Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Hell Slavian

🇮🇩Awdspectre673
5
Completed
--
NOT RATINGS
24.5k
Views
Synopsis
Gustaph "Magenta" Selvanas, remaja 19 tahun dari El Dunya yang tertakdir sebagai seorang Slavian. Diawali pertemuannya dengan seorang raja iblis yang mengiming-iminginya sebuah kekuatan luar biasa yang dapat menghancurkan seluruh musuhnya. namun, apa yang ia dapatkan hanyalah sebuah penyesalan. Hingga Sang Penguasa membentangkan tangan-Nya dan mengutus Sang Merpati Putih menjemputnya menuju El Berrix sebelum salah satu bawahan sang raja iblis mengambilnya terlebih dahulu. Gustaph memulai perjuangannya untuk membebaskan diri dari ikatan belenggu sang iblis dan menyelamatkan seluruh kerajaan dari huru-hara agresi pasukan neraka.
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

CATATAN PENULIS:

*Kalian boleh skip bagian ini dengan menggeser horizontal bar hingga ke cerita :)

Hello guys, ini pertemuan kedua kita di Webnovel.com masih bersama Writer, Aw D'$pectre. BTW, gimana liburan elu-elu pada? pada mudik, jalan-jalan, atau diem dirumah aja sambil nonton film-film action? and... seberapa banyak THR yang bisa elu dapet tahun ini? sedikit-banyak, syukurin aja ya guys, alhamdulillah :)

Sebelum gue mulai cerita gue, gue pengen minta maaf. karena udah cukup lama gak updates lagi cerita gue di Webnovel, baik itu BAYANGAN SANG LILY ataupun HELL SLAVIAN. bukan karena gue liburan guys, emang semangat gue lagi down... :(

Dan pemberitahuan buat elu-elu semua guys, gue so...so...sorry banget. sekali lagi gue harus nge-reset cerita HELL SLAVIAN gue. so... prolog dari cerita ini, gue buat ulang lagi dari awal karena gue ngerasa... kayaknya gaya menulis gue beda banget gitu. serasa... jadi, ini bukan tulisan gue. dan gara-gara versi sebelumnya, tangan gue gak bisa gue gerakin lagi. karena... gue gak tahu lagi harus bikin ceritanya kayak gimana? sekalipun alurnya sama.. tetep aja konsepnya beda... -_-

Gue harap elu semua gak marah sama gue ya...

Sebagai gantinya, gue bakal posting 3 bab sekaligus buat cerita ini. Prolog, Bab 1, dan Bab 2. dan mudah-mudahan kalian bisa terhibur dengan cerita ini.

BTW, untuk HELL SLAVIAN, gue ubah sudut pandang gue sebagai seorang penulis. jadi Gue tempatkan Gustaph selaku tokoh utama sebagai 'dia' alias kata ganti orang ketiga. dan... harus elu tahu juga, cerita ini per babnya agak panjang, so... sebelum mulai baca silahkan pemanasan dulu ya, guys :D

Dan kabar gembira buat elu semua yang nunggu kisah BAYANGAN SANG LILY, gue bermaksud untuk nerusin lagi cerita tersebut. lumayan, lah... buat selingan gue pas lagi gak ada ide buat nulis HELL SLAVIAN. so, mohon maaf banget ya, untuk cerita ini, jangka waktu terbitnya akan cukup lama. tapi gue bakal usahakan biar bisa rilis 1 bab/minggu.

Dan terakhir, gue ada niat pengen bikin audiobook buat cerita gue ini. gimana menurut lu? kalo bagus bisa langsung komentar aja ya... ;)

Oh, ya biar elu semua gak ketinggalan cerita gue, elu bisa add gue di Facebook dengan nama yang sama: Aw D'spectre. ya... sekalian, yang mau kenalan guys... ^_^

Ok, tanpa panjang kali lebar... karena panjang kali lebar sama dengan luas... -_-" langsung saja kita mulai ceritanya!!

********[PROLOG HELL SLAVIAN]********

Suara longlongan dari serigala lapar, menggema di dalam hutan. Meminta mereka untuk berpencar tanpa tujuan.

Sebagai prajurit terendah di Teokrasi, apapun yang mereka lakukan hanyalah sebuah cabang jalan untuk mendekatkan diri mereka dengan kematian. Namun satu-satunya perbedaan di antara adalah cabang-cabang jalan itu hanyalah seberapa sakitkah kau akan merasakan kematian tersebut?

