Fahrenzyana dan Devan adalah musuh bebuyutan. Tiada hari mereka lewati tanpa pertengkaran. Ibarat air dan minyak, bumi dan langit, juga kucing persia dan kucing garong. Keduanya memiliki perbedaan yang cukup besar. Pemikiran yang tidak sejalan membuat adu mulut antara keduanya tak terhindarkan.
Bagi Devan, si cewek keras kepala dan taat aturan itu harus dihindari kalau nggak mau berurusan sama rumus dan hitungan yang memuakan. Sedangkan Fahrenzyana harus berusaha mati-matian meningkatkan nilai si bengal Devan meskipun dengan hati dongkol setengah mati, iya, demi mendapatkan nilai tambahan. Fahrenzyana harus bersabar selama beberapa bulan.
Hingga sebuah rasa menyelinap di antara keduanya, menggabungkan sepotong hati satu sama lain, memaksa mereka untuk menjadi saling. Saling memahami, saling mengerti, saling menguatkan, dan saling memberi jarak untuk kebaikan semua orang.