Sudah berkali-kali Rexan membolak balikkan berkas file pekerjaannya. Pikirannya sama sekali tak tenang. Ia memikirkan Chelsea.
Semenjak tadi pagi Chelsea berpamitan untuk pergi bersama Reno untuk menandatangani kontrak untuk pemotretannya, rasanya hati Rexan sangat kacau. Entah apa yang ada dipikirannya, namun hatinya seakan-akan berkata bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Chelsea.
Bahkan sampai berada di dalam cafe pun, pikiran Rexan tetap memikirkan istrinya itu.
"Rex!" Panggil Jodie untuk yang ketiga kalinya.
Rexan pun tersentak kaget begitu tahu bahwa Jodie memanggil dirinya. "Hah? Apaan?" katanya.
Jodie berdecih kecil, "Mikirin apaan sih? Gak biasa-biasanya lo begini. Ada masalah sama perusahaan?" tanyanya.
"Nggak. Bukan itu."
"Terus kalo bukan itu, jadinya apa?" tanya Jodie.
Laki-laki itu terdiam.
Jodie mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan-akan mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh sahabatnya itu. "Kayaknya gue tau nih," katanya.
"Tau apa?" tanya Rexan.
"Pasti urusan Chelsea."
Lagi-lagi Rexan terdiam. Ia tak menjawab pernyataan dari Jodie karena memang begitu adanya. Sedari tadi, ia memang memikirkan Chelsea.
"Ada apaan sih?" tanya Jodie. "Berantem lagi?"
Rexan menoyor kepala Jodie, "Mana ada berantem, sembarangan."
"Terus?"
"Ya gatau aja, kayak kenapa ya perasaan gue ga enak banget gitu. Kayak nggak tenang aja bawaannya," kata Rexan. "Si Chelsea mau pemotretan katanya, tapi kenapa kayak ada yang ngeganjel gitu." Rexan bercerita kepada sahabatnya itu.
Jodie memicingkan kepalanya, "Ya emangnya kenapa kalo dia mau pemotretan? Yaudah lah Rex, kalo menurut gue, lo cuma terlalu takut aja. It'll gonna be fine, bro. Santai."
Rexan menganggukkan kepalanya, "Iya. Semoga ya."
===
Dilain sisi, Chelsea berada di sebuah restaurant mandarin bersama dengan Reno. Chelsea sudah tak sabar untuk segera bertemu dengan orang yang Reno maksud, untuk segera menandatangani kontrak pemotretannya.
"Chel tunggu di sini sebentar ya, aku ke toilet dulu. Sebentar lagi orangnya bakalan datang," kata Reno.
Chelsea menganggukkan kepalanya mengerti. "Oke," jawabnya.
Benar saja.
Tak lama setelah itu, ada seseorang yang datang menghampiri meja dimana dirinya sedang duduk.
Kok kayak kenal? batin Chelsea.
Gadis itu memicingkan matanya, mencoba memperjelas penglihatannya.
Matanya terbelalak kaget saat mengetahui bahwa orang yang datang menghampiri dirinya adalah...
"Ken?!" Kata Chelsea spontan. "Kamu ngapain disini?"
"Loh? Chelsea? Kamu disini?" tanya Ken.
Tiba-tiba saja Reno muncul di hadapan mereka berdua. "Loh Ken? Chel? Kalian berdua saling kenal?" tanyanya.
"Hm... iya dia—"
"Temanku," kata Chelsea langsung. "Teman masa SMA, kya kan Ken?" tanyanya.
Reno menganggukan kepalanya, "Wah, kebetulan banget dong ya. Chelsea ini kakak ipar gue, Ken. Kenalin," katanya. "Ternyata benar, dunia memang sempit banget. Jadi Ken, Chelsea ini yang bakalan jadi model kita. Gimana?" tanyanya.
Ken tersenyum tipis, "Iya gue setuju. Emang cocok sih. Yaudah gimana mau tanda tangan kontrak sekarang?" tanyanya.
Kenapa bisa Ken sih? Kenapa tiba-tiba dia muncul di sini? batin Chelsea.
"Gimana Chel?" tanya Reno.
Chelsea menganggukkan kepalanya dengan ragu, "Iy—iya. Boleh."
Mereka bertiga pun akhirnya berbincang-bincang satu sama yang lainnya. Namun, satu hal yang Chelsea ketahui bahwa pandangan Ken tak pernah lepas dari dirinya. Ia sangat yakin tentang itu.
Ting!
Sebuah notifikasi dari ponsel milik Chelsea berbunyi. Chelsea langsung mengecek ponselnya.
From: Hubby
Sayang, Kamu pulang jam berapa?
Kebetulan aku ada meeting di deket sana, mau aku jemput?