Bukan tanpa sebab mereka diutus untuk melakukan penyusupan bodoh seperti ini. Tetapi, menghancurkan Kerajaan Varaashia juga bukan inti dari misi mereka.

Ini tidaklah lebih dari sebuah misi bunuh diri, sebuah bentuk lain dari metode hukuman mati yang ada.

Setelah mendapatkan banyak penderitaan fisik dan psikis, kehidupan dan kehadiran mereka bagi Teokrasi tidaklah lebih dari sebuah mainan bagi prajurit asli kelas atas. Direkrutnya mereka menjadi seorang prajurit tidak menjadikan kehidupan mereka aman atau tenteram. Bahkan, untuk meninggalkan kehidupanpun mereka harus berakhir bodoh seperti sekarang.

Mati oleh Jewish Sang Paulus, atau diterkam oleh serigala buas dan lapar…

Apakah mereka masih punya hak untuk hidup?

"Menyerahlah dan terimalah kematianmu, aku akan dengan senang hati memerintahkan peliharaanku ini agar membunuhmu tanpa rasa sakit."

Salah satu prajurit itu sudah berada di ujung tanduk. Belakangnya hanyalah sebuah dinding tanah yang tinggi. Coba berlari dari para serigala itu hanya akan mempercepat kematiannya.

Mengacungkan senjata juga tidak akan mungkin, jumlah mereka terlalu banyak dari yang biasa Zahde buru dahulu.

Haruskah aku menggunakan jurus terlarang itu agar ia mau mendengarkanku?

Sebagai seorang pemimpin, ia sangat memikirkan masa depan sahabat-sahabatnya yang lain dalam misi ini. Jika Zahde bisa bernegosiasi dengan damai ataupun dengan kekerasan, apapun akan dilakukannya untuk menjamin hidup mereka sekalipun nyawanya menjadi bayaran untuk semua itu.

Dalam diamnya Zahde mempersiapkan dirinya menjemput kematian, seraya mengingat saat ia masih bersama sahabat-sahabatnya itu selagi masih dapat ia lakukan.

Mengeluarkan pedang itu dari sarungnya, lalu membenamkannya seraya bertekuk lutut.

"Sepertinya kau sudah tidak punya harapan untuk hidup. Baiklah, akan ku kabulkan permohonanmu. Adik-adikku, terkam ia dengan taring-taring kalian!"

Para serigala itu berlari ke arahnya dengan cepat dengan mata menatap penuh dengan rasa lapar. Merekapun melompat, bersiap menyergap mangsanya di depan…

Di saat itulah ia mulai mengaktifkan kemampuan terlarangnya.

"[Tekhnik penguat diri: Gerbang Zehdian, gerbang pertama terbuka!]"

Sebuah aura luar biasa dari tubuhnya keluar dan membara seperti sebuah api. Ledakannya juga kuat untuk menghantam para serigala-serigala itu hingga membuat mereka terluka cukup parah. Bentuk ledakannya itu seperti sebuah pusaran angin berbentuk bola yang kian membesar dan mendorong apapun di sekitarnya.

"Adik-adikku!"

Alhasil keruasakan yang dihasilkan cukup parah. Pepohonan banyak yang tumbang, bebatuan hancur menjadi potongan yang lebih kecil, bunga-bunga yang tumbuh di sekitaran tidaklah lebih seperti helaian dedaunan yang berguguran.

Helaian dedaunan itu jatuh menghujani Zahde dengan kekuatannya yang telah melapaui batas manusia pada umumnya.

Akibat dari terbukanya gerbang pertama dari ketujuh gerbang Zehdian, ia dapat menampung jumlah mana melebihi batas yang ia miliki. Selain itu, kekuatannya juga meningkat dua kali lipat dari sebelumnya.

Begitupun jika Zahde membuka gerbang berikutnya hingga gerbang ketujuh. Akan ada lebih banyak kekuatan yang bisa ia dapatkan.

Meskipun demikian, jurus ini berakibat sangat fatal pada penggunanya.

Dimulai dari gerbang pertama, tubuh tidak akan sanggup menerima jumlah kekuatan lebih dari yang dapat ditampungnya. Namun, karena Zahde terbiasa memakai kekuatan ini hingga gerbang ketiga, ia tidak merasakan rasa sakit sedikitpun.

