"Maaf Bu, saya hanya kemari untuk menyapa teman saya, tapi sepertinya dia bukan di kelas ini" Adith menjawab dengan tenang, meski sebenarnya cukup salah tingkah karena mengira Alisya, akan melihatnya. Namun, wanita itu masih tetap pada posisinya memadang langit.
"Begitu yah... Ya sudah, kamu bisa balik ke kompleksmu juga. Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan pada siswa saya, karena bisa dikunjungi oleh siswa nomor satu di sekolah ini." Ibu Arni tau betul siapa yang berada di depan ruang kelasnya saat ini. Jika pada seluruh kompleks terdapat banyak elit dari kalangan atas, maka mereka masih berada jauh di bawah Adith. Dialah elit yang sesungguhnya.
"Baik bu, kalau begitu saya permisi. Maaf sudah mengganggu." Adith segera berpamitan dengan sedikit anggukan dan senyuman yang membuat ibu Arni terpaku sejenak sebelum menjawab.
"I... Iya, tidak masalah." ibu Arni gagap dan merona karena ketampanan Adith yang terlihat tulus akan senyumnya.
"Sungguh ketampanan yang tidak bisa aku saksikan setiap hari." Pikirnya dan terbatuk malu akan umurnya.
Adith berjalan keluar pintu setelah cukup puas untuk setidaknya memastikan wajah yang cukup menarik baginya. Bukan karena paras cantik atau pesona tubuhnya, melainkan sesuatu yang berbeda yang ada dalam diri Alisya.
"Sepertinya sekolah ini akan sedikit menarik. Aku harap kali ini, sekolah ini tidak akan membuatku bosan." Pikir Adith sambil mengukir senyum penuh arti melangkah pergi di ikuti para siswi elit yang belum beranjak dari tempat itu.
***
"Baiklah, sebagai wali kelas kalian, pagi ini kita akan mendiskusikan mengenai pemilihan ketua kelas, wakil serta bendahara, yang akan bertanggung jawab penuh terhadap kelas kita kedepannya." Ibu Arni memulai kelas dengan terlebih dahulu menginstruksikan seluruh siswanya untuk mengatur koordinasi kelas.
"Apakah ada yang berencana untuk ambil bagian? Saya harap kalian semua mau ikut dalam hal ini, agar kita bisa sedikit lebih aktif kedepannya." Lempar bu Arni, ke seluruh siswa yang ada di dalam ruangan.
"Itu bu, bagaimana kalau Alisya. Saya rasa, dia bisa jadi pemimpin kelas yang baik" terang Rinto menujuk Alisya, yang masih menengengadah ke langit dengan mata tertutup. Hanya Alisya seorang yang tidak ingin ikut terlibat dengan apa yang sedang dilakukan oleh teman-temannya saat ini.
"Saya juga setuju Bu, Alisya memang sangat cocok untuk posisi ini." tambah Yogi dengan semangat. Keduanya memang sangat berharap kalau dalam pemilihan ketua kelas ini, Alisya menjadi orang yang akan menjadi ketua kelas mereka.
"Kalian apa-apa'an sih... Memangnya siapa Alisya? Dia tampak seperti seorang pemalas dan pembangkang, mana cocok dia dijadikan sebagai ketua kelas. Kamu mau buat kelas kita menjadi kelas yang tidak berkualitas dengan memilih pemimpin seperti dia?" Bantah Yuyun sinis dengan eskpresi yang sangat jelas, bahwa dia sangat tidak ingin kalau Alisya akan menjadi ketua kelas mereka.
"Lebih cocok Miska, dia cerdas dan sudah banyak pengalaman dalam menjadi ketua kelas. Dia juga cantik dan penuh perhatian terhadapan orang lain, di bandingkan dengan dia yang tidak punya sopan santun itu, yang sedari tadi tidak memperdulikan ibu guru yang sudah masuk!" Sambung Nely langsung mengajukan Miska, sebagai kandidat utama ketua kelas.
Nely dan Yuyun merupakan sahabat dekat Miska, sehingga tentu saja dia akan memilih Miska, untuk di jadikan sebagai ketua kelas dibadingkan dengan Alisya. Melihat Alisya mendapatkan perhatian lebih dari para cowok, membuat mereka semakin membenci Alisya, meski sebenarnya Alisya, juga tidak tahu akan yang sedang mereka perdebatkan saat itu.