Sebuah senyum mengembang di bibir Chelsea. Dengan cepat Chelsea langsung membalas pesan itu.
From: Me
Boleh, aku ada di restaurant ni hao ya. See u, sayang..
Ken yang terus memperhatikan gerak gerik Chelsea pun wajahnya berubah menjadi tidak suka, namun sebisa mungkin Ken menutupi semuanya itu.
"Ren, ngomong-ngomong kakak lo beruntung banget ya bisa dapetin Chelsea," kata Ken. "Chelsea ini tipe gue banget," katanya.
Deg.
Mendengar hal itu langsung membuat Chelsea terkejut.
Reno berdecih kecil, "Ngomong apaan lo Ken? Inget loh dia udah punya suami. Lagi hamil pula," katanya. "Diluar sana banyak kok."
Ken tertawa kecil, "Hahahaha... iya. Gue becanda aja kali. Serius-serius amat."
Waktu pun tak terasa sudah berubah menjadi sore. Chelsea rasanya tak tahan berada disana, rasanya ia ingin cepat-cepat untuk pulang, namun apa daya ia tak bisa. Yang ia harapkan hanyalah agar Rexan cepat-cepat menjemputnya untuk pulang bersamanya.
"Chel, kamu pulang sendiri gapapa?" tanya Reno.
Chelsea menggelengkan kepalanya, "Gapapa kok, aku—"
"Bagaimana kalo aku yang antar kamu pulang? Sekalian chit chat sedikit, kan kita sudah lama gak ketemu?" Ken menawarkan dirinya.
"Ah iya boleh tuh!" Kata Reno langsung tanpa basa basi.
"Ah? Gak usah... Rexan mau jemput aku disini," kata Chelsea. "Kalian kalo mau pulang-pulang aja, nggak apa-apa."
Ken berdecih kecil, "Pulang duluan? Nggak lah! Mau gimana pun sekarang kamu adalah model buat perusahaanku, kalo ada apa-apa sama kamu gimana?" tanyanya. "Yaudah Ren, lo pulang aja. Biar gue disini yang nemenin Chelsea sampai suaminya jemput."
Reno menganggukan kepalanya pelan, "Oke. Kalo gitu gue pulang dulu ya," katanya.
Setelah Reno pergi, kini yang tersisa hanyalah Ken dan juga Chelsea. Mereka berdua saling terdiam. Chelsea yang berusaha untuk mengalihkan pandangannya ke sekelilingnya agar matanya tak bertemu dengan Ken, tapi sebaiknya, Ken justru tak bisa melepaskan pandangannya dari gadis itu.
Ken meletakkan cangkir yang berisi teh miliknya ke atas meja. "Apa kamu sekarang sedingin ini?" tanyanya.
Chelsea akhirnya menoleh ke arah Ken. "Hah? Maksudnya?" tanyanya.
"Iya, kamu kenapa sedingin ini? Padahal dulu kamu gak begini," kata Ken.
"Perasaan kamu aja. Dari dulu aku selalu kayak gini," kata Chelsea.
Ken menghela nafasnya panjang, "Apa kamu marah karena apa yang udah aku lakukan sama kamu dulu?" tanyanya. "Kamu belum memaafkan aku?"
"Aku sudah memaafkan kamu dan aku sama sekali gak marah sama kamu."
"Lalu... apa aku punya kesempatan untuk kembali sama kamu?" tanya Ken.
Chelsea tersentak kaget. "Kamu gila ya? Kamu gak lihat aku sudah menikah. Aku udah punya suami dan aku lagi hamil."
Laki-laki itu yang tadinya duduk bersebrangan dengan Chelsea, kini bangkit berdiri dan duduk persis disebelah Chelsea. "Kita ulang semuanya dari awal yuk Chel? Aku gak bisa hidup tanpa kamu..." katanya.
"Apa sih? Gila ya? Kamu gak dengar ucapanku tadi?" tanya Chelsea.
Ken berusaha untuk meraih tangan Chelsea. "Iya aku tau. Aku bisa menerima itu semua. Aku bisa menjadi bapak dari anak ini, dan menganggap anak ini sebagai anakku," katanya. "Jujur selama ini aku nyesel banget udah ngelakuin hal kayak gitu ke kamu. Aku masih sayang banget sama kamu, so please kembali?"
Tiba-tiba saja tangan Chelsea ditarik begitu saja oleh seseorang. Rexan dengan raut wajah yang begitu marah langsung membawa wanitanya itu di belakang dirinya, "Chelsea istri gue. She's mine! Sampai kapan pun she will be mine. Jadi buang jauh-jauh deh pikiran kotor lo itu. Sampai sekali aja lo nyentuh Chelsea, lo bakal tau akibatnya!"
Bersambung...