaraan dalam pembicaraan ini adalah hal yang terlalu berlebihan dalam percaya diri. Memang benar, Zaryusu dan yang lainnya telah memenangkan pertempuran sebelumnya, tapi setelah melihat barisan pasukan musuh di atas batu besar, mereka terpaksa menyadari bahwa kemenangan mereka sebelumnya tidak berarti meskipun mereka tidak ingin mempercayainya. Seluruhnya hanyalah sebuah permainan.
"Aku adalah Zaryusu Shasha!"