"Adora... Sentuh pundak Alisya!" pinta ibu Arni yang sudah menghafal nama mereka sewaktu absen tadi sebelum perdebatan ini di mulai.
Ragu ragu Adora menepuk pundak Alisya dengan lembut. Sadar akan tepukkan yang terasa sedikit hangat dan gemetar, Alisya berbalik melihat Adora dan memandangnya bingung.
"???"
"I.. Ibu guru..." Lirik adora kedepan kelas untuk mengarakan pandangan Alisya kepada ibu Arni.
"hmmm... " ikutnya menoleh kedepan kelas dengan tetap membiarkan hedset itu terpasang di telinganya.
"Kamu mau jadi ketua kelas? Wakil atau Bendahara? " Ibu Arni hanya menggerakkan bibirnya tanpa bersuara. Ibu Arni punya alasan khusus kenapa dia hanya melakukan hal tersebut kepada Alisya.
Alisya juga tidak bersuara dan hanya menggelengkan kepalanya kemudian kembali menoleh ke jendela.
"Dasar tidak sopan. Sombong sekali dia berprilaku seperti itu dihadapan ibu guru. Apa ini yang kalian bilang pemimpin? Dia bahkan tidak membuka hedset-nya saat ibu guru sedang berbicara kepadanya." geram Yuyun menatap tajam ke arah Yogi dan Rinto yang telah mendukung Alisya.
"Diam kau, sebaiknya kamu hati-hati dengan apa yang kamu ucapkan, jika tidak mengenal siapa Alisya." Ancam Rinto merasa kesal dengan perkataan Yuyun. Rinto sedikit melirik kepada Alisya, berharap dia tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Yuyun.
"Ku harap Alisya, tidak melihat apa yang kamu katakan!" tambah Yogi yang juga ikut melirik ke arah Alisya, dengan tatapan takut.
"Melihat?! Pfftttt hahahaha... Bukankah seharusnya yang kamu katakan adalah mendengar? Berarti dia itu tuli yah? Makanya itu yang buat ibu guru berbicara tanpa mengeluarkan suara tadi?" ejek Nely dengan cekikikannya yang tak berhenti menghina Alisya.
Bagi para siswi yang tidak mengenal Alisya, dia bukanlah seseorang yang akan mendapatkan perlakuan khusus dari mereka. Secara tidak langsung mereka sudah menumbuhkan kebencian di dalam diri mereka terhadap Alisya saat itu.
Baru saja Siswa lainnya ingin menjawab dan membantah perkataan Nely dan Yuyun, ibu Arni sudah menghentikan perdebatan mereka dengan tegas.
"Cukup, Nely hati-hati terhadap lidahmu!" tegas Ibu Arni.
"Kalau begitu Miska yang akan menjadi ketua kelas. Sisanya biar Miska yang mengambil keputusan." Lanjutnya lagi langsung mengambil keputusan agar tidak ada lagi perdebatan yang terjadi di antara mereka.
"Baik Bu!" ucap Miska menunduk memberi hormat.
"Sisanya saya serahkan kepadamu saja, saya harap kalian semua mendengarkan apa yang dikatakan oleh Miska." Tegas Ibu Arni mengukuhkan posisi Miska sebagai ketua kelas kepada semua siswa dan siswi di kelas MIA 2 tersebut.
"Iya bu…" ucap mereka dengan kompak kepada ibu Arni.
Miska yang merupakan seorang anak yang cukup cerdas dengan pembawaan yang anggun. Dia tidak perlu berkata banyak karena dua orang pengikutnya secara tidak langsung sudah bisa mewakilinya. Untuk menjaga Image anggunnya, ia lebih memilih untuk membiarkan dua orang itu saja yang berkotek-kotek untuknya.
Setelah Ibu Arni pamit, suasana rungan kembali ribut namun tidak kembali membahas masalah sebelumnya karena dihentikan oleh Miska. Yuyun dan Nely menjadi Wakil ketua kelas dan Bendahara atas keputusan Miska. Baginya, memilih mereka berdua jauh lebih mudah di atur di banding harus memilih yang lainnya.