Namun untuk gerbang keempat dan seterusnya, kerusakan yang dihasilkannya juga kian fatal. Pembuluh darah, organ fital, dan organ tubuh dalam juga luar bisa ikut hancur dan meluruh menjadi kekuatan yang dihasilkan oleh kekuatan tersebut. Hingga gerbang ketujuh adalah gerbang kehidupan, dimana sisa daya hidupnya akan dikuras habis menjadi kekuatan dahsyat sampai akhirnya ia tidak lagi bernapas.

Zahde berharap hanya akan menggunakannya hanya sampai sini atau mungkin sampai gerbang ketiga jika terpaksa. Tetapi…

"KETERLALUAAANNN!!!"

Setelah orang itu menunjukkan dirinya dan meratapi keadaan peliharaannya yang terluka sangat parah. Tentu saja, amukan luar biasa meledak dalam dirinya sebagai tanda tidak terima.

…ini akan menjadi sangat sulit.

Amukan itu adalah kumpulan mana yang keluar dari tubuhnya dan berputar seperti pusaran angin. Di saat yang sama, Zahde menyadari adanya perubahan pada tubuh orang di depannya.

Tubuh orang itu terlihat semakin lama semakin membesar. Bukan menggembung, melainkan semakin berisi. Terlihat kekar dan berotot. Nampak sekali urat-urat di dalam kulit itu agak mencuat berwarna kehijau-hijauan. Urat-urat itu nampak di kedua lengan dan kakinya di atas otot-ototnya yang begitu kekar.

Zahde sudah menduga kalau musuhnya ini bukanlah manusia sejak awal. Mata dan telinga yang berbeda sekali dengan yang Zahde miliki menjadi tandanya. Kini semakin terlihat jelas setelah sebuah garis lurus itu kian membesar bersama di atas bola matanya. Itu adalah mata serigala. Sedangkan telinganya yang sebelumnya nampak lebih mirip dengan kucing, kini semakin jelas setelah membesar dan menumbuhkan bulunya.

Bulu berwarna hitam keabu-abuan itu mulai tumbuh di sekujur tubuhnya. Rambut manusia yang dikenal kini berubah menjadi bulu yang selalu menutupi seluruh tubuh serigala pada umumnya. Kuku berubah menjadi cakar tajam dan panjang, juga nampak taringnya mencuat dari dalam mulut.

Selesai sudah perubahannya. Musuhnya bukanlah lagi manusia, melainkan sesosok serigala yang dapat berdiri tegak dengan ekor berambut tebal di bawah punggungnya.

Iya, dia adalah seorang solomon dari ras Werewolf.

Sepertinya, Zahde telah memilih pilihan yang salah.

"Dengarkan aku, wahai solomon tangguh. Aku datang ke sini karena terpaksa. Ini bukan keinginanku, tolong mengertilah. Jika kau membiarkanku bicara, segala informasi yang kalian inginkan akan ku berikan dengan senang hati."

"Jangan pernah membohongi aku! Itu hanya caramu agar bisa memata-matai negara kami, bukan? Cara yang sama bagaimana kau menghancurkan negara Velas. Sebagai prajurit rendahan, kau tidak lebih pantas mendapatkan gelar selain kehinaan di mata kami."

Zahde meneguk ludahnya sendiri. Negara Velas, itu juga rumahnya…

"Kalian bahkan sudah membumihanguskan ras kami di hutan Wolverin. Apa kalian masih belum puas hanya karena empat orang ini masih hidup?"

"Tunggu dulu, apa maksudmu?"

"Lupakan saja! Kalian hanya akan senang melihat kisah tragis orang lain. Mungkin jika aku memberikanmu hal yang sama, kau akan mengerti apa arti kesedihan bagi kami."

Zahde menundukkan kepala, ini sama sekali tidak akan berhasil.

Sekarang ia sudah benar-benar putus asa.

"Tadinya aku pikir, aku bisa membuatmu mengerti. Tapi sepertinya aku sudah salah duga."

Iapun membuka [Gerbang Zehdian: Gerbang ketiga] langsung tanpa membuka yang kedua.

"Kalau begitu, aku akan membuatmu mengerti dengan seluruh kekuatanku." Tegasnya kepada Sang Solomon di hadapannya, dengan mata tajam penuh keberanian.